"Bagaimana ini, kenapa Dia ingin aku membuka bajuku? Aku masih ada darah karena keguguran, bagaimana menjelaskannya?" Kira sangat panik dengan permintaaan Ryan yang diluar ekspektasinya. "Aduuuuh.. Ini kan dipinggir jalan." Kira semakin gelisah.
"Kau mau membuatku menunggu berapa lama lagi?" Ryan masih di posisi yang sama dan tak merubah mimik wajahnya juga.
Kira tak berkata apapun, dia masih menangis, tapi Kira sudah menanggalkan kainnya satu persatu, dimulai dari kerudungnya, kemudian membuka kancing lengannya, reslesting dibelakang bajunya, dan membuka sampai kepinggang.
"Berhenti!" tangan Kiri Ryan memegang tangan kanan Kira sebagai isyarat, bahwa Kira tak perlu lagi menurunkan gamisnya sampai ke bawah.
"Buka ini!" Ryan melanjutkan kata-katanya dengan menyuruh Kira membuka kain penutup kedua gunung kembarnya, yang langsung dilakukan oleh Kira.
"Apa maunya dia sekarang? Huffff.. Kami masih di pinggir jalan, kenapa Dia mau aku melakukan ini? Gila.. Gila.. Gila... Dia ounya malu ga sih? Apa ini caranya semakin mengukuhkan kalau aku adalah budaknya, bisa dipakainya dimana saja?" Kira sangat malu pada Ryan setelah topless. Dia memalingkan wajahnya yang tertunduk sedikit ke Kiri melihat ke lantai berwarna hitam di dasar mobil. Kira bahkan sangat malu untuk memandang tubuhnya sendiri.
Untuk beberapa menit Ryan membiarkan Kira semakin gugup. Dia hanya memperhatikan tubuh Kira yang sudah topless tanpa melakukan apapun dan berkata apapun. Membuat Kira sangat malu dan sedikit kedinginan karena AC mobil
"Apa kau tahu di sini kemarin ada anakku?" Ryan akhirnya menempelkan tangan kanannya ke perut Kira.
Kira menggeleng dan air matanya langsung tumpah.
"Kenapa kau menangis lagi?"
"Aku ingin anak itu.. Aku bersalah padanya karena tak mengecek masa periodku." Kira menjelaskan masih sambil terisak.
"Jadi, maksudmu kau tak tahu anak itu ada disini dan kau tak berniat membunuhnya?"
Kira mengangguk, tapi tak menatap mata Ryan, hanya menunduk ke arah Kiri dengan tangan kirinya menutup hidung dan mulutnya, untuk mengecilkan suara isak tangisnya.
"Jadi dia tak ada niat untuk membunuh anakku dan dia juga menyayangi anakku?" Akhirnya, rasa kesal yang tertahan oleh Ryan saat meninggalkan rumah sakit terjawab sudah. Ryan sempat salah pahan dengan Kira, Ryan menyangka Kira sengaja ingin menyembunyikan dan membunuh anaknya karena sikap Ryan kasar terhadapnya. Mendengar perkataan Kira tadi membuat mood Ryan kembali baik. Emosinya yang meledak-ledak juga sudah kembali baik. Walaupun Ryan tak menunjukkan senyum di wajahnya.
"Naiklah ke sini!" Ryan memundurkan jok nya, dan menuruh Kira dengan petunjuk tangan kanannya untuk naik ke atas pangkuannya
"Fuuuuh... Aku masih harus melayani kegilaanya, bukan?" Kira tak menjawab, tapi melakukan perintah Ryan.
Kira duduk dengan posisi menghadap Ryan dan kedua kakinya ditekuk membentuk huruf w berada disamping mengapit tubuh Ryan.
Jari di kedua tangan Ryan membuat gerakan memutar di ujung tertinggi Kira yang berwarna gelap di dadanya.
"Oh, apa yang dilakukannya.. Aku ga bisa tahan.. Geli!" Kira sudah bergumam kesal menahan geli perbuatan Ryan..
"Jangan di tahan.. Aku tak suka, kau harus lepaskan!"
"Aku geli dan ingin teriak," Kira menjawab dengan susah payah karena Ryan masih menrangsang di titik yang sama.
"Lepaskan.. Aku ingin mendengarnya!"
"Aaah.. Ssssshhh... Aaaakh.. Ehhhhmmm.." tangan Kira mencengkram kakinya dengan sangat kencang.
"Apa yang kau rasakan?"
"Sssshhshh... "
"Jawab aku dengan menatap mataku!"
"Sssshhhh.. Enak" Jawab Kira menatap Ryan.
"Kau bilang ini enak?"
Kira mengangguk. "Sshhshh.. Ahhh.. Jangan ajak aku bicara.. Shshh. Aku ga bisa konsen, Ryan!" Kira sudah sangat kesal menahan perbuatan Ryan yang membuatnya kehilangan kesadaran seperti sekarang bahkan membuat Kira merasakah sensasi luar biasa walaupun Ryan hanya memainkan bagian atasnya.
"hahaha.. bahkan dia berani memanggil namaku!" Ryan semakin senang.
"Aaaaaakhm. Kau mau apa? ssshshhh... "Kira memindahkan pegangan ke kedua bahu Ryan ketika Ryan menenggelamkan kepalanya di dada Kira dan lidahnya mendarat di titik tertinggi tadi membuat Kira semakin gila.
"Aaaakh.. Ssssjhh.. Kenapa kau lakukan ini.. Aakkkkkh" Kira akhirnya mencengkram bahu Ryan makin kencang dan mengejan, mengeluarkan sesuatu.
"Kau sudah?" Ryan bertanya setelah merasakan tubuh Kira yang bergetar dan mengejan.
Kira mengangguk saat matanya berpapasan dengan mata Ryan.
Ryan tersenyum.
"Kau merasakan ini kencang, kan?" Ryan menaruh tangan kanan Kira memegang sesuatu di balik celananya.
Kira mengangguk..
"Aku belum puas, tapi kau berani sudah keluar?" Ryan tersenyum dengan senyum yang sulit diartikan.
"Maafkan aku.. Sekarang harus bagaimana?"
"Haduuuuh.. Mana kuat aku menahan supaya ga keluar kalau dia merangsang tubuhku seperti tadi?" hati Kira protes dengan keluhan Ryan tadi.
"Kau tak perlu melakukan apapun!" Ryan menarik Kira ke dalam pelukannya, sehingga Kira menempel di dada Ryan. "Kau masih belum bisa melayaniku, tubuhmu masih sakit karena operasi terakhirmu!" Ryan menambahkan kalimatnya masih sambil memeluk Kira.
"Maaf" jawab Kira dalam pelukan Ryan..
"Bukan salahmu, memang aku sengaja melakukannya untuk memuaskanmu tadi." Ryan berkata jujur pada Kira.
"Apa katanya? Hah.. Dia ingin memuaskanku? Apa maksudnya? Tapi.. Tadi dia belum puas kan" Kira tak paham maksud yang dikatakan Ryan.
"Ehmmm suamiku, yang dibawah itu masih keras, apa kau akan pergi menemui seseorang untuk memuaskannya?"
"Huuff.. kenapa aku bertanya ini? Aku bodoh sekali! Haaaah.. Tapi aku memang ingin tahu, ada rasa ga ikhlas kalau dia melepaskan yang di sana dengan wanita lain, aku sebenarnya ga mau!" Agak panik hati Kira menunggu jawaban Ryan tadi.
"Aku tak ingin mencari yang lain. Kau yang harus bertanggungjawab! Kau yang membuatnya tak terpuaskan, kan? Jadi kau yang harus memuaskannya!" Ryan menjawab tegas dengan Kira masih dalam pelukannya.
"Ehmm.. Maafkan aku.. Tapi sekarang, aku.."
"Aku tak minta sekarang!" Ryan memotong ucapan Kira. "Kasih tau aku kapan aku bisa memasukkannya setelah kau tak lagi terluka.
Kira mengangguk mengerti.
"Kau paham?"
"Iya." Kira menjawab masih dalam pelukan Ryan.
"Oh. ya Rob.. Kenapa aku senang mendengarnya? Dia tadi bilang kalau tak akan mencari yang lain kan? Hihi.." Kira meloncat-loncat bahagia dalam hatinya.
"Apa itu cukup untuk membuatnya tahu kalau aku mencintainya, dan dia miliku?" Ryan juga meloncat bahagia dalam hatinya. Berpikir semua sudah beres dengan ini. Kira sudah menjadi miliknya seutuhnya. Padahal, justru sikapnya ini akan membawa masalah lebih besar kedepannya.
Sesaat mereka saling diam dan merasakan kebahagiaan dalam hati masing-masing, berspekulasi dengan pikiran masing-masing. Mencoba untuk menebak jalan pikiran satu sama lain.
"Jangan menangisi anak kita lagi. Aku akan memberimu banyak anak pengganti. Berhentilah menangisinya."
"Huuf.. Aku ingin meminta maaf tapi aku ga bisa merendahkan diriku dengan kata maaf.. Apa dia mengerti maksudku itu ya, dengan kata-kataku tadi?" Ryan sedikit khawatir, dengan kebodohan Kira yang mungkin ga mengerti apa maksud Ryan berkata seperti itu.
"Apa maksud perkataannya? Dia mau membuatku hamil lagi dan melahirkan anak untuknya? Lalu membuangku? Atau dia mau mengganti anakku untuk mengikatku menambah pedih siksaanku? Hufff... Aku tak akan lupa kata-katanya dulu, kalau kami menikah bukan karena cinta, aku budaknya sebagai penebus kematian orangtuanya." Kira bahkan ga bisa berpikir kalau Ryan sudah mulai mencintainya. Terlalu takut bagi Kira berpikir ke sana, karena Ryan selalu mengingatkan siapa dia selama tiga bulan terakhir ini.
"Kau lagi apa?" Kira kembali menahan geli, karena Ryan kembali mengelus punggung belakang Kira.
"Aku? Apa maksudmu? Tentu saja aku lagi memelukmu? Kau merasa nyaman kan?"
"Hah, mana ada kau memelukku, kau membuat tubuhku geli, menggerayangiku. Tadi apa katanya? Rasa nyaman? Hufff.. Mungkin aku sudah gila, tapi dia benar. Aku memang merasa nyaman di pelukannya.."
"Kenapa tak menjawabku?" Ryan menarik Kira keluar dari pelukannya dan tangannya memegang lengan Kira.
"Iya, aku merasa nyaman.. Aku.."
"Bicara cepat jangan membuatku menunggu!" Ryan berusaha menatap mata Kira, dia ingin melihat mata Kira, karena itu tangan kanan Ryan melepas bahu Kira dan menaruh jari tangan kanannya mengangkat mengangkat dagu Kira.
"Aku malu." Jawab Kira cepat.
"Puas kau? Puas kau mendengarnya kan? Lihat itu senyummu yang kau tutupi di wajahmu! Kau puas kan, aku benar-benar sudah menjadi gila betulan, dan terobsesi dengan sentuhanmu di tubuhku! Haaaah.. Aku betul-betul sudah menjadi budak tempat penyalur nafsu birahinya, kan?" Kira kesal sendiri dengan perlakuan Ryan.
"Jadi kau mencintaiku sampai kau malu seperti itu?" hati Ryan sangat bahagia. Dia belum pernah berhubungan serius sebelumnya dengan seorang wanita. Ryan sangat menyukai Kira sekarang, dan ini adalah pengalaman jatuh cintanya pertama kali.
"Ssssh.." Kira tak tahan untuk menahan desahnya. Ryan kembali merangsang Kira. Kali ini dia lebih liar, walau hanya bermain di tubuh atas Kira. Sedang tangan Kira memegang bagian bawah tubuhnya sendiri yang masih tertutup kain, tapi meminta benda tumpul untuk masuk, walaupun saat ini, mereka tak bisa menyatukan diri.
"Apa yang dilakukannya? Bahkan dia menyiksaku dengan berbuat seperti ini dikala aku tak bisa memuaskan sebagian tubuhku dibawah." Kira sedikit kesal, karena rasa yang belum sempurna, walupun Ryan sudah membuatnya setidaknya tiga kali keluar.
"Aaaaaakh.." Kira kembali mengejan dan mengeluarkan lagi..
"Kau sudah berapa?"
"Empat" jawab Kira mengerti arah maksud pembicaraan Ryan.. " Aku harus apa untuk membuatmu dapat juga?"
Ryan ragu untuk menyuruh Kira melakukan sesuatu. Beberapa saat Ryan hanya menatap Kira dengan tersenyum.
"Aku menghargainya.. aku tak ingin dia melakukan yang seperti itu." Ryan tak ingin meminta lebih pada Kira.
"Kau lakukan apa?" tanya Ryan yang tanpa permisi sudah membuka resleting celananya.
"Aku akan lakukan sesuatu untuk ini.. Aku pernah melihat waktu dua wanita itu melakukannya ditubuhmu dulu." jawab Kira jujur. Memang hari pertama Ryan membobol pertahanan Kira, saat itu jelas terlihat Ryan tak melalukan apapun pada dua wanita itu, tapi dia bisa dapat sekali pelepasan dengan kegiatan keduanya di tubuh Ryan.