Kira membuka resleting celana Ryan dan menurunkan celana Ryan. Susah payah Kira membukanya karena di mobil ini sempit, dan tak senyaman di dalam kamar.
"Apa kau yakin apa yang ingin kau lalukan?" Ryan agak khawatir dari kata-katanya.
Kira menatap Ryan dan mengangguk. "Tentu saja. Aku melihatnya sekali, aku akan coba melakukannya dengan benar." Kira meyakinkan Ryan kalau dia ga akan melakukan kesalahan.
"Huff.. Aku tak tahu punyamu bisa sepanjang itu.. Apa muat ya?" Kira sempat ragu, melihat milik Ryan. Tapi Kira tetap mendekati bibirnya di sana dan memasukkan ke dalam mulutnya.
Awalnya terasa aneh di mulut Kira, tapi akhirnya dia mulai terbiasa. "Hmm.. Baiklah, aku akan membuat manipulasi dalam otakku kalau ini adalah ice cream kesukaanku, paddle pop dari walls.." Kira menrubah csra kerja di otaknya. Jadi, dia berpikir seperti mengulum ice cream walls, menjilat, dna menghisap seperti memakan ice cream. Kecuali menggigit sekali Kira menggigit tadi, ada kesakitan di wajah Ryan, yang membuat Kira justru tertawa, walaupun dia akhirnya meminta maaf pada Ryan. Tapi itu membuat Kira puas, dia berhasil sekali membuat tubuh Ryan kesakitan, hihi..
Gerakan Kira disana memberikan rasa kenikmatan pada Ryan, membuat Ryan kali ini justru yang mendesah, membuat Kira semakin liar disana dengan desahan yang dikeluarkan Ryan.
"Kenapa suaranya membuatku gila.." Kira tak mengerti dengan cara kerja di otaknya sekarang.
Tangan Kira juga naik ke dalam kemeja Ryan. Memutar-mutar sesuatu di sana yang membuat Ryan semakin kuat mendesah. Bahkan Ryan tak seperti ini waktu bermain dengan dua wanita itu. Dan dia juga tak pernah seperti ini saat bermain dengan Kira.
Rasa puas di hati Kira yang dapat membuat Ryan seperti itu, membuat Kira semakin bersemangat dan semakin kehilangan kewarasan. Kira juga baru tahu. Mengulum milik Ryan sungguh memberikan sensasi didirinya. Bahkan Kira sempat mendapat sekali pelepasan juga hanya mendengar desahan Ryan akibat kelakuannya.
"Aku mau keluar!" Ryan mengingatkan Kira, dengan menekan kepala Kira, supaya milik Ryan masuk lebih dalam disana, dan Kira merasakan sesuatu berdenyut disana, dan sesuatu yang asin masuk ke dalam kerongkongannya. Karena milik Ryan sudah ga dimulut Kira, sudah masuk jauh ke bawah pintu tenggorokkan. Jadi cairan itu seperti jatuh dari keran masuk ke dalam kerongkongannya.
"Kau menelannya?" Ryan memperhatikan Kira.
"Eehehhem" Kira hanya menjawab seperti itu, karena miliki Ryan masih didalam mulutnya, tangan Ryan masih menekan kepalanya juga.
"Aduuuh. Aku menelan apa? Asin rasanya tadi aku ingin muntahkan tapi sudah terlanjur masuk." Kira kesal sendiri telah melalukan ini pada Ryan. "Harusnya aku tak perlu memikirkan kepuasannya, tapi.. Kalau aku tak memuaskannya, dia juga tak berhenti memainkan tubuhku. Itu juga menyebalkan!" Kira sudah lelah memikirkannya
"Jangan dihisap lagi!" Ryan mengeluarkan kepala Kira dari miliknya, dan membungkuk, menyatukan bibirnya dengan bibir Kira. Ciuman terlembut yang pernah diberikan Ryan kepada Kira.
"Dia tak jijik menciumku, padahal mulutku tadi menelan sesuatu, kan? Apa dia ga merasa itu kotor?" Kira masih belum mengerti jalan kerja pikiran Ryan.
"Naik sini.. Aku ingin memeluk tubuhmu!"
Kira yang kini ada di karpet mobil, naik kepangkuan Ryan, duduk miring disana sesuai perintah Ryan dan menempelkan kepalanya pada dada Ryan. Dengan tangan kanan Ryan masih memainkan kedua belah gunung kembar Kira. Memegang, menimang, dan meremas bergantian. Tidak membuat gerakan geli ditubuh Kira. Tali justru Kira melihat kelakuan Ryan sangat lucu, seperti anak kecil bermain dengan mainan kesukaannya. Matanya mengamati dengan serius.
"ShaKira Chairunisa.. Kau bisa jamin tak ada yang menyentuh ini selain aku?" Ryan yang kini menggoyangkan keduanya dengan jarinya, sehingga bergerak seperti jelly, tiba-tiba bertanya seperti itu.
"Tentu saja.. Aku tak punya orang lain dibelakangmu, aku juga tak ingin selingkuh, dan aku tak punya keberanian untuk melakukannya dengan orang lain." Kira menjawab cepat.
"Hahaha.. Tentu saja aku tak akan berani. Kau bisa membunuh ayahku kapan saja kau mau kalau aku lakukan itu. Lagipula, aku sudah mencintaimu. Hufff.. Aku pasti gila.. Karena terlalu banyak menyentuhmu membuatku gila bahkan kini kau bermain-main menggerayangi tubuhku rasanya membuatku bahagai. Hahaahha.. Gila.. Kau sudah gila Kira!" Semakin liar pikiran Kira terhadap Ryan. Membuat Kira juga semakin kehilangan kewarasan.
"Bagus.. Aku suka ini.. Jadi kau harus pastikan hanya aku yang boleh memegangnya. Apa kau mengerti?" Ryan bahkan tak menengok menatap mata Kira. Kepalanya hanya menatap mainan di tangannya.
Kira mengangguk. "Aku mengerti." jawab Kira cepat.
"Aku suka permainanmu di bawah tadi. Kau.. Bisa lakukan lebih sering?"
Kira mengangguk lagi. "Aku bisa. Kapanpun kau mau!" Kata-kata yang akan menjadi boomerang untuk Kira.
"Hmm. Aku mau lagi nanti dirumah! Aku ingin melakukannys dengan santai dan tak terburu-buru."
"Haaaa... Apa tadi dia bilang? Aku bahkan sekarang sudah ga punya tenaga, lapar dan mengantuk. Masih harus memuaskannya dirumah? Haaaah... Dia selalu lama kalau bermain. Bagaimana kerjaanku besok di lab dan kuliahku?" dan Kira menyesali kata-katanya yang ditambahi bumbu tadi. Tentu saja, Kira saat ini sedang protes pada dirinya sendiri bukan pada Ryan.
"Kau tak menjawabku?" Ryan mengingatkan Kira, dengan mencentil ujung tertinggi di dada Kira menggunakan jarinya.
"Iya, aku mau melakukannya juga nanti di rumah." jawab Kira.
"Hmm.. Bantu aku pakai kembali celanaku."
Kira segera turun dari pelukan Ryan melakukan apa yang tadi sudah diperintahkan oleh Ryan. Mulai dari memakaikan celana dalamnya, celana panjangnya, memasukkan kemeja Ryan kedalam celana, dan merapihkan kembali pakaian Ryan.
"Kau kembali ke tempat dudukmu!"
Kira segera pindah ke tempat duduknya, lalu mengambil branya untuk dipasang kembali.
"Apa aku menyuruhmu memasang itu?" Ryan menatap Kira tak suka.
"Hmmm. Maafkan Aku.. Aku pikir, kau sudah selesai." Kira menatap Ryan agak bingung.
"Biarkan tubuhmu seperti itu..aku ingin melihatnya terus sepanjang perjalanan!" Ryan menyentuh dengan telunjuknya, dua yang menjulang di dada Kira.
"Haaah, apa dia gila? Orang bisa melihatku, ini memalukan..",
"Tapi mobilmu.."
"Mobilku gelap, tak ada yang melihatnya. Lampu depanku juga menyilaukan. Orang tak bisa melihatmu. Kau boleh memakai bajunu setelah aku mengizinkan." Ryan berkata sambil menancap gas mobilnya, dan mereka akhirnya berjalan menjauhi tepi jalan tadi.
"Aaaaa... Masa aku harus setengah polos begini siiih.. Apa maunya dia? Apa dia punya sensasi lain dengan tubuhku sekarang?" Kira semakin gila memikirkan apa yang ada dipikiran Ryan.
"Ada apa denganku? Melihat tubuhnya, moodku membaik. Aku menyukai moodku yang seperti ini. Lebih ringan dipikiranku. Tunggu.. Apa aku harus membuatnya seperti ini setiap kali dia didekatku? Bukankah ini lebih baik?" Ryan tersenyum dan merasa pintar sudah memikirkan sesuatu yang menurutnya akan baik untuk dirinya. Tapi justru membuat hari Kira semakin berat.
"Andi, ambil semua baju tidur jelek yang kau siapkan untuk Kira di apartemen! Aku ingin kau menggantinya dengan lingerine. Jangan sisakan baju rumah apapun. Kecuali baju yang dipakainya untuk kuliah! Ganti sekarang juga, aku ingin semua beres saat aku sudah dirumah."
Send
"Baik Tuan Muda!"
Ryan melajukan mobilnya lagi, setelah melewati lampu merah.
"Pakai bajumu sekarang. Kurang dari lima menit kita akan sampai!"
"Haaaah.. Baguslah, aku sudah jijik melihat tubuhku sendiri yang seperti ini.." Kira tanpa menjawab langsung memakai pakaiannya kembali. Tak sampai dua menit, Kira sudah memakai bajunya.
"Ini.. Kita dimana?" tanya Kira spontan. Melihat Ryan berhenti bukan dirumah.
"Kita mau makan dulu."