" Amarah itu adalah hal yang menjadi uji coba kita dalam misi pertahanan sifat keteguhan hati dan kesabaran~"
***
Di ruangan yang kini semakin tegang, nampak dua orang berbeda jenis sedang bersitatap. Sorot mata mereka yang sama tajam menunjukkan aura permusuhan yang dashyat. Andai jika tatapan dapat membunuh maka tidak ada lagi nyawa keduanya.
Sekilas keduanya tampak akan berkelahi dan mereka seperti musuh dari zaman purba. Tapi setelah beberapa menit saling tatap, Tangan seorang pria terangkat. Dari jarak dekat dapat dilihat jika dia hendak menampar perempuan didepannya.
Sayangnya ternyata tangan itu malah beralih dan mencubit kedua pipi perempuan itu. Sontak saja perempuan itu memberontak dan berteriak kesakitan. Dia memegang tangan pria itu dan mencoba melepaskannya.
Merasa semuanya akan sia sia, dia mengalihkan tangannya pada perut pria didepannya. Dia mengelitiki pria itu dan akhirnya dia berhasil melepas tangan nakal itu. Tapi ternyata aksi kasih sayang itu tak berakhir dengan muda. Dan akhirnya terjadilah aksi gelitikan.
Lama mereka bermain dengan aksi itu, lalu mereka berhenti mendadak. Dan saling memunggungi dengan dua tangan yang dilipat didepan dada. Sesekali mata mereka akan saling menoleh. Dari mata mereka itu seperti muncul kilat kilat kecil yang dapat menyerang kapan saja.
Beberapa menit kemudian mereka tertawa bersama. Adakah yang tahu ada apa dengan mereka? Sungguh mereka sudah seperti orang gila saja. Mereka tertawa keras lalu berhenti dan terdiam. Ini benar benar seperti menyaksikan dua pasien dari Rumah Sakit Jiwa!
"Kau tetap sama mengesalkan seperti dulu Dino!" ucap perempuan itu pada lawan jenisnya.
"Dan kau tetap tak waras seperti biasa, Xera!" sungutnya pria bernama Dino.
"Ah, lupakan itu! Lagipula kau juga sama, dan bagaimana kabarnya? Aku sangat merindukannya. Sudah delapan tahun aku tak melihatnya! Dan kau tidak mau memberiku sedikitpun tentang dia. Bukan hanya itu, kau bahkan menghalangi informasi yang coba aku dapatkan!" kesalnya.
"Aku hanya tak ingin kau stres dan merasa bersalah yang berlebihan," ujarnya kelewat santai. Saking santainya dia bahkan tak menghiraukan urat leher Xera yang sudah mengeras menahan emosi.
"Selalu itu alasanmu! Tapi percuma juga aku menanyakannya padamu, aku sudah punya informan yang baru, huh!" sulutnya yang sudah tak sanggup menahan emosi lagi, tapi dia bersyukur karena kontrol diri terhadap tubuhnya masih bagus, ya walaupun sudah menipis.
Entah mengapa setiap kali dia berbicara dengan pria didepannya ini dia akan semakin tersulut emosi. Awalnya hubungan mereka cukup baik dan tidak menunjukkan kasih sayang yang aneh seperti ini. Tentu dulu kasih sayang mereka masih normal layaknya kasih sayang orang lain pada orang yang begitu disayangi.
Tapi semua sangat berubah karena perempuan ini yang selalu kesal pada pria didepannya. Setiap mereka bertemu mereka tidak akan menunjukkan kasih sayang dengan saling peluk dan cipika dan cipiki. Mereka akan baku hantam, saling mengejek atau ya seperti tadi.
Semuanya berawal seperti beberapa tahun lalu. Dan alasannya karena pria itu selalu merahasiakan kabar terkini dari negara tercintanya. Dan juga tentunya tak lupa dan tak akan tertinggal yaitu orang tercinta! Pria itu selalu memasang alasan yang begitu basi setiap kali pertanyaan gadis itu muncul.
Dari situ sering terjadi pertikaian dan permusuhan. Dan dari situ juga terbentuk suatu bentuk kasih sayang yang lain dari yang lain. Meski aneh! Namun, inilah bentuk kasih sayang yang di penuhi warna. Banyak warna yang akan tercampur, bukan hanya abu abu!
"Baguslah jika begitu, dan artinya aku tidak perlu lagi memata matai pria brengsek itu lagi. Artinya aku sudah boleh tinggal lama dengan negeri impianku!" senangnya sedikit mengejek perempuan didepannya yang duduk satu sofa dengannya.
"Huh, kau sama saja dan tak akan berubah! Terserah saja padamu jika tidak ingin memantau dia, selama ini kau juga menghalangi informasi yang ingin aku dengar. Dan ingat dengan jelas yang brengsek itu kau bukan dia! Lagipula jika kau pergi maka siapa yang akan mengurus Resto dan Mal yang sudah kau bangun itu. Dasar!!!" makinya.
Atmosfer disekitar mereka semakin menipis. Tak lama mereka kembali berdebat lagi dan lagi. Untunglah apartemen itu kedap suara, jika tidak maka dapat dipastikan akan ada banyak orang yang datang. Juga mungkin akan ada polisi karena takut jika sedang ada kekerasan dan apalah!
***
Sedangkan saat ini seseorang sedang sibuk berkutat dengan banyak dokumen. Dan juga terlihat seorang perempuan sibuk bercerita tanpa peduli jika suaranya didengar atau tidak. Suasana hatinya sedang bagus dan dia tidak ingin marah. Meski tahu suaranya tak dihiraukan dia terus bercerita.
"~ rasanya aku ingin sekali melompat kedalam laut saat itu. Kau tahu kak? dia sudah seperti permata harapan bagiku! Setelah sekian lama akhirnya aku bisa bertemu dia lagi. Dan aku merasa sangat bebas sekarang, seakan semua beban yang ada di pundakku telah lepas. Dia bagai Dewi keberuntungan yang dikirim khusus untukku.
Demi apapun kak! Dia sekarang semakin cantik dan baik. Dia yang dulu dengan yang sekarang tidak ada bedanya. Dia tetap orang yang ramah dan tidak membedakan kasta. Aku jadi sedih saat dia dulu dalam keadaan kritis, tapi dia masih sempatnya memikirkan orang lain.
Kau tau kak? Waktu itu dia berpesan padaku untuk menjaga seseorang yang dia amat cintai! Dan aku menerimanya juga tak lupa memintanya untuk kembali dalam keadaan selamat. Dia bilang sangat kecil kemungkinannya untuk selamat! Katanya penyakitnya sudah hampir stadium akhir.
Tapi aku bersyukur dan sangat senang saat tahu jika dia kembali dalam keadaan selamat! Dia bilang selama bertahun tahun dia pergi berobat, dia sangat merindukan orang yang dia cintai. Tapi itu semakin membuat aku sedih dengan kisahnya. Ah, lupakan Ku tidak ingin membicarakannya lagi," ungkap gadis itu buru buru.
Dia mengakhiri ucapannya bukan tanpa alasan. Sedari tadi dia sengaja meluapkan semua emosinya yang ada dalam pikirannya. Dia tidak marah pada kakaknya kerena tida mendengarkan karena itu tujuan nya. Namun saat tadi di beberapa kalimat terakhir kalanya mulai memperhatikannya.
Dia tidak tahu mengapa kakaknya mulai tertarik dengan ocehannya. Tapi dia tidak ingin kakaknya memahami maksud dari ocehannya. Dia tidak akan membiarkan pria itu tahu sedikitpun tentang maksud dari curhatannya.
"Kenapa kau berhenti? Ayo lanjutkan! Aku ingin tahu seberapa menyedihkannya kisah gadis itu," tanyanya.
Dia sangat penasaran dengan ucapan adik tercintanya. Memangnya ada kisah yang lebih pelik lagi selain kisah hidupnya yang di tolak karena miskin? itu yang selalu dia pikirkan bila adiknya mengoceh tentang kisah haru orang lain. Lagipula dia penasaran dengan kelanjutan dari cerita itu. Ini bukan kali pertama adiknya bercerita tentang orang itu.
Dan setiap kali dia memperhatikan cerita adiknya, maka dia akan langsung berhenti. Aneh bukan? Bila dia tidak salah ingat, seseorang yang bercerita akan semakin semangat jika ceritanya didengarkan tapi mengapa sebaliknya? Bila bukan adiknya menyembunyikan sesuatu pasti adiknya yang memang Rafa tidak waras.
Dia berjalan mendekat pada adiknya yang sedang duduk di sofa. Dia menatap kening adiknya yang sontak membuat perempuan itu mengangkat alisnya sebelah. Dia membulak balik tangannya tanpa menghiraukan tatapan adiknya. "Tidak panas!" ucapnya.
"Mengapa kau selalu berhenti setiap kali aku mendengar ocehanmu? Kau menyembunyikan sesuatu? Ini sudah sering terjadi jika kau menceritakan gadis itu. Dan ciri serta sifat gadis itu~?" ujarnya curiga.
"Ak-aku tidak dia hanya teman lamaku yang pergi berobat keluar negeri. Sungguh percayalah kak!" elaknya dengan puppy eyes yang di buat buat.
.
.
.
.
***