" Jika jarak adalah sebuah pemisah dalam sebuah hubungan, maka percaya waktu akan menjalin kembali tali yang terpisah itu~"
***
Saat dia mendekat, dia merasa tidak asing dengan orang yang menantang tiang itu. Warna rambut itu sangat familiar, Apakah dia adalah orang yang selama ini dai rindukan? Tidak itu buka orang yang dia rindukan! Itu adalah seorang perempuan yang sering mengomelinya.
"Mengapa kau bisa menabrak tiang itu?" tanyanya dingin dan batal untuk membantu perempuan tadi.
"Huh, kau ini membuat aku kaget saja! Dan masalah aku menabrak tiang ini tentunya bukan urusanmu!" ujarnya kesal. Dia berdiri lalu pergi dengan kaki yang dihentakkan kasar. Kedua tangannya terlipat didepan dada, dan wajah yang cemberut, tak lupa sesekali memandang sinis kearah pria itu.
Sedangkan sang pria hanya menatapnya heran. Kedua alisnya naik turun tanda tanya. Seakan dunia ini begitu ingin mempermainkannya. Dia ditabrak dari belakang oleh seorang yang membuat dia tersungkur dibawah orang itu.
Orang itu memiliki rambut hitam panjang, bisakah ini disebut perempuan? Ya, kalian tahukan jaman sekarang ini banyak pria yang beralih profesi menjadi wanita!? Saat ini dia masih menebak nebak apa jenis orang yang menindihnya saat ini, ya itu dikarenakan wajahnya yang tertutup rambut.
Orang itu mendongak untuk melihat orang yang ditabraknya. Dan wajahnya itu memasang ekspresi terkejut yang tak dapat ditutupi. Matanya membulat sempurna seakan mata itu siap untuk ditembak keluar. Sedangkan si pria juga tak kalah terkejut! Wajah perempuan ini sangat mirip dengan wajah yang begitu dia rindukan.
Tapi apakah benar dia adalah orang yang selama ini dai rindukan. Bukan dia tidak percaya, hanya saja selama ini dia masih ragu. Begitu banyak wanita yang dia temui yang wajahnya mirip. Namun sangat disayangkan bahwa sebagian wajah saja yang mirip dan sifat serta kelakuannya pun berbeda jauh.
"Kau!!" ujar keduanya kompak, sebelum itu mereka sudah berdiri dan menunjuk tubuh lawan bicara masing masing.
***
Disinilah mereka sekarang, tempat terakhir mereka bertemu sebagai pasangan. Tempat awal perpisahan itu dimulai, perpisahan yang penuh sesak dan sakit. Mereka berdua terduduk di sebuah kursi panjang. Duduk bersihkan dan hening tanpa suara. Tidak ada satu orangpun yang dapat menghentikan kebisuan yang tercipta.
Pria itu tidak ingin memulai percakapan karena perempuan itulah yang membuat nya bisa berada disini. Dia hanya menuruti kemauan gadis itu untuk mengajak nya ketempat spesial mereka. Dia juga tidak tahu harus apa, dia bingung dan kalut! Dia dihadapkan akan pilihan antara cinta dan benci.
Jika boleh jujur maka dia sangat dan masih mencintai gadis yang duduk disampingnya ini. Tapi dia juga benci pada gadis ini yang meninggalkan dan menghinanya karena dia miskin. Lalu dia harus apa? Selama ini dia juga selalu dihadapkan pada dua pertanyaan itu. Apa yang harus dia pilih?
Saat melihat gadis ini kembali dia punya rasa ingin memeluk dan bercerita banyak hal yang selama ini ia lalui tanpa gadis itu. Dia ingin menyampaikan semua keluh kesahnya. Dia ingin! Tapi mengapa disaat yang bersamaan dia juga ingin membalas makian gadis itu sebelumnya. Dia sangat ingin melihat gadis itu terpuruk dan merasakan penderitaan yang dulu ia rasakan. Dia ingin itu!!!
"Kau tahu? Banyak hal yang selama ini menjadi pikiranku! Banyak masalah masuk dalam otakku tapi tidak ada satupun yang keluar. Saat aku diambang sebuah takdir, aku mengingatmu! Aku tidak tahu mengapa tapi aku sangat dan masih mencintaimu, Entah kau ingin berkata apa. Aku hanya ingin kau memberiku kesempatan kedua, kumohon!" ujar gadis itu cepat. Suaranya membelah udara Yangs sempat beku.
Pria itu menoleh dengan senyum mengejek di wajahnya. Dia bertanya tanya apa yang ingin gadis ini lakukan dengan kesempatan kedua itu. Apakah gadis ini sudah tahu jika dia sudah sukses? Dan apakah kerena perusahaan nya bangkrut dia ingin mendekatinya? Apakah dia tidak betah hidup melarat? Atau apakah yang ingin dia lakukan?
"Kau tahu gelas kaca?" tanyanya yang diangguki gadis itu, " Sama gelas kaca itu sama seperti hatiku, begitu rapuh dan sekali jatuh akan hancur. Dan dulu kau sudah menjatuhkan gelas itu, Dan apa yang sudah pecah tidak dapat kau perbaiki lagi dengan lem," ujarnya lagi yang langsung menohok hati gadis itu.
Gadis itu terdiam beberapa saat, apa yang diucapkan pria itu benar! Sekali gelas itu pecah, maka tidak bisa dibuat utuh lagi. Begitu pula dengan perasaan, sekali kecewa maka akan tetap begitu! Dia tidak bisa menyunggingkan senyum untuk sebentar, hanya sebentar. Sebelum senyum itu kembali lagi dan merekah seperti sebelumnya.
"Gelas yang pecah memang tidak dapat di perbaiki seperti semula, tapi untuk apa gelas pecah jika sudah ada gelas yang baru?" ujar gadis itu dan kali ini pria itu yang terdiam. Tak membiarkan pria itu menjawab nya dia kembali berujar, "Andaikan kau memang ingin gelas yang sebelumnya, apa kau tahu cara pembuatan sebuah gelas kaca?"
"..."
"Dari yang aku tahu jika sebuah karya dari bahan kaca itu dibentuk dari kaca mentah yang dipanaskan. Berarti jika aku ingin memperbaiki kaca yang pecah itu, bukankah pertama aku harus mendapatkan semua pecahan kacanya, lalu aku akan melelehkan pecahan kaca itu, kemudian aku hanya perlu membentuknya seperti sebelumnya lagikan? Apakah logikaku salah!?" ujarnya.
"..."
"Jadi, untuk kembali mengobati rasa kecewamu, bukankah aku harus mulai dari awal? Dan mulai dari awal sama saja dengan kesempatan kedua buka?" tanyanya yang masih tidak mendapat tanggapan.
Setelah kalimat tadi berakhir, tempat itu kembali dilanda badai hening lagi. Tidak ada lagi yang ingin berucap dan juga mungkin tidak tahu harus berkata apa! Banyak pikiran berkecamuk di dalam otak mereka. Ada banyak rasa yang mengalir dalam tubuh mereka.
Warna warna hidup yang selama ini mati rasa seakan kembali terbangkit. Hening itu cukup lama dan mungkin sangat lama. Pohon dan danau serta banyak bunga dan rumput liar menjadi saksi bisu mereka selama ini. Pandangan mereka melekat pada danau yang telah menjadi kenangan besar untuk mereka.
Entah berasal dari mana, bayangan dari sekelabat memori berputar. Disana ada seorang lelaki yang mengejar boneka yang hanyut semakin ketengah danau. Pakaian lelaki itu yang lusuh menjadi kotor dan becek. Setelah banyak upaya dilakukan namun boneka itu tidak dapat ditangkap. Kembali dengan rasa bersalah anak lelaki itu disambut senyum hangat.
Mereka berdua menarik nafas panjang saat memori itu berhenti. Mereka saling pandang dan mata mereka mulai beradu. Manik coklat itu menatap netra hitam pekat yang dalam penuh misteri. Tanpa aba yang jelas tapi pasti sebuah tangan meraih tengkuk gadis itu. Pria itu menyatukan keningnya pada kening gadis itu.
"Aku tidak tahu apa yang ada dalam benakku, Satu sisi aku ingin membencimu sedangkan sisi lain aku ingin mencintaimu. Bantu aku untuk menyakinkan diriku jika aku masih ingin mencintaimu!" ujarnya pelan, sangat dekat sampai gadis itu dapat merasakan hawa panas dari mulut pria itu.
Wanita itu memejamkan matanya. Apakah ini sebuah pernyataan jika dia diberi kesempatan kedua?
.
.
.
.
.
.
***
Hy lagi tunggu up berikut nya!