" Apa yang terlihat indah belum berarti dia tidak jelek, begitu pula manusia! Hati mereka ada didalam dan kami tak tahu apa yang dia rasakan~"
***
Terjadi keheningan di ruangan yang gelap itu. Si gadis ditatap seperti itu menjadi semakin gugup, dan lelaki semakin mentalnya intens.
"Kau yakin?" ujar pria itu.
"Y- ya, eh? Hah, sejak kapan kau mempertanyakan aku? Kau berani mengintrogasi hal pribadiku! Kau!!! huh sebaiknya aku pergi saja dan kau lebih baik kembali lah date dengan kertas itu!" ujarnya sembari menunjuk meja kerja kakaknya.
Dia berlalu secepat yang dia bisa agar kalanya tidak kembali memasang wajah curiga padanya. Meskipun kakaknya curigapun dia tidak peduli asal tidak menanyakan hal seperti tadi lagi. Lagipula bukankah bagus jika kakaknya curiga? Apakah dengan curiga ia bisa menyelidiki dan tahu yang sebenarnya? Siapa yang tahu!?
***
Sedangkan diruangan lain yang serba pink, seorang gadis sedang mendesah lega. Akhirnya dia bisa mengusir penganggu yang begitu mengesalkan itu dari apartemen nya. Dia duduk didepan pintu setelah mengusir pria itu dengan tidak hormat. Mengelus dadanya lalu berdiri dan berlari sejenak.
Mengambil hpnya lalu memandang wajah di sana, sedikit lama dari biasanya. Pikirannya yang semula kacau menjadi tenang lagi setelah memandang wajah di hpnya itu. Setiap saat inilah yang bisa ia lakukan jika ia marah, sedih, kecewa, dan banyak lagi. Dan setiap kali memandang ini dia akan tenang.
"Hanya memandang wajahmu yang sedang tidur di foto saja sudah bisa membuat masalahku terangkat dan menenangkan pikiranku. Entah bagaimana rasa tenangnya setiap kali aku melihat senyummu secara langsung? Hal pertama yang ingin aku lakukan setelah bertemu denganmu adalah memelukmu! Tapi apakah aku pantas untuk itu?" ujarnya senang diawal dan sedih diakhir.
Sekelebat memori kembali muncul dalam pikiran dan otak kecilnya. Bayangan dari memori inilah yang kadang membuat dia senang tapi lebih condong kearah sedih dan juga rasa bersalah yang besar.
Tak mau terlalu berlarut dalam kesedihan, Xera nama gadis itu. Dia berjalan kearah kamar dan membuka laptop yang ada diatas meja belajar. Dia membuka dokumen dan mulai membuat CV untuk mencari pekerjaan. Rencananya dia akan melempar pekerjaan besok agar bisa hidup.
Tentunya dia berpikir tidak akan cukup untuk mengandalkan tabungannya untuk kesehariannya disini. Dia tidak mungkin juga meminta uang dari orang tuanya. Apalagi dengan kondisinya sekarang yang sedang banyak masalah.
Setelah selesai dia tidur dengan senyum merekah, sebelumnya dan tak akan terlupa dia menatap foto seorang di hpnya. Dia juga tak lupa berdoa agar tidak mengalami mimpi yang buruk. Dengan harapan besar juga dia bisa memimpikan seorang yang dia cintai.
***
Saat matahari beranjak bangun dari peraduannya. Seorang perempuan yang sangat cantik dan anggun sudah siap dengan pakaian formalnya. Ditangannya sudah terdapat amplop kuning yang akan dia ajukan pada perusahaan yang akan dia lamar.
Dengan semangat membara dan tekad yang kuat dia mulai berjalan. Rencananya dia akan mencari pekerjaan disekitar apartemen nya terlebih dahulu. Seelah berdoa sukses dalam hati dia berjalan dengan santai.
Sesekali akan terlihat dia yang masuk dengan semangat dan keluar dengan lesu. Tapi ingatlah bahwa ekspresi lelah itu hanya sesaat sebelum semangatnya kembali bangkit. Setelah lebih dari 7 perusahaan dia masuki dan belum ada yang menerimanya dengan berbagai alasan dia memutuskan untuk istirahat.
Mampir kesebuah warung makan dia memesan sesuatu untuk dimakan. Berhubung ini juga sudah memasuki waktu makan siang. Makanan sederhana dari warung itu menambah selera makannya kerena memang sekarang perutnya yang sudah memberontak sejak tadi.
Selesai makan dia memutuskan untuk kembali mencari pekerjaan di perusahaan Mabel. Perusahaan ini adalah perusahaan Mabel yang terbesar di kota ini. Namun sangat disayangkan jarak tempuhnya yang lumayan jauh membuat asanya pudar. Karena letak lokasi yang menggangu, dia memutuskan mencari perusahaan lain terlebih dahulu.
***
Seorang pria sedang duduk sembari menatap jam di tangannya. Dilihat dari kualitasnya jam itu seharusnya berharga puluhan juta rupiah. Menatap kearah pintu dengan tak sabar, dia mulai kesal sendiri. Sudah lebih dari tiga puluh menit dia menunggu di Cafe ini. Dan Kliennya itu tak kunjung datang juga.
Dia menatap asisten nya yang sekarang terduduk lemah. Betapa sialnya dia hari ini karena keterlambatan klien maka dia yang harus menanggung akibatnya. Perlahan dan pasti keringat terus berjalan dikeningnya. Tatapan tajam tuannya itu begitu menusuk dan mematikan, dalam hati dia berharap dapat segera menemukan sekertaris baru yang menemani dan mengurus sebagian tugas tuannya.
"Mengapa mereka tidak sampai juga? Jika dalam tiga menit mereka masih tidak muncul batang hidungnya maka batalkan kontrak kerja sama. Aku tidak suka menunggu!" ujarnya dingin.
Sedangkan seorang pria didepannya semakin mengelap keringatnya yang menetes. Entah mengapa tuan sekaligus temannya ini bisa seberubah itu. Dia bahkan tidak berani menatap mata seorang yang dulu begitu dia selaras. Teman tidur dan nongkrongnya Inis sekarang begitu kejam dan dingin.
Memikirkan kerugian yang akan didapat jika kontrak dibatalkan membuat pria itu pucat. Dalam hati dia selalu berpikir mengapa tuannya ini begitu mudah membatalkan kontrak. Baik keuntungan nya besar maupun kecil, itu sama saja jika berani mengganggu suasana hati tuannya.
Sudah dua menit berlalu dan sang klien masih datang. Sedangkan asisten itu sudah basah kuyup oleh keringat nya sendiri. Beruntunglah saat detik terakhir dia mendengar suara merdu dan menenangkan.
"Ah, maaf kan kami tuan! Tadi kami mengalami sedikit kendala," ujar suara lembut dari seorang wanita yang cantik.
Wajahnya yang bulat dan putih begitu menawan. Mata bulat nan lentik menghiasi wajah yang bersinar itu, hidungnya mancung dan bibir yang merah merona. Asisten itu sedikit tersipu memandang pemandangan yang begitu indah itu. Sedangkan sang tuan hanya menatap wanita itu dengan tajam penuh permusuhan.
Senyum merekah dari wanita itu menghilang kerena tatapan pria didepannya. Tatapan itu seakan mengatakan jika dia adalah seorang wanita penggoda. Wajar saja jika sebagian orang berpikiran begitu. Dilihat dari pakaian minim bahan, lekuk tubuh yang terlihat jelas kerena bahan baju yang ketat, dan warnanya yang begitu merah menggoda.
"Ah, tadi kami mengalami beberapa masalah dijalan, maksudku tadi kami tidak sengaja menabrak seekor kucing jadi kami harus mengurus itu dulu dan _" ujarnya yang terhenti saat mendengar suara berat yang mengatakan jika dia tidak peduli dengan urusan pribadi wanita itu.
"Nyonya langsung saja pada topik, tuanku tidak suka berbasa basi!" ujar asisten pria itu.
Dengan senyum yang turun kebawah menentukan pelangi. Dia mengambil berkas dari sekertaris nya dan mulai menjelaskan. Kali ini dia menjelaskan dengan tubuh yang bergetar. Semua itu terjadi karena bulu kuduknya yang merinding ditatap oleh seorang.eaki ditatap oleh seorang tapi yang dia rasakan seperti disentuh makhluk halus saja.
Selesai meeting dengan klien menyebalkan pria itu memutuskan untuk kembali ke perusahaan dengan berjalan kaki. Jujur saja dia sangat jijik dengan wanita tadi. Dan untuk menghilangkan perasaan jijik itu dia akan berjalan dan berantai ditengah teriknya matahari. Mobilnya juga sudah di bopong oleh asisten sekaligus sahabat lamanya.
Brak
Tiba tiba saja saat tengah santai di perjalanan kakinya dia melihat seseorang menabrak sesuatu. Dan terjadilah aksi dimana seorang itu jatuh kelantai yang kotor. Orang itu meringis pelan dan menyentuh keningnya yang tadi dia jadikan bahan adu dobrak. Dia mendekat hendak membantu orang itu, entah apa yang ada dalam pikirannya!
Dalam hati dia berpikir, mengapa dia peduli pada orang lain? Tapi tubuhnya terus bergerak seakan ahli kontrol itu bukan pada otaknya tapi pada remot. Semakin dekat pada orang itu membuatnya semakin heran. Kenapa dia merasa sangat tidak asing dengan rambut itu? Apakah dia orang yang selama ini masih dengan egois mengisi hatinya?
.
.
.
.
***
Hm, jadi gimana?
Apa sejauh ini ceritanya menarik buat kalian? Kalau tertarik tunggu bab berikutnya ya!
.
.
.
eits tapi tunggu dulu!
Kalau boleh ni aku mau minta doa kalian boleh gak?
Boleh dong ya kan?
Jadi doaku itu simpel banget kok, aku cuma minta doa kalian agar aku bisa pergi dari penyakit ini. Plis karena penyakit ini udah menjalar ke seluruh tubuhku, eak
Udah ah intinya aku cuma minta doa kalian supaya aku gak males lagi buat nulis cerita.
Bye