Semenjak aku putus dengan Leo kehidupanku disekolah semakin hancur, terutama setelah teman-teman tahu kalau Leo itu LGBT. Dia dibully habis-habisan dan aku pun terkena imbas karena aku adalah mantannya.
banyak sekali rintangan yang aku jalani selama disekolah ini, sebelum berpacaran dengan Leo pun aku sudah tidak punya teman dan sekarang ditambah lagi masalah baru. Semakin banyak saja orang membenciku kali ini.
Jika kalian bertanya, lalu bagaimana sekolahmu? Bukankah masa SMA adalah masa-masa yang sulit dilupakan karena kebahagiaannya?
Bagiku ya, tidak akan terlupakan mungkin. Tapi ini bukan karena banyak kebahagiaan, ini karena terlalu banyak luka dan kesalahpahaman yang aku dapat. Memang terdengar menyedihkan tapi kita harus tetap hidup kan? Waktu terus berjalan dan kita harus yakin waktu akan merubah semuanya.
Hari-hari aku jalani dengan berat, tentu saja. Selain diasingkan oleh teman-teman perempuan, aku juga dibully oleh para siswa laki-laki. Mereka semua menganggapku perempuan murahan karena mereka pikir aku suka bermain dengan banyak laki-laki. Sebenarnya aku sempat ingin mengakhiri hidup, tapi itu semua digagalkan oleh Kenta, lalu ayah mengetahuinya dan beliau sangat sedih. Aku tersadar, masih ada orang yang menyayangiku di dunia ini. Aku tidak boleh membuat mereka sedih seperti orang-orang yang membuatku sedih, kalau begitu maka aku akan menjadi orang jahat seperti mereka.
Setelah kejadian itu aku mulai menjalani sekolahku seperti biasa, tidak ada yang berubah. Tapi aku yakin aku kuat.
Buktinya sampai akhir semester kelas awal ini aku tetap hidup.
"Hai cewek, mau kemana sendirian aja?" sapa seorang siswa sekolahku dengan disertai tawa kecil seolah mengolok-olokku.
Aku tidak meladeninya, kata Kenta aku harus diam dan pergi saja kalau ada yang menggoda. Karena percuma saja aku ini perempuan. Perempuan lebih lemah secara fisik dari laki-laki.
"Galak banget tuh tatapannya, ngeri juga ya hahaha" kata siswa itu kepada segerombol temannya, kira-kira ada sekitar 5 atau 7 orang bersamanya.
Aku tetap jalan untuk pergi ke kelas saat itu. Tetapi segerombol siswa yang tadi di depan gerbang menghadangku lagi.
"Hey, jangan galak-galak dong" kata siswa yang tadi, dia berusaha menghalangi jalanku.
"Iya nih" sahut temannya.
Aku diam, aku harus tahan sampai Kenta selesai jam tambahannya, iya Kenta selang 2 tahun denganku, dia sekarang kelas akhir dan wajib mengikuti jam tambahan.
"Jangan diem aja dong, nggak asik nih" katanya.
"Kamu sama si banci biasanya mesra-mesraan kan. Masa sama dia nggak jijik mesra-mesraan, kita yang normal dianggurin gini sih" kata temannya yang lain.
Aku masih berdiam diri, aku nggak bisa apa-apa. Selama ini Kenta yang selalu menjagaku. Aku takut. Tuhan, tidak cukupkah penderitaanku ini?
"Masih nggak mau ngomong?" Tanya siswa itu kepadaku. "Yaudah, sini ikut kita main. Siapa tahu kalau diajak main asik hehehe" katanya dengan tawa licik, dia mengambil pergelangan tanganku untuk mengajakku pergi dengan paksa.
"Apa sih? Nggak usah pegang-pegang ya!" Aku memberontak, berusaha melepas genggamannya. Tapi apa daya, aku hanya perempuan tidak sebanding kekuatanku dengan dia yang laki-laki. Apalagi jumlah mereka sebanyak itu.
"Udah sih ikut aja" aku terus memberontak padanya, teman-temannya hanya menertawaiku. Aku ingin pulang saja. Tolong.
"Ssstt....sabar ya sayang, mainnya nggak jauh-jauh kok" ucap siswa yang menggenggam tanganku.
Aku sebelumnya belum pernah seperti ini, paling hanya dibully dengan kata-kata, dilempari kertas berisi tulisan kata-kata kasar.
Tapi ini menakutkan.
Kami tiba disebuah warung dekat sekolah, disana ada kursi-kursi didepannya yang sepertinya adalah tempat kumpul orang-orang ini. Tempat ini begitu sepi, hanya ada pemilik warung didalam rumahnya mungkin. Aku tidak tahu.
Aku ditaruh dikursi itu olehnya, tetapi dia masih memegangiku dengan kuat. Dia menatapku dengan teliti. "Eh, ternyata kamu cantik banget ya. Pantas laku" katanya setelah manatapku lekat-lekat.
"Ajak main lah yan" temannya menimpali.
"Iya juga, kamu mau gak main sama aku? Dijamin ketagihan kok hehe"
Sial. Dia orang mesum. Kenta tolong cepatlah datang, aku benar-benar nggak bisa apa-apa.
Aku hanya diam menunduk. Mataku sudah panas.
"Ajak aja langsung yan, kepengen juga tuh kayanya hahaha" temannya yang lain menimpali.
"Oke" orang itu mendorongku hingga posisiku tertidur telentang dikursi itu. Dia mendekatiku dengan posisi seperti ingin menindih tubuhku.
Aku sudah sangat takut, disini sangat sepi. Tidak ada yang bisa kumintai pertolongan.
Braakkk..
Tiba-tiba seorang siwa yang berada digerombolan itu jatuh.
seorang laki-laki mendekat ke arahku dan siswa mesum yang bersamaku.
"Akhhh" rintihan siswa mesum itu terdengar berbarengan ketika dia terlempar ke aspal.
Mataku bertemu dengan orang yang meninju siswa mesum itu, ketika mengetahui siapa orangnya akupun tersenyum gembira. Aku sampai tidak menyadari kalau air mataku mengalir.
Aku nggak akan pernah maafin orang itu kalau sampai kejadian buruk tadi berhasil dia lakukan. Mau bilang apa aku ke papah, yang ada Kenta habis-habisan dimarahi papah karena tidak berhasil menjagaku.
Orang itu menghabisi segerombolan siswa tadi sampai babak belur. Setelah itu dia menghampiriku dengan menyodorkan tangan kanannya kepadaku.
"Kamu nggak apa-apa? Yuk pergi" ajaknya.
Aku yang berlinangan air mata mengangguk setuju dan jalan mengikutinya yang menggandeng lenganku.
Selama diperjalanan dari warung itu aku hanya menangis, aku sangat ketakutan saat itu. Aku benar-benar nggak ngerti lagi kalau sampai hal tadi itu terjadi padaku.
Terimakasih tuhan, engkau masih mau melindungiku.