Chereads / AWKWARD / Chapter 3 - Akhir kejadian menakutkan

Chapter 3 - Akhir kejadian menakutkan

Aku mengikuti orang yang menyelamatkanku tadi, dan sekarang aku sedang dituntunnya untuk pergi dari tempat mengerikan itu.

"Aku anter ke sekolah ya? Kamu pasti terlambat satu pelajaran" tanya nya.

"Boleh nggak kalau ke rumah aja kak? Aku takut banget hiks..."

"Iya yaudah kita ke rumah kamu, Aku ambil mobil dulu di minimarket sana ya?" Katanya sambil menunjuk minimarket di sebrang sekolah.

Aku mengangguk, menunggunya di halte samping sekolah.

Nggak lama dia datang, berhenti didepan halte tersebut.

"Yuk naik key" katanya.

Aku pun naik segera untuk cepat sampai rumah. Sepertinya aku mengalami trauma.

Diperjalanan hanya hening ditemani dengan suara mesin mobil yang samar terdengar. Tak lama kami sampai dirumahku. Aku pun turun saat mobil berhenti, satpam rumah langsung bergegas datang untuk membuka gembok pada pagar.

"Aku nggak mampir ya, masih ada urusan di kantor sama ayah kamu" kata laki-laki itu.

"Iyaa makasih kak Reno"

"Kalau begitu aku langsung pergi ya? Hati-hati key"

"Loh kok, harusnya aku yang bilang hati-hati ke kak Reno hahaha"

"Nah ketawa gitu, kan cantik. Jangan nangis lagi ya"

"Iya kak"

"Bye key!" Ucapnya lalu menekan pedal gas mobilnya untuk berangkat pergi dari sana.

Setelah mobilnya tak terlihat aku pun masuk kedalam rumah.

"Loh neng kok udah pulang?" tanya pak satpam terheran-heran, sebenarnya aku tahu daritadi dia sudah berdiri disana menungguku menghampirinya.

"Iya nih pak Asep, Lagi males aja hehehe. Aku permisi ke kamar dulu ya pak"

Aku pun pergi ke kamar, aku sengaja tidak memberi tahu pak Asep tentang ini. Bisa-bisa ayah khawatir nanti dan pekerjaannya dikantor jadi terbengkalai. Aku tidak mau jadi anak yang merepotkan.

Ah iya, soal kak Reno, dia itu kakak sepupuku. Dia sekarang kerja di perusahaan ayah. Kak Reno itu saudara yang paling bisa diandalkan, dia baik, ceria, selalu positif pokoknya dia yang terbaik. Dia selalu menemaniku dan Kenta, dia juga tak jarang membantu ayah masalah pekerjaan bahkan saat umur dia masih sangat muda. Dia sangat cerdas, anak kelas akselerasi sehingga diumurnya yang sekarang yaitu 21 tahun sudah bisa menjadi wakil manajer perusahaan ayah. Sangat-sangat tipe anak yang dibanggakan orangtua.

Aku masih bingung sih kenapa kak Reno bisa ada disekitar sekolahku. Entahlah.

Ponselku tiba-tiba saja berdering. Terpampang nama 'Kenta' pada layar.

"Hal—" belum sempat aku menyapa, sudah terdengar suara Kenta yang tampak khawatir.

"Kamu nggak kenapa-kenapa? Tadi kak Reno datang tepat waktu kan? Kamu gimana sekarang? Kamu dikelas atau dimana? key?"

"Aku nggak apa-apa Kak"

"Kamu dimana? Aku lagi jalan ke kelas kamu"

"Jangan kak"

"Kenapa? Aku khawatir key"

"Aku nggak disana, aku dirumah sekarang"

"Oke aku kesana"

"Hah? kakak kan lagi sek—"

tuuttt...

Sambungan telephone terputus.

Aku tahu dia khawatir tapi setidaknya tunggu aku menyelesaikan percakapannya dong, dasar tidak sopan.

Aku bangun dari posisi berbaring menjadi bersandar pada dipan kasur. Aku memikirkan sesuatu yang mengganjal.

"Aneh, kok Kenta nanyain kak Reno tepat waktu atau nggak. maksudnya apa ya?" Aku bermonolog dengan nada heran. Ya jelas memang aneh, ini tidak seperti kebetulan. Memangnya ada urusan apa kak Reno di sekitar sekolah. Dan lagi kak Reno sampai diwaktu yang tepat, ini bukan seperti kebetulan.

Tak lama suara motor Kenta terdengar. Lalu suara hentakan kaki yang berlarian terdengar dari depan pintu.

"Key?! Kamu nggak apa-apa kan? hm?" Kenta langsung masuk ke kamarku, lari mendekatiku dengan wajah cemas. Dia menangkup wajahku lalu menatapku teliti.

"Aku nggak apa-apa kak" jawabku sambil melepas kedua tangannya yang menangkup wajahku.

"Nggak mungkin, kak Reno mana?"

"Dia langsung berangkat lagi, kayanya lagi banyak kerjaan dikantor"

Kenta hanya menganggukkan kepalanya. Lalu dia tersenyum sambil mengelus kepalaku.

"Syukur deh kamu nggak apa-apa, aku khawatir banget key"

"Oh iya kak, kenapa kak Reno ada disana?"

"Hmm...itu nggak penting kok, yang penting kamu sekarang baik-baik aja"

"Iya, tapi ngapain sih sampe pulang segala kak? kan kamu udah kelas akhir, nanti kalau bolos terus bisa nggak lulus kak"

"Tenang aja, aku izin kok tadi terus udah izinin kamu juga"

"Makasih ya kak"

"Udah tugas aku kok, kamu kan adik aku satu-satu nya sayang" katanya, sembari tersenyum "Aku ganti baju dulu ya, kamu juga ganti. Nanti aku kesini lagi nemenin kamu"

"Iyaa"

Aku menutup pintu kamarku lalu bersiap untuk ganti pakaian. Hari in adalah hari yang paling berat bagiku.

Setelah ganti pakaian, aku kembali bersandar diranjang sambil bermain handphone. Aku membuka sosial mediaku, lalu tidak sengaja aku melihat foto-fotoku terpampang disuatu akun yang bernama 'NewsMA1'. Akun ini berisi gosip-gosip atau berita yang beredar di sekolahku, yaitu SMA 1 Bela negara di Bandung. Aku benar-benar nggak habis pikir dengan pemilik akun ini. tega-tega nya dia.

Air mataku kembali mengalir. Disana terdapat fotoku yang seperti ingin melakukan 'itu' dengan siswa mesum tadi. Aku benar-benar nggak ngerti dimana sih salahku sampai kalian tega seperti ini.

"Key?! Kamu kenapa lagi?" tiba-tiba saja Kenta sudah ada dikamarku, dia mendekatiku dan langsung merangkulku yang terduduk diranjang.

"key?" dia kembali meminta responku.

"Kak...kenapa sih? Aku salah apa?" aku memberikan ponselku kepada Kenta agar dia melihat apa yang ada dilayar. Air mataku sudah mengalir deras tidak tertampung lagi.

"Sialan" umpat Kenta.

"Kamu tenang ya? Nanti Aku yang urus ini, kamu jangan nangis terus key. Kamu nggak ada salah, mereka aja yang salah paham sama kamu. Kamu tenang ya?" Kenta memelukku supaya aku tenang, tapi tetap saja. Bagaiman respon ayah nanti? Aku takut ayah marah sama kak Kenta.

Kenta terus memelukku cukup lama, lalu dia pamit bergegas pergi dari kamarku, katanya sih ingin mengurus masalah ini.

Aku tidak tahu kemana dia pergi tapi sebelum dia selesai mengurus semuanya, aku mendapat panggilan telephone dari orang yang benar-benar aku khawatirkan sekarang. Siapa lagi kalau bukan ayahku.

"Key kamu dimana sekarang?" nadanya mungkin terdengar tenang tapi aku tahu ayah sekarang pasti sangat-sangat khawatir dan berusaha sedang menahan amarahnya.

"Aku di rumah sekarang yah, tadi kak Reno yang anter terus dia langsung pergi katanya masih banyak kerjaan di kantor"

"Kamu nggak apa-apa kan? Kenta mana? Ayah mau ngomong sama dia"

Ini dia yang benar-benar aku takutkan, kak Kenta pasti selalu menjadi tumbal dari amarah dan kekecewaan ayah. Aku benar-benar nggak tega, kak Kenta selalu saja terlihat salah padahal dia sudah sepenuh hati menjagaku.

"Iya nggak apa-apa yah, ini semua karena kak Kenta. Ayah jangan marah ke dia ya?"

"Iya nak"

"janji sama key?"

"iyah" walaupun ayah bilang demikian, tetap saja tidak bisa dipercaya kalau ayah tidak akan memarahinya.

Setelah panggilan terputus aku mencoba menelphone kak Kenta, aku sangat khawatir padanya sekarang.

"nomor yang anda tuju sedang tidak aktif—"

tuuuttt..

"Kak Kenta, aku mohon jangan bikin masalah baru lagi kak" aku bermonolog, aku nggak tahu harus apa sekarang.

Aku pun hanya bisa duduk, menunggu seperti orang bodoh. Ya memang bodoh mungkin, benar-benar nggak bisa diandalkan. Aku sangat benci diriku yang seperti ini, selalu menyusahkan orang-orang yang baik padaku.

Waktu berjalan sangat lambat hari ini, mungkin karena begitu banyak masalah yang menimpaku. Benar-benar hari terburuk.

Sampai akhirnya malam pun tiba. Sekitar pukul 9 malam terdengar suara gerbang terbuka, aku segera beranjak dari ranjang dan berlari menuju balkon kamar untuk melihat siapa yang datang.

Ternyata disana ada mobil ayah, anehnya aku melihat kak Kenta dikursi tengah. Aku memperhatikannya dan ternyata kak Kenta membalas pandanganku, dia seolah memberi isyarat kalau semuanya baik-baik saja. Tapi perasaanku tidak begitu.

Sampai tiba-tiba terdengar suara mengerikan, aku sangat takut.

Aku segera berlarian dari kamar untuk ke lantai dasar, dan aku menemui kak Kenta yang dipengangi tangan dan tubuhnya oleh bodyguard ayah. Ya, ayah sedang melampiaskan semua amarahnya. Dia sampai tega memukuli anaknya sendiri.

"AYAHHH!!!" Bentak ku pada ayah. Aku merasa sangat tersakiti walaupun bukan aku yang dipukuli.

Aku berjalan mendekatkan diriku pada ayah, disana ayah terlihat gugup mungkin dia baru tersadar apa yang sudah dia lakukan.

"Ayah, apa yang ayah lakuin? Ini kak Kenta yah, KAK KENTA ANAK AYAH!!!" aku membentak ayah kembali, wajahku menjadi basah lagi. Sungguh hari yang dipenuhi dengan air mata.

"Ke-key, ayah nggak bermaksud..." ayah seperti tidak bisa berkata-kata, wajah merahnya memudar, hanya keringat yang tersisa disekujur tubuhnya.

Ayah mencoba mendekatiku untuk memeluk tubuhku, tetapi tanpa sadar tubuhku menolak. Aku menjauh dengan sendirinya.

"Key..." suara ayah yang lirih itu terdengar menyakitkan, tapi aku masih nggak habis pikir, amarahnya sudah tidak bisa terkontrol lagi kali ini.

"Maaf ayah, aku takut" ucapku dan langsung pergi meninggalkan mereka semua yang ada disana untuk kembali ke kamar. Aku benar-benar takut dengan sifat ayah yang seperti itu.

Tak lama terdengar suara ketukan pintu dikamarku. Aku sengaja tidak menjawab, aku benar-benar merasa tidak nyaman walaupun ini rumahku. Tidak. Ini rumah ayahku.

"Key, aku boleh masuk nggak?" tanya orang diluar sana sembari terus mengetuk pintu.

"Kamu diam berarti aku boleh masuk" kata orang itu lagi, lalu pintu kamarku terbuka dan dia jalan mendekatiku yang berada di ranjang.

"Aku nggak apa-apa key" katanya yang duduk disamping ranjang sambil mengusap kepalaku yang terbenam dibantal.

"Kamu jangan gini dong, usahaku jadi sia-sia nanti" keluhnya.

"Key..." dia terus menerus mengajakku berbicara, tapi aku sedang tidak mood untuk itu.

"Yaudah kalau kamu masih butuh waktu sendiri, aku tinggal ke kamar ya?" dia beranjak dari duduknya, tetapi tanganku dengan sendirinya bergerak menahan tangannya.

"Disini aja kak, aku takut..." kataku menoleh ke arahnya, lalu bangun dari posisi telengkup.

"Iya aku disini" jawabnya dan langsung kembali duduk disampingku.

"Aku mau tidur, tapi aku takut sama ayah. Ayah jahat sama kak Kenta"

"Sssttt...Ayah kaya gitu karena takut kehilangan kamu, kamu kan anak perempuan satu-satunya"

"Kak Kenta juga anak laki-laki satu-satunya"

"Beda dong, laki-laki itu ditagih tanggungjawabnya apalagi aku ini kakak. Kalau adiknya kenapa-kenapa udah seharusnya seorang kakak yang diminta pertanggungjawaban"

"Tapi kan—"

"Udah ya, sekarang kamu tidur. Istirahat, besok kamu nggak usah sekolah dulu"

"Iyaa"

Aku pun mengikuti apa yang dikatakan kakak padaku dan berharap semoga tidak akan ada lagi hari seperti hari ini.