Chereads / Moonlight Power : The Darkness War / Chapter 6 - 5. Pertemuan di Sungai Owl

Chapter 6 - 5. Pertemuan di Sungai Owl

"Apa kau sudah menemukan orang yang kau cari?" tanya seorang wanita dari sudut ruangan isolasi yang dingin dan gelap.

"Aku belum yakin. Namun, aku merasa kalau aku sudah menemukannya kali ini," ujar gadis buta yang berdiri di depan pintu ruang isolasi itu.

"Belum yakin? Hahaha..." Wanita itu tertawa lepas, "sudah kuduga kau pasti tidak akan pernah menemukannya. Sampai kapan kau akan terus mencari dia hanya dengan mengandalkan instingmu?"

Gadis buta tampak geram dan memukul daun pintu yang mengurung wanita itu. "Dengarkan aku! Meski mata kepalaku tidak berfungsi, setidaknya aku masih punya mata hati yang bisa merasakan keberadaan salah satu dari klan Likantrof."

"Benarkah? Apa kau yakin ciri-ciri klan Likantrof itu ada pada orang yang kau temui di dimensi manusia? Dia mempunyai tanda kepala serigala di dada kirinya dan bulan sabit di tengkuknya. Bagaimana mungkin kau bisa mengenali orang yang memiliki tanda di tubuhnya, sedangkan kau tidak bisa melihat sama sekali?" tanya wanita itu dengan nada mengejek.

Gadis buta itu menghela napas dan mencoba untuk tetap tenang menghadapi ejekan wanita itu. "Tidak ada yang tidak mungkin. Jika Sang Penguasa berkehendak, sesuatu yang mustahil pasti terjadi. Lihat saja nanti, waktu akan mengembalikan kejayaan manusia serigala di negeri ini. Aku yakin itu."

"Ha ha ha ... lelucon macam apa yang sedang kau bicarakan itu? Sang Penguasa katamu? Bukankah sudah jelas Sang Penguasa Gothia itu adalah vampir? Kau ini lucu sekali," ujar wanita itu tertawa terbahak-bahak.

"Kau tidak akan pernah mengerti. Hal yang kau miliki hanya ketamakan dan kebodohan, bukan pengetahuan dan keyakinan pada Sang Pencipta. Apa kau lupa kalau vampir pun mengkhianatimu dan membuatmu mendekam di ruang isolasi ini? Sampai kapan kau akan membela pengkhianat itu?"

"Aku tidak peduli dengan pengkhianatan itu. Bagiku, hanya bangsa vampir yang pantas menjadi penguasa di negeri ini. Dan, apa alasanmu sampai kau berpikir bahwa aku tidak memiliki pengetahuan? Bukankah mantra antar dimensi yang kuberikan padamu itu merupakan pengetahuan?"

"Aku merasa geli kalau kau mengingatkanku tentang mantra itu," kata gadis buta tersenyum sinis. "Sebenarnya apa tujuanmu memberikan mantra itu dan memberitahuku tentang klan Likantrof? Apakah di dalam hati kecilmu juga tersimpan keinginan agar manusia serigala itu membalaskan dendammu?"

"Tentu saja tidak, Gadis Bodoh!" bentak wanita itu menegaskan. "Sampai kapan pun aku akan tetap mendukung bangsa vampir untuk memimpin negeri ini. Mereka lebih tangguh daripada manusia serigala yang pengecut itu."

"Terserah kau saja. Percuma kau mengelak dugaanku, aku sudah tahu bahwa kau menginginkan klan Likantrof kembali ke sini. Itu tergambar jelas dari setiap kata yang kau ucapkan," ucap gadis buta itu sembari meninggalkan pintu ruang isolasi wanita itu.

"Begitukah? Kita lihat saja nanti. Jika aku bebas nanti, kau akan lihat pihak siapa yang aku dukung. Bangsa vampir tetap yang paling kuat. Ha ha ha ..." Wanita itu kembali tertawa lepas.

Gadis itu hanya tersenyum sinis meninggalkan ruang isolasi yang berada di bawah tanah Istana Arwah Suci. Ia terus menaiki satu per satu anak tangga hingga keluar di sebuah ruangan luas yang merupakan tempat perkumpulan para arwah.

***

Lima prajurit vampir berhasil mendobrak pintu kamar tempat Frey beristirahat. Tampak seekor serigala melompat dari jendela. Kelima vampir yang mendapati serigala itu segera mengubah wujudnya menjadi kelelawar lalu mengejarnya. Beberapa pasukan yang mengepung penginapan pun ikut mengejar serigala itu.

"Cepat! Tangkap dia! Jangan biarkan dia lolos!" seru panglima vampir sambil mengejar serigala itu.

Serigala itu berlari amat kencang tanpa menengok ke belakang. Ia tampak panik dan ketakutan. Pasukan kelelawar vampir pun tak kalah cepat. Jarak antara serigala dengan pasukan vampir tidak berpaut jauh. Serigala itu terus mempercepat gerakannya dan berbelok-belok melewati rumah yang ada di sekitarnya. Ia mencoba mengelabui pasukan kelelawar dan berusaha menyelamatkan diri. Hingga akhirnya serigala itu menemukan sebuah rumah kosong tempat untuk bersembunyi.

Salah satu kelompok vampir kehilangan jejak serigala itu. Salah satu di antara mereka tampak kesal.

"Sial! Ke mana serigala itu pergi?" gerutu vampir itu.

"Sebaiknya kita berpencar. Beritahu pada pasukan lain untuk mengepung area ini. Jangan beri dia celah untuk melarikan diri. Dengan begitu kita dapat menangkapnya dengan mudah," ujar kawannya.

"Ide yang bagus. Tunggu apa lagi?"

Semua pasukan vampir berpencar ke setiap penjuru. Tak lupa salah satu dari anggota mereka memberitahu panglima vampir tentang hilangnya jejak serigala. Panglima vampir menyetujui saran dari anggotanya untuk mengepung area permukiman vampir.

Setelah cukup lama mencari, lima kelelawar vampir memasuki sebuah rumah kosong tempat serigala itu bersembunyi. Mereka mengubah wujudnya supaya bisa menangkapnya dengan mudah.

Mendengar suara langkah kaki di dalam rumah, serigala itu mengendap-endap ke luar untuk mencari tempat persembunyian lain. Kelima vampir itu pergi ke lantai dua tanpa menyadari keberadaan serigala itu. Langkah kaki serigala itu semakin cepat, hingga akhirnya keluar dari rumah tempat persembunyiannya.

Namun, rupanya keselamatan serigala itu masih terancam. Beberapa kelelawar vampir masih berkeliaran di sekitar permukiman. Ia menghela napas panjang guna mempersiapkan diri untuk berlari sekencang mungkin dan menjauh dari kepungan vampir. Sementara itu, pasukan kelelawar vampir segera menyadari kehadiran serigala incarannya dan menghampirinya. Dalam keadaan panik, serigala itu segera berlari mencari tempat perlindungan yang lebih aman.

Saat mulai memasuki sebuah hutan, pasukan vampir lain telah menyambutnya lebih dulu. Kali ini ia tidak bisa berlari ke mana-mana. Prajurit vampir telah mengepungnya di setiap sisi. Panglima vampir melangkah mendekatinya. Serigala itu berusaha menghindar, tapi anggota pasukan vampir lain tidak memberinya ruang untuk melarikan diri. Semua vampir mengarahkan tombaknya pada serigala itu. Ia mulai gemetar menghadapi pasukan vampir sebanyak itu. Panglima vampir tidak segan-segan menusukkan tombaknya ke punggung serigala itu hingga menembus ke dadanya. Sang Panglima tampak kegirangan dan puas.

"Akhirnya kau kena juga, Likantrof. Ha ha ha ...," kata panglima menendang-nendang tubuh serigala itu sambil tertawa terbahak-bahak.

"Panglima, sebaiknya kita cepat beritahu Yang Mulia. Dia pasti senang mendengarnya," ujar salah satu vampir.

"Tidak, kita tidak hanya memberitahunya, tapi kita akan membawa Likantrof ini ke hadapan Yang Mulia sebagai bukti bahwa Likantrof sudah tertangkap," jelas panglima vampir menegaskan.

***

Air sungai mengalir jernih. Cahaya rembulan berpendar di aliran sungai yang cukup tenang. Seorang pemuda bernama Gotham, tampak sedang membasuh mukanya di tepi sungai. Ia merasakan kesegaran air yang menyerap ke dalam pori-pori wajahnya.

Sungai Owl, tempat istimewa baginya untuk menenangkan diri dan merasakan kedamaian dari negeri pemilik kegelapan yang abadi itu. Ketika hendak mengambil air lagi, ia melihat bayangan seseorang. Pemuda berkulit putih pucat itu tersenyum.

"Hai, bolehkah aku tahu siapa namamu?" sapanya ramah.

Orang asing itu bergeming. Gotham berdiri dan berbalik badan. Sambil tersenyum, ia mengulurkan tangannya. Namun, kedua mata orang itu membesar dan wajahnya tampak ketakutan. Bola mata Gotham yang berwarna merah menyala membuat orang itu gemetar. Gotham tidak peduli dengan ketakutan lelaki yang dijumpainya. Dia menjabat tangan lelaki itu.

"Perkenalkan, namaku Gotham Blackwood. Siapa namamu?" tanya pemuda itu tersenyum.

Orang asing itu langsung melepaskan jabatan tangannya. "K-kenapa tanganmu dingin sekali?"

"Aku ini vampir. Wajar saja kalau suhu tubuhku dingin. Oh, ya, kau belum bilang siapa namamu," ujar Gotham.

"F-frey. Panggil saja aku Frey," jawab orang itu canggung.

"Frey? Nama yang bagus. Bolehkah aku tahu dari mana asalmu?"

Frey mulai kebingungan. Ia melirik sebuah hutan gelap di seberang sungai dan menunjuknya. "D-dari ... dari sana."

"Hutan? Bukankah itu hutan Peri Hitam? Apa benar kau tinggal di sana bersama peri-peri jahil?" tanya Gotham ragu.

"Tentu saja. Kau tahu? Peri-peri di sana sangat menyenangkan," jelas Frey terkekeh.

"Menyenangkan? Aku baru tahu kalau peri di sana menyenangkan. Kalau begitu, bolehkah aku berkunjung ke rumahmu sekarang juga?"

"A-ahhh ... it u... sebenarnya aku ...," ucap Frey terbata-bata.

"Kenapa? Apa kau tidak suka kalau aku mengunjungi rumahmu?"

"Bukan begitu. Hanya saja peri-peri di sana tidak suka kalau ada orang baru memasuki wilayahnya. Bukankah kau tahu sendiri sikap mereka seperti apa?" Frey berusaha mengelak.

"Baiklah, tidak apa-apa. Mungkin lain kali aku akan mengunjunginya bersama keluargaku. Tapi, bisakah kita berteman baik?"

"T-tentu saja," kata Frey menyengir gugup.

Frey merasa semakin terancam dengan kehadiran vampir di hadapannya. Ia masih mengingat perkataan Monet dengan baik tentang bangsa vampir yang brutal dan haus darah. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Sambil termenung, ia berbicara dalam hatinya, "Bagaimana ini? Aku harus cari cara agar dia tidak menyukaiku. Tapi, apa? Apakah aku harus mengungkapkan identitasku yang sebenarnya? Argh ... Tidak! Bagaimana bisa, aku melakukan hal bodoh seperti itu untuk menghindar darinya? Nyawaku bisa lenyap saat ini juga kalau aku mengatakannya. Usaha Monet mengalihkan perhatian para vampir untuk menyelamatkanku juga akan sia-sia saja."

"Apa yang kau pikirkan, Frey?" tanya Gotham menepuk pundak orang yang baru ditemuinya.

"Um? Ah ... tidak, tidak."

"Benarkah? Aku pikir kau punya beban berat sehingga termenung seperti itu. Mungkin kau bisa berbagi pengalaman hidupmu kepadaku," bujuk Gotham.

"He he ... aku tidak punya pengalaman hidup yang berarti. Oh, ya, di mana rumahmu? Dan, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Frey mengalihkan pembicaraan.

"Apa kau tahu Istana Gloomingham? Aku tinggal di sana," kata Gotham memandang jauh.

"Istana Gloomingham? Sepertinya aku pernah dengar. Bukankah itu istana pemimpin Gothia? Omong-omong, apa yang kau lakukan di sana?" tanya Frey penasaran.

"Aku menduduki posisi terbaik di sana. Sejak perang berakhir, aku merasa sudah memiliki segalanya. Harta, takhta, keluarga ... semuanya begitu sempurna bagiku. Tetapi, di sisi lain aku merasa kesepian. Keluargaku sangat menjunjung tinggi sopan santun dan tata krama. Mereka menghormatiku secara berlebihan. Peraturan kerajaan mengikatku sangat erat sehingga aku sulit menjamah keluargaku sendiri, bahkan aku tidak diizinkan berteman dengan siapa pun. Kerajaan selalu mengingatkan bahwa kasta di bawah kami tidak layak dijadikan teman atau kerabat. Terkadang aku merasa muak dengan semua itu. Maka dari itu, aku sering kemari dan menenangkan diri sejenak dari peraturan konyol istana. Dan, siapa sangka? Aku pun mendapat seorang teman di sini. Aku senang bisa berteman denganmu," jelas Gotham.

"Tunggu ... kau bilang kalau kau menduduki posisi terbaik di istana. Berarti kau itu seorang ..."

"Raja? Huh, kau pasti berpikir begitu, kan? Tidak, tidak. Aku hanya tangan kanannya raja. Lagi pula, apa dayaku menjadi seorang raja? Setiap waktu harus berkecimpung dengan politik. Belum lagi memikirkan siasat untuk menghabisi seluruh anggota dari musuh bebuyutan bangsa vampir, klan Likantrof," ujar Gotham tersenyum sinis.

Likantrof. Nama itu kembali mendengung di telinga Frey. Perkataan Gotham mengukuhkan bahwa keberadaannya di negeri itu benar-benar tidak aman. Ia berpikir untuk bersembunyi sambil mencari kelompok manusia serigala lain yang bisa melindunginya dari kejaran vampir. Hanya itu satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri selain kembali ke dimensi manusia.