Chereads / Laki-laki Di Akademi Roh Perempuan / Chapter 27 - Setelah Diburon Satu Akademi

Chapter 27 - Setelah Diburon Satu Akademi

Cukup melelahkan untuk dikejar oleh satu akademi karena kesalahpahaman. Tidak kusangka kalau kelas itu malah menyebarkan berita yang jelas tidak benar.

Sekarang aku duduk bersandar di dinding luar gedung akademi. Suara orang-orang yang mencariku dapat terdengar dari balik dinding ini.

Semuanya mencariku, dan jika berhasil menangkapku, mereka akan mengibiriku di tempat (Cuma kemungkinan terkecil, kok. Eh, maksudku terburuk!).

Alasan situasinya jadi begini, harusnya kalian sudah tahu. Aku dituduh telah menyakiti hati Selestina dan berhubungan dengan gadis lain. Sebab itu, mereka marah besar dan mencari-cariku dengan kapak merah di tangan mereka.

Untuk soal kapak merah, aku bercanda. Buat apa memakai kapak jika gergaji mesin sudah ditemukan? Jadi, mereka jalan-jalan lorong dengan gergaji mesin menyala di tangan. Benar-benar berisik.

Lebih menakutkan dari dikejar-kejar menggunakan kapak? Aku juga tahu itu. Makanya, aku berada di luar sini sekarang karena tidak berani bersembunyi di dalam gedung akademi.

"—Kalau tidak salah …."

Di balik dinding kuberdiri ini, adalah Kelas Satu Rat. Kelas Freya ber …. Oh, tiba-tiba saja kepala gadis itu keluar melalui jendela.

"… Perlukah kau kulaporkan?"

"Ya jangan, dong! Mati aku!"

"Kalau begitu …."

… Seketika, aku membuang nafas panjang saat melihat Freya mengulurkan tangannya, meminta bayaran untuk tutup mulut.

"Berapa yang kau mau?"

"Sekiranya cukup untuk menghidupi anak cucu kita nanti."

Sekali lagi, aku membuang nafas panjang. Meski tahu ini cuma bercanda, entah kenapa rasanya …. Yah, begitulah. Kesal.

"Aku tidak punya uang sebanyak itu hingga bisa menghidupi anak cucumu. Kalau kaubilang yang lain akan kuusahakan. Jadi, bisa tutup mulut sekarang?"

Freya mengangguk lalu menghilang dari sana. Secepat mungkin, aku melarikan diri karena yakin kalau gadis memakai penutup mata putih itu pergi karena memberi tahu tempatku pada yang lain.

***

Jika bukan karena pengumuman yang baru saja kudengar saat pergi dari sekitar sana, aku pasti tidak akan pergi keluar dari Distrik Akademi.

Tidak tahu kenapa, akademi tiba-tiba mengumumkan bahwa pelajaran setelah jam istirahat ini diliburkan.

"Hmm? Reva?"

Sesampainya ke Distrik Asrama, aku melihat Tuan Putri itu sedang duduk pada kursi panjang pada jalanan distrik tersebut.

Di atas pangkuannya, seorang kucing mengeong saat dielus oleh Revalia. Uh, aku juga ingin diperlakukan seperti itu …. Uhuk, maaf, keceplosan.

"Ya. Kenapa kau ada di sini? Akademi?"

"Tidak tahu. Tiba-tiba saja mereka mengumumkan bahwa akademi diliburkan hingga senin nanti. Mulai dari jam istirahat ini."

Reva mengangguk sebagai tanggap– Sebentar. Kalau kulihat-lihat dengan baik, bukankah kucing itu ….

"Dia 'kan Empep– Ah, aku lupa nama lengkap yang diberikan Freya pada kucing itu."

"Emperor Knight of Tree World Future? Ya. Kucing ini dititipkan Freya tadi pagi. Omong-omong, aku juga memiliki sesuatu untuk diberikan padamu."

Setelah memberi jawaban, Reva memasukkan salah satu tangan yang tidak membelai kucing ke balik blazernya dan mengeluarkan … surat?

Aku melangkahkan kaki mendekatinya, lalu mengambil surat tersebut. Hmm~ bukannya memikirkan isi surat, aku malah berpikir kenapa ia memakai seragam akademi padahal tidak berangkat ke sana.

"Untuk menemui Clara dan Freya."

Seperti beberapa kejadian yang pernah terjadi sebelumnya, ia membaca pikiranku. Aku cuma bisa membuang nafas panjang karenanya.

Baiklah, lupakan masalah kenapa ia memakai seragam akademi. Kalau kulihat dari tulisan tangannya …. Ah, ini dari gadis itu rupanya.

"—Apa yang memberikanmu ini adalah gadis berambut hijau dengan poni menutup sebelah mata?"

"Hmm? Penampilannya yang sekarang memang bukan seperti itu, tapi tetap benar jika aku mengatakan ya."

Mendengar itu, beberapa hal yang ingin kupastikan kebenarannya mulai bermunculan di kepala. Mungkin inilah kesempatanku.

"Jadi maksudmu …."

"Aku bertemu dengannya, dan memahami alasanmu datang ke akademi ini atau pun beberapa hal lainnya yang berhubungan."

"Begitu …."

Aku menunduk. Ini sedikit membuatku terkejut. Aku ingin menanyakan hal lain, tetapi setelah melihat reaksi Reva yang mengangkat salah satu tangan seperti menolak padahal aku belum bicara, aku pun menahan diri.

Tetapi pertanyaan lain mungkin bisa.

"Boleh aku tahu alasan kenapa kau tidak mau menjawab pertanyaanku?"

"Dia membuatku bersumpah atas Segel Roh-ku. Jika kulanggar, aku akan kehilangan Roh Kontrak-ku dan tidak akan dianggap sebagai Kontraktor lagi."

Hmm~ ia terlalu berlebihan kurasa. Nah, lupakan itu. Biar kulihat apa isi dari surat yang dituliskan olehnya.

Tiba-tiba, saat membaca awal-awal surat itu, Reva menarik lengan bajuku sementara dia menepi ke sisi lain kursi.

Aku yang mengerti alasan ia menarik lengan bajuku pun duduk di sebelahnya dan melanjutkan bacaan.

"…."

Seketika, aku jadi terdiam dan lupa sudah sampai mana aku membaca apa yang ada di tangan. Jantungku juga mulai berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

Ya mau bagaimana lagi? Tuan Putri di sebelahku tiba-tiba saja menyandarkan kepalanya ke bahuku.

"Emm …."

"Lanjutkan saja apa yang sedang kaubaca. Jangan pedulikan aku. Aku cuma ingin mencoba nasehat Clara tentang membuat hati sedikit lebih tenang."

Kalau ia bilang begitu, ya sudah. Maka aku akan …. Yah, sepertinya aku mau tidak mau membaca ulang surat ini.

Ketika kulanjutkan dan sudah melewati paragraf yang belum pernah kubaca, Reva kembali bersuara :

"… Ini agak aneh. Clara bilang, merasakan kehangatan orang lain bisa membuat seseorang lebih tenang. Ya, itu memang benar. Tapi, entah kenapa ada hal lain yang kurasakan. Aku tidak terlalu mengerti itu. Jantungku juga malah jadi berisik."

Jantungku juga begitu, sih. Apa yang harus kukatakan, ya? Kurasa berdiam lebih baik. Aku juga tidak mengerti dengan perasaan orang lain, jadi diam saja.

***

Beberapa saat kemudian, aku memahami inti surat ini. Dan Reva sekarang …. Yah, ia mungkin kelelahan karena alasan tertentu hingga membuatnya jadi tertidur di bahuku seperti ini.

Omong-omong, sekarang yang kumaksud itu adalah sekitar 20 menit setelah aku selesai membaca dan memahami isi surat yang kini masih ada di tanganku.

Kupikir sebentar lagi ia akan bangun. Jadi kubiarkan saja tetep seperti ini. Jujur saja, aku sedikit bertanya-tanya bagaimana reaksinya saat sadar kalau telah tidur di bahuku.

Oh, ia bangun.

"Pagi, Nona. Apa mimpimu indah?"

Kukatakan itu dengan senyuman. Usil, tentunya.

Rambut biru mudanya sedikit berayun ketika ia memindahkan kepala dari bahuku. Sepasang mata emasnya berkedip berulang kali kemudian ia kocek saat menatapku.

"—Aku tidak ingat. Tapi, kurasa itu sedikit berhubungan denganmu. Sepertinya sudah saatnya bagiku kembali."

Reva berdiri dan memberikan kucing milik Freya kepadaku lalu menepuk-nepuk pelan roknya kemudian meminta kembali kucing tadi.

Aku menyadari kalau kedua pipi Tuan Putri ini merona merah. Meskipun ekspresi yang ditunjukkan olehnya seperti orang yang tidak terlalu peduli mengenai itu.

Reaksi Reva yang sekarang—setelah kami lama kenal—memang tak mengecewakan.

"Apa? Ingin aku masih menemanimu? Tidak bisa. Jadi cepat kembalikan kucing itu. Aku bertanggung jawab untuk menjaganya."

"Baiklah, baiklah."

Ternyata sampai sini saja, ya? Niatku sih ingin melihat wajah yang meronanya itu lebih lama, tetapi apa boleh buat.

Usai mendapat kembali kucing titipan Freya, Reva berjalan pergi. Namun belum jauh, ia berbalik menatapku.

"Kuakui, tadi aku diberi tahu gadis itu tentang inti dari surat itu. Jika ingin pergi, lakukanlah sekarang. Mungkin alasan kenapa libur akademi berhubungan dengan ini. Gadis itu ingin kau pergi menyelamatkannya, sama sepertiku."

"Apa maksud–"

Tanpa menunggu balasanku, Revalia pergi.

"… Menyelamatkan, ya?"

Memangnya … aku melakukan sesuatu untuk mereka berdua? Kalau soal gadis itu, jelas aku tidak ingat apa pun. Tetapi untuk Reva …. Memangnya ada?

Untuk saat ini, lupakan saja itu. Yang harus kulakukan sekarang ialah menyiapkan semua yang diperlukan lalu pergi menyusul Selestina sebelum ia berjalan terlalu jauh.