"Elkan~!"
Gubrak. Tubuhku dipeluk seseorang yang menggunakan cara menabrakkan dirinya. Ketika berbalik, aku pun menemukan ….
"Elina, jangan tiba-tiba seperti itu."
Itulah nama kelinci yang kini melingkarkan pergelangan tangan di leherku, serta menekankan seluruh beban tubuhnya ke punggungku.
Senyum yang ditunjukkannya sama sekali tidak memancarkan rasa bersalah. Bahkan, itu terasa seperti menyepelekan hal ini.
"Wo-Wo-Wo-Woah …."
Tiba-tiba saja, Elina panik ketika terlepas dariku. Di belakang kami, laki-laki selainku di Akademi Roh Emerald ini mengangkatnya melalui kerah baju.
Kalau tidak salah, namanya adalah Iwao Katsuhito. Iwao adalah marga keluarganya, dan Katsuhito-lah namanya. Ia berasal dari Kekaisaran Seirun—Negara di benua Drera.
Ini agak tidak disangka, tetapi beginilah kenyataannya. Mereka berdua murid di akademi ini, dan lebih mengejutkan lagi, kami bertiga rupanya sekelas.
Kata Elina, pada hari sabtu ketika aku tiba di akademi—pulau—ini, mereka mendapat misi dari GB dan menjalaninya selama seminggu lebih.
Jadi karena itulah kami tidak pernah bertemu selama seminggu. Untuk bentuk misi yang mereka terima, aku tidak tahu.
"—Jangan mengganggu orang, Kelinci."
Setelah mengatakan itu dengan suara yang terdengar agak tajam, barulah Katsuhito melepaskan Elina yang meronta-ronta demi mendapat kebebasannya.
Gadis kelinci tersebut berlari, bersembunyi di belakangku yang kini menghadap lelaki itu.
Kedua telinga kelinci yang mencuat ke atas sedikit berkedut saat Elina menyipitkan tatapannya pada Katsuhito sambil berkata, "Menakutkan~"
"—Baiklah, bagaimana kalau kita pergi ke kantin sekarang? Yah~ karena ini sudah istirahat jam kedua, aku sekarang agak lapar."
Sebagai penengah di antara mereka, aku mengusulkan hal tersebut. Elina keluar dari punggungku, dan Katsuhito mulai berjalan pergi.
Meski tanpa kata-kata, entah bagaimana aku paham kalau mereka berdua menerima usulan itu.
"Boleh aku ikut?"
Keluar dari ruang kelas adalah Hana. Permintaannya itu lalu diterima oleh Elina, dan kami berempat pun pergi ke kantin.
***
Sesampainya di sana, kami memesan apa yang kami mau, kemudian pergi ke tempat meja kosong berada.
Jika bukan karena uang pemberian Rio pada tiga hari yang lalu, dompetku pasti sudah menangis sekarang.
Tahu, 'kan? Kalau harga makanan di kantin ini setara dengan restoran kelas atas. Tetapi yah, kuakui kalau itu sesuai dengan rasanya. Mantap~
"Oh ya, Katsuhito. Apa kautahu sesuatu mengenai Kontraktor Laki-laki Pertama? Yah, ada sesuatu yang ingin kucari tahu."
Menanggapi pertanyaanku, Katsuhito memicingkan matanya kepadaku, lalu berpejam saat mengunyah makanan sekaligus berpikir.
"… Akan kujawab beberapa yang kuketahui. Katakanlah."
"Baiklah. Apa benar orangnya pernah membuat semua Kontraktor Roh Laki-laki berkumpul?"
Kutanyakan itu padanya. Lalu setelah terdiam beberapa saat untuk mengunyah dan menelan apa yang ada di mulut, Katsuhito menjawab :
"Ya, pernah. Tahu dari mana?"
"Rio coul Dafesilo. Pangeran pertama di salah satu negara di benua ini—Kerajaan Dafesilo."
Anggukan dilakukan olehnya beberapa kali sesaat mendengar jawabanku. Sekali-kali ia mengatakan, "Pria itu, ya…?" sebelum meraih sendok dan makanan di piring.
Sebenarnya, yang ingin kutanyakan pada Katsuhito adalah—
"Membicarakan soal Ray, aku ingat berita atau informasi yang diberikan olehnya; ada Shadow berwujud seperti Esrad yang kekuatannya setara dengan Peringkat B, tapi memiliki akal untuk berpikir layaknya kita."
Yang benar? Seakan-akan satu pemikiran, aku dan Hana saling pandang dengan mulut yang baru saja dimasuki makanan.
Omong-omong, Esrad adalah sebutan untuk para ras yang ada di dua dunia. Naga dan beberapa mahluk berakal cerdas lainnya tidak termasuk. Mereka punya gelar tersendiri yang disebut Gimilog. Para Roh juga termasuk dengan sebutan itu.
"Katanya, ia mengalahkan tiga Shadow itu sendirian. Dilaporkan juga, ketiga Shadow itu mencoba membobol pertahan akademi dan ketahuan olehnya di Hutan Argang."
Pertanyaan. Kegabutan apa yang membuat dirinya berada di Hutan Argang? Aku ingat tempat tersebut mengelilingi Akademi Roh Diamond, tetapi untuk sampai ke sana tidak perlu menerobos hutannya. Ada gerbang teleportasi di sana.
"Hee~ Yang kuat memang beda, ya? Mengalahkan tiga Shadow berkekuatan Peringkat B sendirian. Kalau aku, pasti keesokannya sudah dikunjungi puluhan orang untuk pemakaman. Bahkan, satu Shadow Peringkat F bisa membuatku kewalahan."
Usai mengatakan itu, Hana meminum jus sirsak melalui sedotan yang mana gelas rampingnya itu berada di dekat tanganku.
Oh ya, posisi duduk kami adalah aku berseberangan dengan Katsuhito, begitu pula dengan Hana dan Elina. Meja di sini memiliki empat bangku.
"Yah, kalau itu aku, pwashti jwugah bwerhnawhib swahma."
Jangan makan sambil bicara, oi!
"Jangan makan sambil berbicara, Kelinci."
O-Oh~ pacarnya ikut menegur. Tidak, sepertinya masih belum, meski mereka terlihat dekat. Tunggu saja sampai kapal mereka berlayar nanti.
***
"Elina sialan."
Sambil menatap langit-langit kamar ke 21 Asrama Kelas Rat, aku menggerutukan hal itu di atas tilam dengan tangan sebagai bantal untuk sementara waktu.
Gara-gara kelinci itu, aku melupakan tujuanku untuk bertanya lebih lanjut mengenai Kontraktor Roh Laki-laki ketika ia membuka topik lain mengenai Shadow tadi.
"Elina? Kelinci menyebalkan itu?"
"Iya, dia."
Sambil menghadap layar komputernya dan membelakangiku seperti biasa, Freya menanggapi gerutuanku tanpa mengalihkan pandangannya. Seperti biasa juga.
"Kalian saling kenal?"
"Begitulah. Ia sangat menyebalkan. Sempat beberapa kali kubuat ia tersesat di persimpangan kota karena saking kesalnya. Tapi entah bagaimana ia berhasil kembali pulang."
Kejam sekali dirinya. Mulai sekarang, aku harus berhati-hati dengan gadis yang ada di depan komputer itu. Yah, bisa gawat jika aku tersesat sampai ke benua lain.
***
Kemudian, hari-hari pun berlalu. Keesokan harinya—jum'at, aku menjenguk Revalia yang sudah diperboleh pergi dari UKS. Di hari sabtu, aku menjalani hari libur dengan diam. Pada hari minggu, Hana, Katsuhito, dan Elina; datang dan mengajakku pergi ke Distrik Perbelanjaan. Freya juga diajak.
Meski sempat terjadi perkelahian antara Elina yang setengah bercanda dan Freya yang bencinya luar-dalam ke gadis kelinci itu, pada akhirnya semuanya berjalan lancar.
Dan pada hari senin, Selestina datang ke tempatku yang waktu itu sedang bersama teman kelas yang lain—Hana, Katsuhito, dan Elina lagi.
Kami berdua berjalan di lorong, melangkahkan kaki menuju ruangan GB tanpa saling melontarkan kata. Hanya langkah kaki serta suara-suara sekitar yang menjadi penghilang sepi di telinga kami.
Di perjalanan, Reva dan Clara berpapasan dengan kami. Demikian, kami pun bersama-sama pergi menuju ruangannya.
Dan di sanalah ….
"Pokoknya … saya menolak!"
Selestina berlari meninggalkan ruangan. Meski sedikit paham mengapa alasan ia pergi, aku tidak lebih paham tentang apa yang membuatnya 'menolak' itu.
Kini, hari selasa, aku berjalan-jalan di lorong lantai tempat kelas-kelas tiga berada. Dari yang kudengar, ia berada di Kelas Wolf.
Saat tiba di sana, aku mencoba menanyai salah satu siswi di kelas itu saat tidak menemukan Selestina pada salah satu kursi di sana.
"Selestina? Dia tidak datang ke kelas hari ini. Kudengar, dari kemarin dia tidak pulang ke asrama. Kalian putus, ya?"
"Mana ada! Pacaran saja tidak."
Niat datang ke sini bertanya karena khawatir, tetapi malah dituduh penyebab orang yang dicari-cari tidak kembali.
"Eh? Masa? Aku sempat lihat kalian pergi ke bioskop."
"Ah, iya, aku ingat. Kalau tidak salah, jalannya tidak cuma berduaan, tapi sama salah satu murid kelas dua."
"Wah, wah. Pasti Selestina enggak datang gara-gara enggak tahan diselingkuhin terus kabur jauh-jauh dari kamu."
E-Eh? Kenapa ini? Tadi aku cuma bertanya pada satu orang, lalu tiba-tiba ada dua yang lain ikut bergabung di pembicaraan.
"Untuk teman kita yang tidak hadir, bakar!"
"Tu-Tunggu! Hei! Kenapa tatapan kalian tiba-tiba jadi mengerikan!? K-Kabur …!"
Sepertinya …. Tidak, bukan sepertinya lagi. Aku harus segera melarikan diri dari amukan masal para gadis yang menolak dipoligami ini!