Chereads / PONZ crew / Chapter 10 - [8] Berita Dari Langit

Chapter 10 - [8] Berita Dari Langit

Hari ini aku tertawa, besok aku menangis. Hari ini aku tersenyum, lusa hatiku gundah.

Adakah keabadian didunia yang fana ini? ____________________________________

Sore itu Aku sama Dodik udah ada janji mau kerumah Elisa, Nita ngajak makan rujak mangga miliknya Elisa. Pohonya besar didepan halaman rumahnya itu lagi berbuah. Mangga gadung, enak kalo dirujak agak muda. Rasa manis dan kecutnya pas dilidah. Aku kesana boncengan sama Dodik naik sepeda angin milik nya.

"hai.. Al.. " Nita sudah menjemputku yang baru saja turun dari sepeda di halaman rumah Elisa.

'Nita.. Da lama?"

"gak kok.. Barusan.. Tuh kerjaan masih baru! " Nita mengalihkan pandangan ke bungkusan plastik hitam isi mangga sama bengkoang yang tergelatak dilantai. Elisa melihat Dodik sambil tersenyum juga melihatku yang baru datang.

" eh.. Mantab itu,.. Pedes ya lombok nya seperempat ! " Aku semangat melihat bungkusan lombok dikertas. " ayo dik.. Hajar hahahaha..! " lanjutku.

" hehehehe, kurang ya mangganya? Kok cuma tiga? " tanya Dodik.

" ntar tinggal ambil diatas tuh..! " aku melihat kepohon mangga Elisa. Nita dan Elisa melihatku. Dodik senyum dan langsung berlalu mengambil bungkusan hitam dan diajak ke belakang sama Elisa.

Mereka melanjutkan mengupas keliatannya.

Tapi dibelakang, gak tau ngupas apa, ngupas hati kali Hehehe..

Seneng melihat sahabat ku akur. Nampak serasi.

Nita mau ikut masuk, tapi aku menahan tangannya kuajak duduk di bangku teras rumah Elisa.

Aku senyum melihat Nita yang juga tersenyum ,lalu memandang sekitar menikmati suasana sore itu dihalaman rumah Elisa.

Rindang naungan daun pohon mangga menambah sejuk suasana dan hati kami kala itu.

Senang banget, begitu nyaman dengan Nita disamping ku.

Kami sesekali bergantian melihat. Mata Nita menusuk tepat dijantung meninggalkan bekas yang indah. Aku suka.

Kami terbuai tak bisa menyembunyikan perasaan yang seakan diajak terbang oleh sang bayu.

Bahkan angin kala itu begitu lembut, tak ingin menyakiti. Hanya menyentuh kulit dan pergi.

"enak ya.. Sejuk kena daun pohon " Aku membuka obrolan dibangku teras itu.

" iya al.. Suka ya gini teros " balas Nita seraya menggoyangkan kaki kedepan dan belakang. " aku kangen al,..kamu?"

"kan kita satu hati, ya.. Sama! " jawab ku seraya menatap Nita dengan senyuman.

" ahh aldo! " Nita menunduk sebentar disela senyumnya.

Nita nampak terbuai dengan suasana dan ucapanku tadi.

Aku merasa sepertinya Nita diciptakan Tuhan untuk kubuat selalu tersenyum padaku. Karena Tuhan tahu aku mengagumi senyumannya.

Tuhan begitu bermurah hati padaku dengan mengirimkan Nita menjadi kekasihku.

Mengisi setiap ruang hati dengan canda dan tawa yang sepertinya takkan berujung. Baik aku dan Nita begitu saling dimanjakan oleh pesonanya masing-masing. Dan tatapan mata kami itu sudah mewakili semuanya.

" al....kamu jangan marah ya? " Nita menatap mata membuka lagi percakapan. Aku merubah posisi duduk lebih menghadapnya.

" kenapa? "

" aku mau ngomong sesuatu! " Nita seketika terdiam sejenak setelah kalimat itu.

" ngomong aja, masak nunggu kusuruh? " candaku. Aku belum mengerti apa yang akan dikatakan. " jadi.. Ngomong nya? " tanya ku lagi.

" bulan depan aku mau pindah rumah al.! " Dan aku terkejut mendengar ucapan Nita." maksudnya? " tanya ku lagi.

Wajah Nita yang tadinya teduh langsung berubah datar dan nampak berat. Aku merubah duduk tepat menghadap Nita. Dia tertunduk tak mau menatap ku.Ucapan Nita kala itu seperti suara sirine ambulans yang lewat disamping ku , memekakkan telinga ku.

"maksudmu??.... Kenapa?? " Aku masih bingung. Masih belum paham maksudnya.

" ayah pindah tugas ke Tuban al! "balas Nita melengkapi kalimat yang tadi.

Aku melihatnya sebentar lalu menunduk lagi. Aku mulai bisa menerka maksudnya. Ya sepertinya,..

"aku juga tak ingin mengatakan kabar ini aldo .... tapi harus..harus kukatakan al..! "

"apa semua,... gak bisa ayahmu saja??? "tanya ku mengejar penjelasan Nita.

" ibu ingin kita pindah sekalian al.. Biar gak capek ayah harus sering bolak balik., katanya " Nita berusaha memberikan pengertian tentang apa yang dikatakan. Nita memegang tanganku. Menenangkan ku yang mulai gusar oleh pergulatan hati mendengar ucapan Nita. Aku mulai merasa gak nyaman dengan dudukku. Aku menghela nafas panjang.

"tapi Nita, kita baru saja jadian..baru brapa bulan, Aku masih pengen deket kamu.!"

"aku juga al.. Perasaan kita sama, aku masih ingin menikmati kebersamaan kita, seperti ini! " balas Nita seraya menatapku dan tertunduk lagi.

Aku cuma bisa kembali terdiam mendengar kalimat Nita, kulempar pandangan ke arah jalan. Pandanganku kosong, menerawang jauh menembus tembok bangunan rumah diseberang jalan itu.

"maafkan aku ya al...aku tak mungkin menentang mereka.... akuu.. akuuu... " aku melihat bulir air bening mulai jatuh disudut mata Nita. Hatiku makin berat melihatnya. Kesedihan ini menyergap rongga dada ku. Tak berkutik dibuatnya.

" trus kita gimana Nita? " tanya ku. Nita masih menitikkan airmata. Aku mencoba mengusap dengan jari tangan.

"kita jalani saja al.. Aku masih pengen sama kamu!! " jawab Nita terbata. Hatiku melembut.

" aku juga Nita!, Kamu mau mencoba? "

" aku tak mau mencoba al.. Aku ingin menjalaninya.. Sama kamu!! " Nita menatap mata ku lekat, dia berusaha meyakinkanku dengan tatapan itu. Memberikan harapan yang sepertinya mustahil dalam pikiranku saat itu.

" syukurlah.. Aku senang kamu mengatakan itu Nita! " jawab ku berusaha saling menguatkan hati., meskipun tetap berat, mungkin hal terberat yang terjadi dalam hidupku saat itu. Ditinggalkan seseorang yang begitu aku cintai.

Aku memegang tangannya , menyentuh bahunya dan menyandarkan kepalanya didadaku. Menyentuh pipinya dan menghapus sisa linangan airmata yang jatuh dipelupuk matanya berusaha memberi kenyamanan pada tubuh Nita yang terlihat begitu rapuh kala itu.

"sudah, jangan nangis Nita..cukup ya.. Aku minta maaf atas ucapanku tadi.. Harusnya tak kutanyakan padamu.!" aku memegang bahunya. Menatap matanya.

" aku yang minta maaf aldo!"

" tidak ada yang salah Nita.. Sudah, aku memahaminya.. Aku mau kita kuat dan berjanji untuk melewati ini! "

" ya aldo, aku janji!! " Nita menatap mataku tanpa berkedip. Dan malaikat mencatat janji kita berdua kala itu.

___________________________________

"Ini takdir Tuhan Nita, pasti bukan Maumu dan Mauku, aku yakin kita tak bisa memilih,

Tidak untuk hal ini.!"

___________________________________

Elisa dan Dodik keluar membawa semangkuk besar irisan mangga dan bengkoang juga sambal kacang dicobekan, butiran isi lombok terlihat banyak menghiasi ulekan kacang. Level 9 sepertinya!

" UAAHHH! " Candaku sambil melihat cobek yang dibawa Dodik berisi sambal itu.

"ayo al... Serbu.. Pedes ini! " ucap Elisa padaku seraya melihat Nita.

Aku ingin mengalihkan suasana kesedihan yang baru saja aku dan Nita alami. Aku gak mau terlarut, toh ini bukan akhir. Ini babak baru dalam sebuah hubungan dengan jarak dan waktu.

Dodik dan Elisa sepertinya paham apa yang baru terjadi dengan ku dan Aldo.

" ayo Nita... Jangan malu malu hahahaha..! " Dodik melihat Nita, menggoda dengan candanya karena dia tau Nita baru saja menangis. Dodik berusaha menghiburnya. Aku senang melihatnya.

" ini suka lis...! " Aku menggandeng tangan Nita mengajaknya ke ruang tamu menikmati rujak mangga yang sudah mulai dicicipi sama Dodik dan Elisa.

Nita duduk kursi sampingku. Aku menyuapinya dengan irisan mangga. " jangan banyak banyak al sambelnya! " pinta Nita sambil menahan irisan mangga ditanganku.

Aku, Nita , Elisa dan Dodik menghabiskan waktu senja itu dengan gelak tawa, tanpa lagi air mata hanya keakraban dan kemesraan persahabatan dan cinta.

Aku hanya mau sisa waktu sebelum kepergian Nita kuhabiskan dengan senyuman dan canda mesranya.

Aku mau tatapan mata hampir bundar itu tertancap lagi dijantungku.

Aku ingin menikmati setiap detik waktu yang terlewat dengan kenangan terindah dalam guratan takdirku.

_________________________

"Aku ingin merindukan nya disetiap mataku melihat dan setiap nafasku berhembus Tuhan! "

_________________________

101120