Chereads / PONZ crew / Chapter 11 - [9] Pengantar Bidadari [1]

Chapter 11 - [9] Pengantar Bidadari [1]

Hari itu tiba, hari dimana takdir Tuhan harus dijalani oleh setiap makhluk ciptaan Nya sebagai sebuah ketetapan yang tak bisa dihindarkan. Bahkan oleh dua insan manusia yang sedang dilanda asmara sekalipun. Takdir Nya tak pernah peduli dengan rintihan hati yang sedang merindu. Tak peduli dengan betapa kalbu ini masih ingin dipeluk oleh cintanya. Dan tak peduli jika raga ini masih ingin menyentuh kulitnya dan menatap indah bola matanya.

Apalagi diusia kedekatan ku dan Nita yang baru menginjak hitungan bulan. Sebuah perpisahan adalah suatu hal yang sangat berat bagi kami. Tapi itu harus ku jalani hari ini. Ak dan Nita.

"acaranya jam brapa?  Tanya Totok padaku diatas motor perjalanan menuju rumah Nita pagi itu.

"katanya jam sembilan tok! "jawab ku agak keras.

" ya udah santai aja, masih jam delapanan! "

" tapi lebih cepat lebih baik Tok hahha!" Totok juga tertawa mendengar ucapanku.

Gak sampai lima belas menit perjalanan kami sudah sampai dibatas Gapura dekat rumah Nita. Dari jauh aku sudah bisa melihat  satu bus dan satu mobil parkir diseberang jalan rumah Nita. Hatiku makin berdebar saat nampak Nita sudah berdiri depan rumah bersama beberapa temen sambil melihat kearah ku yang mulai mendekat. Nampaknya dia sudah menunggu ku dengan senyum dan tatapan mata hampir bundar itu. Aku terus memperhatikannya sampai Totok memarkir motor dihalaman.

Totok turun kearah Nita dan menjabat tangannya. "maaf agak siang Nita!" Nita senyum,  " gapapa kok tok makasih ya udah dateng!" jawab Nita lalu Totok berlalu ke arah Rosa yang sedang ngobrol sama teman-teman.

Aku berjalan kearah Nita setelah melepaskan jaket dan helm diatas motor Totok. Aku melihatnya, dia juga tak melepaskan pandangan padaku. Nampak senang sekali,akupun tersenyum.

" sini al.. " Nita memegang tangan kananku dan diajaknya menemui ibunya yang sedang membawa tas kearah mobil.

" bu, ini aldo..! " ibu Nita melihatku sambil tersenyum mengulurkan tangan.

"Aldo..bu " akupun memaksakan senyum seraya menyambut uluran tangan ibu Nita, aku sedikit malu saat itu, belum siap untuk hal ini.

" iya.. Ibunya Nita.. " ibu Nita balas tersenyum. " kamu to aldo yang sering dibilang sama Nita ke ibu" sergah ibu Nita yang sontak membuatku  makin malu dan sepertinya wajahku mulai memerah . Untungnya tangan Nita segera menarik lenganku dan diajaknya menjauh dari rasa malu karena perkenalan itu. Aku sebenarnya sudah pernah bertemu ibu Nita sebelumnya tapi tidak pernah sendiri, selalu ada teman.

"aku kedepan dulu bu! " ibu cuma tersenyum melihat tingkah kami dan melanjutkan kegiatannya tadi.

" kamu malu ketemu ibu ya? " Nita melihat wajahku yang kurasakan sudah mulai kembali ke warna aslinya.

" nggak, cuma belum terbiasa aja! " aku berusaha mengelak, Nita cuma senyum sambil menggandeng lenganku mengambil duduk berbaur dengan yang lain.

Sekilas aku melihat Antok yang ternyata sudah ada disana, aku baru tahu, dia sedang berbicara dengan Mas Dodik , kakak nya Ari, teman kelasku.

Tiba tiba Antok berjalan menghampiri kami yang lagi duduk.

"Nita,maaf aku gak bisa nganter ya, ada acara

sama Dodik nanti siang .. Ati ati kamu disana... Kapan kapan aku pasti kesana " Antok mengulurkan tangan menjabat Nita dengan tersenyum.

Mataku terus melihat sinis wajah Antok. Pastilah aku gak suka dengan kehadirannya disini."Mengganggu mood aja si Antok itu." gerutu ku. "Antok sepertinya gak tau kalau aku udah jadian sama Nita. Atau dia memang gak mau tau? " lanjutku dalam hati.

" ya gapapa, makasi udah datang! " Nita senyum datar membalas permintaan maaf Antok. Kemudian sebentar Antok berlalu dari hadapanku. Dan Nita  kembali ngobrol sama yang lain.

Sekitar Jam sembilan mungkin satu persatu dari kami mulai memasuki bis,

"sudah semua? " tanya pak kenek mengingatkan kami sambil melihat kederetan kebelakang kursi. Dan bis yang kami tumpangi mulai melaju pelan. Aku melihat mata Nita yang menatap keluar dari jendela mulai berkaca kaca. Nita melihat bagian demi bagian rumah yang mulai di tinggalkan itu.

Ya, Betapa tidak Nita akan menangis.Rumah itulah yang pernah menaunginya ketika panas, hujan, angin bahkan ketika aku & Nita sedang bercanda dalam dekapan rindu kala itu.

Bumi dibawahnya juga pernah menjadi saksi atas keberanian seorang pemuda yang menitipkan hati & perasaann padanya malam itu lewat secarik kertas.

Seiring roda bis yang berputar menjauh dari bagian cerita hidupnya seiring Itu pula Nita nampak semakin resah, dia takkan bisa menampik kegalauan itu meski sepertinya dia berusaha menutupi dariku.

"aku juga tau Nita, akupun bisa merasakannya! "kata dalam pikiranku.

Dan akhirnya Nita tak kuasa membendung airmata yang mulai membasahi pipinya. Aku melihat itu, dan mengusap pipinya.

_____________________

Ini takdir Tuhan Nita, pasti bukan Maumu dan Mauku, aku yakin kita tak bisa memilih!!!

Tidak untuk hal ini.!!"

_____________________

"sudah Nita, jangan nangis.. Nanti aku ikut sedih liat kamu nangis! " aku terus menatap wajah ayu yang masih terus melihat kearah jendela, memperhatikan setiap jengkal jejak yang berlalu seiring roda yang bergerak menjauh.

Aku mengelus bagian belakang rambutnya, membelainya lembut. Aku sangat paham ini berat baginya. Memulai segala sesuatu dengan hal, ditempat yang baru dan jauh dariku. Bukan hal mudah untuk seorang gadis.

"iya aldo.. Maafkan aku ya.. Aku tak bisa menahan kesedihan ini! " Nita mengusap sisa airmata dan mulai menyandarkan kepalanya pada bahuku.

Aku berharap semoga bahu ini sedikit bisa menenangkan hatinya.

" Aku paham Nita! " aku memilih diam tak banyak berkata, tak ingin mengganggu hatinya saat itu, dan kubiarkan tenang disamping ku.

" makasi udah mo datang al... Kalo kamu gak dateng , aku gak tau gimana menjalani hari ini! "keluh Nita kuperhatikan.

" aku kan uda janji Nita! " masih menatap matanya meyakinkannya dan membelai rambutnya.

Selama perjalanan Nita memilih tak bicara, dia cuma bersandar pada bahuku. Hingga akhirnya Nita tak kuasa menahan matanya dan tertidur dibahuku. Aku mengecup keningnya. Sepertinya Nita tak tahu.

"tidur?  Nita? " aku melihatnya keatas ternyata Elisa yang  duduk dibangku belakang ku." iya lis! "

" kasian Nita al, udah biarin aja! "  lanjut Elisa sambil menepuk bahu kananku.

" iya lis , makasih! Aku paham "

Elisa sebagai salah satu sahabat yang begitu memahami perasaan Nita pasti juga bisa merasakan beratnya hari ini. Aku bersyukur dikelilingi oleh sahabat yang mengerti akan hubungan kami.

Akhirnya kubiarkan tubuhku menikmati sisa waktu perjalanan menuju kota Tuban itu tanpa teman bicara. Nita.

SELAMAT DATANG DI KABUPATEN TUBAN

Tulisan digapura model setengah lingkaran itu memberitahuku bahwa perjalanan ini akan segera sampai.

" Nita,..! " aku memegang bahu kirinya pelan.

Nita mulai membuka mata perlahan terjaga dari tidur yang hampir satu jam. Melihat sebentar ke arahku, ke jendela, sedikit menegakkan tubuh, melihat hamparan laut luas dan ombak yang sesekali datang menyentuh pantai.

" udah sampe? " tanya Nita sambil mengusap mata.

" iya, bentar lagi.. Udah masuk Tuban, kamu enak tidurnya " tanya ku sambil membelai rambutnya.

" he em.. Mataku berat.. al! "

" knapa ga bilang, biar aku yang bawa! " aku menggoda lagi, membuatnya tersenyum.

" aldo.. Aku nangis lagi lo..! "

" jangan ah.. Kasian matanya, berat dia hahaha!"

Canda ku. Nita memukul pelan dadaku.

Kamipun mengalihkan pandangan jendela, menikmati hembusan angin panas yang dibawa angin laut, yang membuat ku mengernyitkan kening .

Hamparan panjang pantai laut selatan meleburkan suasana.Angin dan teriknya matahari tak membuat aku, Nita dan yang lain dalam bus itu memalingkan mata menikmati indahnya karunia Tuhan ini.

Yaa..udah lama aku tak pernah melihat hamparan laut. Ini sesuatu yang beda dengan suasana dan hati yang lain, hati yang tenang bersama Nita bercampur gundah akan meninggalkan nya.

Ombak yang bergulung dikejauhan terlihat seperti berlari menyambut ku.

Air yang bergulung dan diterpa sinar surya seakan ingin merengkuh hatiku yang gelisah.

"bagus ya Nita? " tanya ku seraya melihat jauh ke depan.   " kamu suka? "  lanjutku.

" iya al.. Tapi aku lebih suka di Mojokerto, sama kamu! "  Nita menatap mataku manja.

" iya, aku pasti kesini lagi, aku udah bilang kok sama laut ini " aku senyum. Nita menyandarkan kepala.

" kamu liat ombaknya... Besar! "

" knapa..! " tanya Nita.

"  sama,.... besar seperti rinduku ke kamu! " Aku menyentuh hidungnya dengan jari telunjuk sambil tersenyum.

" aldo...! " Nita memukul pelan pahaku dan  kembali bersandar pada bahuku menikmati kedamaian ini. Damai bersama kekasih yang telah dipilihkan Tuhan untukku hari ini yang kuingin selamanya!

Aku menyibakan sebagian rambut yang ada dikening Nita menutupi wajah yang entah bagaimana waktu itu, kusut dan pucat pastinya. menyentuh pipinya dengan dua tanganku seraya menatap matanya lekat,

"aku titipkan hati ini padamu Nita,.. Juga sama laut disana .. Suatu saat kuambil lagi! " Aku mencium kening Nita. Berusaha memberinya kedamaian atas kegundahan hatinya. Meskipun aku sendiri sedang merasakan kegelisahan yang mulai bertambah seiring waktu.

___________________

111120