Chereads / PONZ crew / Chapter 15 - [13] Cerita Dalam Cerita

Chapter 15 - [13] Cerita Dalam Cerita

"Tuhan, Aku Tidak Meminta Engkau Ringankan. Untuk Kali ini , Kuatkan Saja Dinding Hatiku Menanggung Rindu Akan Dia"

()--()

Jam diatas papan tulis menunjuk pukul 10.30, dan suara besi yang dipukul baru saja terdengar menjadi tanda jam pelajaran hari ini berakhir. Senang? Pasti!

Buku paket sejarah dan buku tulis yang tergeletak diatas meja kujadikan satu lalu kumasukkan dalam tas hitam milikku, Totok yang disebelahku juga sama. Bel pulang adalah hal paling ditunggu olehku Atau mungkin juga bagi sebagian dari kami?

" kamu nanti pulang jalan, apa naek sepeda al? " nada pertanyaan Totok setengah berbisik. Takut terdengar bu Tutik.

" knapa tok? "

" gapapa al, kalo kamu jalan, mending bareng aku aja ku antar pulang! " jawab Totok seraya memasukkan pulpen dalam tasnya.

"ohh, gak usah, bawa sepeda tok! "Totok sekilas melihatku sambil menutup resliting tasnya dan meletakkan diatas meja.

"anak anak jangan lupa hari senin kita latihan soal ya buat persiapan ebtanas! " suara Bu Tutik, guru Sejarah mengingatkan sambil merapikan buku diatas mejanya.

" YA BU! " sebagian kami menjawab serentak. Aku cuma mendengarkan Bu Tutik menyampaikan pemberitahuan.

" baik anak anak silahkan pulang! Jangan lupa belajar, buku paket dibaca, sebentar lagi kan ebtanas!" lanjut beliau.

Dan teman teman satu persatu mulai keluar kelas dibelakang Bu Tutik.

" aku duluan tok! " sambil beranjak dari kursi dan mulai berjalan meninggalkan bangku dengan Totok yang masih disana. Entah ada perlu apa dia gak langsung pulang.

" AL! " [suara perempuan memanggil namaku]

Aku menoleh berhenti depan pintu kelas, ternyata Elisa sudah dibelakang ku.

" Nita kemaren telpon aku al, titip salam katanya buat kamu! " ucap Elisa.

Aku senyum pada Elisa." iya lis, udah telpon aku kok, makasi salam balik ya! "

" ya dah aku cuma nyampaikan,.. kamu baik-baik ya sama dia al, Nita tuh suka banget soalnya sama kamu! " pesan Elisa padaku sambil berjalan duduk depan kelas." tiap telpon aku yang ditanya mesti kamu dulu! " Elisa senyum.

Aku melihat Elisa. " iya lis, kangen Nita, gak enak sekolah gak ada Nita!" Elisa melihatku dengan pandangan tajam. Pasti mengerti ucapanku itu

" pasti al, aku paham kok, aku aja kangen sama dia! " Elisa senyum." ya dah kamu kalo bisa kesana ja al! "

" iya sih pengen, tapi nunggu abis lulusan aja rencanaku lis!,

Elisa mengangguk sambi senyum tipis mendengar ucapanku." ya dah al, aku pulang dulu ya " Elisa berdiri." ati ati ya lis! " Elisa berjalan melewati lorong kelas arah keluar.

Aku tak langsung berdiri, sejenak masih memperhatikan Elisa yang berjalan melewati deretan kelas, didepan pintu keluar sekolah terlihat Dodik sudah menunggu, dan tersenyum. Mengingatnya membuatku tersenyum karena aku pernah merasakannya ketika masih ada Nita.

"al..nanti jadi ya kerumah Rosa " Totok menyusulku dari belakang saat aku baru saja berjalan beberapa langkah dari tempatku duduk bersama Elisa tadi.

" jam berapa tok? " tanya ku.

" habis magrib ya al" lanjutnya sambil memegang bahuku.

'iya tok, jemput ya! "

Beresss!" jawab Totok seraya tertawa, " ya dah al, aku duluan!" Totok mengambil langkah cepat ke tempat parkir.

"ya tok! " jawab ku.

Totok kelihatannya masih belum jadian sama Rosa, info yang kudengar seperti itu. Malah kelihatannya Rosa sekarang lagi didekati sama anak kelas 3b,depan kelasku. Entah mungkin Rosa yang belum ada rasa ke Totok. Kasian juga si Totok. Tapi sepertinya Totok belum mau menyerah. Baguslah!.

Bayangan tubuhku baru saja melewati pintu gapura sekolah ketika nampak Iga berdiri di depan pagar sekolah. Sekilas aku melihat Iga, tapi sepertinya Iga gak sendiri kali ini, ada seseorang bersamanya. Perempuan.

Kuhentikan mengayuh sepeda menoleh kearah Iga . Dia sedikit tergesa gesa berjalan mendekat diikuti gadis disamping nya .

Iga berhenti didepanku, gadis itu disamping nya. "al.. Ini lo yang kapan hari titip surat buat kamu, kenalin" Iga menoleh sebentar pada teman perempuannya yang tersenyum padaku. Aku memperhatikannya sekilas.

"aldo, kamu? " balik tanyaku yang masih memperhatikan gadis yang berdiri disamping Iga dengan rambut hampir sebahu itu yang juga melihatku sambil kusodorkan tangan padanya.

"Kristin ",

Dia menyebutkan namanya. Parasnya cantik, sorot mata tegas menatapku dengan tinggi badan setelingaku, kulit bersih dengan sedikit bulu tipis ditangannya. Itulah kesan pertama yang bisa kutangkap dari indera mataku saat awal perkenalan itu.

"sekelas sama Iga ya kamu? " tanya ku memulai percakapan setelah aku melepaskan jabat tangannya, diatas trotoar depan sekolah.

"he em."" Dia cuma mengangguk, sambil kedua tangannya dirapatkan lurus kedepan.

"rumahmu mana" tanyaku lagi.

"gatul, jalan Jawa " dia menyebutkan lengkap alamat rumahnya.

" oh, yang perumahan depan rumah sakit itu? " aku memperjelas. " satu jurusan itu sama rumah Iga ! " imbuhku.

" iya al makanya Iga bareng " jelasnya. Aku mengangkat alis mata.

Iga melihatku. " dari kemaren minta ketemu kamu al! " sergah Iga sambil tertawa pelan. Gadis bernama Kristin itu nampak sedikit malu. Tapi kuakui, dia cukup berani mendekatiku dengan mengirimkan surat meski awalnya lewat Iga, salut menambah kesanku padanya.

" sambil jalan yuk ngobrolnya! " Iga mengajak kami melanjutkan perjalanan.

" kapan kapan main kerumah ya al"

Aku sedikit terkejut mendengar ucapannya yang itu. "iya.. Kalau pas lewat " ucapku menyenangkannya. "udah? Ayo jalan!" aku mulai mengayuh sepeda diikuti Iga dan Kristin.

Kami bertiga melaju beriringan diatas sepeda angin siang itu sambil sesekali melanjutkan percakapan ringan diantara deru kendaraan. Iga, Kristin ditengah lalu aku. Cukup terhibur hari itu. Ada Kristin dan Iga yang menemaniku pulang sekolah.

Gak seperti biasanya..

Sejak Nita pindah, gak ada canda yang mengiringi kepulanganku dari sekolah. Gak ada lagi senyum indah dilesung pipi tipis yang mengakhiri hariku.

________________________

"Terima kasih Kristin sudah mau mengenalku,

Tapi maaf aku belum bisa membalas surat dan perhatianmu, bukan karena aku gak suka.

Kamu cantik,! sungguh tak aku tampik akan itu ,dan aku yakin setiap lelaki di sana banyak yang ingin menyandarkan hatinya padamu.

Tapi, Janganlah dihatiku!"

Karena disana ada Nita, sosok paras ayu yang sedang menanti kesetiaan, aku tak mungkin berpaling. Aku takkan sanggup membuatnya melinangkan airmata lagi.

___

"assalamualaikum? "

" walaikum salam.. Iya.. Dengan siapa? "suara perempuan dari seberang telepon membalas salamku.

" ini aldo bu, Nita nya ada? "

" oh iya, ada al sebentar ya ibu panggilkan, lagi dikamar dia! "

" iya bu trimakasih ". Jawabku.

Tek [Suara gagang telepon diletakkan] .

(suara tapak kaki berlari lirih ku dengar dari speaker telpon)

"hai aldo.! "suara Nita yang terdengar renyah ditelingaku nampak begitu gembira menerima telponku malam itu. Dan rasanya pengen terbang saat itu, langsung memeluk nya.

" hai Nita, baik ya? " balasku dengan begitu tak tertuliskan yang kurasakan.

" baik al, tapi kangen , kapan bisa kesini?"

Kalimat yang diucapkan Nita itu selalu berhasil membuat ku tak bisa berkata. Aku sejenak terdiam. "iya Nita, pasti, kan udah janji!" balasku, "kamu sabar ya?" lanjutku.

"iya al, kutunggu kedatanganmu! "

Begitulah Nita selalu menyampaikan kerinduannya ingin bertemu dengan ku dan akupun sama. Dan kalimat itu tak pernah lupa kami ucapkan ketika sedang ngobrol ditelepon. Kalimat itu seperti penyemangat bagi hati yang ditawan jarak dan waktu.

Sungguh!, Bagiku dan Nita yang saat itu sedang menjalani hubungan jarak jauh, suara dari masing masing kami saat bicara ditelepon begitu kami nantikan dan terasa begitu memberikan kenyamanan. Ucapan Nita yang kadang disampaikan dengan manja seperti merayu begitu menyejukkan raga yang dahaga ingin segera bertemu.

Karena aku tak lagi bisa melihat senyum dibibirnya, hanya mendengar kata kata yang keluar dari mulutnya. Aku tak bisa menyentuh kulit dan membelai rambutnya hanya bisa membayangkannya.

Kadang tawa kecil tertahan yang terucap dari bibir Nita terdengar begitu menggemaskan ditelingaku.

Dan kembali aku terjatuh dalam kubangan rindu. Dan tak ingin segera beranjak dari semua kenyamanan yang dihadirkan pada hati dan pikiranku.

Kangen akan hadirnya, rindu akan tatapan matanya, rindu akan semua hal yang pernah diberikan olehnya pada kehidupanku.

___________________

13112o