Chereads / PONZ crew / Chapter 16 - [14] Tamparan Dari Surga

Chapter 16 - [14] Tamparan Dari Surga

[PERIHAL KELULUSAN]

Pagi itu, papan pengumuman dari papan tulis yang di tempeli kertas putih itu sudah dipenuhi siswa kelas tiga yang berdiri bergerombol melihat daftar namanya pada tulisan EVALUASI BELAJAR TAHAP AKHIR NASIONAL (EBTANAS) hari ini.

Dodik yang berdiri didepan ku duluan berteriak, "AKU LULUS, AKU LULUS AL!". Dodik berbalik dan memegang bahuku sambil diguncangnya. Aku tersenyum lebar. Senang melihat tingkah Dodik. Dia berlalu ke arah kelas melewati lapangan basket sambil mengangkat kedua tangannya dan tersenyum lepas.

Akupun maju mendekat menggantikan posisi Dodik berdiri di depan papan pengumuman. Jari kuletakkan di atas kertas dan mulai mencari namaku sambil mataku mengikutinya. Dan akhirnya perasaan lega dan bahagia bisa kurasakan setelah melihat namaku tercantum dipapan hitam yang ditempeli kertas putih itu.

_______________________________

29.      Januar Rivaldo   LULUS    

------------------------------------------------

"kelihatannya lulus semua al sekelas! " Aku agak terkejut, ternyata Hadi sudah dibelakangku.

" iya Had, pas ya empat puluh satu siswa namanya ada semua, gak ada yang tinggal!" Jawabku. Lalu Hadi mengajakku berlalu ke kelas.      

"Nita, akhirnya aku LULUS,! bagaimana dengan mu, aku berharap kamu bisa merasakan kebahagiaan yang sama saat ini. Andai saja kamu disini saat ini Nita,merayakan kabar bahagia ini bersamaku. Bersama Elisa, Tamik, Rosa, Dodik, Totok dan teman teman yang lain." Ucap ku dalam hati sambil berjalan dan melihat wajah-wajah yang di penuhi tawa. "Lihat Nita!, wajahku dan wajah mereka, semuanya tersenyum dan tertawa begitu bahagia. Andaikan kamu bisa menjadi saksi betapa wajah wajah itu begitu gembira." Masih kalimat di otakku.

Ya, hari itu kami bersorak, merangkul, tertawa lepas, ada juga yang berteriak ingin mengekspresikan kegembiraannya masing masing.

Hari itu setelah tiga tahun lamanya aku mengenakan seragam kemeja putih dan celana biru akhirnya bisa kulalui dengan membanggakan.

Ibu dan Ayahku, pastilah mereka berdua senang dengan hasil yang telah kucapai saat itu. Dan yang lebih membuat mereka senang adalah, ketika aku bisa diterima di Sekolah Menengah Atas Negeri di kotaku pada beberapa hari berikutnya . Itu sebuah kebanggaan bagi orang tua yang anaknya bisa diterima di sebuah sekolah favorit menurut mereka,dan tentu saja menurut pandangan orang tua murid yang lain juga pastinya.

Dari semua pencapaianku ketika itu, sebuah sepeda motor merk Honda grand warna hitam dihadiahkan ayah buatku. Bertambah lagi hari hari yang membahagiakan diusiaku yang menginjak enam belas tahun kala itu. Mungkin bisa dibilang ini kebahagiaan ke dua setelah yang pertama menjadi kekasih Nita tentunya. Hehehe..

Iya, tentang Nita, aku jadi ingat dan langsung pengen meneleponnya malam itu.

"assalamualaikum? "

" walaikum salam, Dengan siapa ini ? "suara perempuan dari seberang yang bisa kupastikan itu ibu Nita. Hatiku mulai berdegup pelan.

" ini aldo bu, Nita nya ada? " tanya ku.

" oh iya al, ada.. Gimana kamu ? Lulus? "tanya ibu Nita.

" alhamdulillah bu, berkat doa ibu juga"

"alhamdulillah aldo baguslah, Nita juga lulus dengan nilai memuaskan al, jadi bisa masuk sekolah negri ," lanjut beliau.

"iya bu " jawabku senang sekali mendengar kabar dari ibu Nita itu.

" sebentar ya al, ibu panggilkan Nita "

" iya bu, terimakasih. " jawab ku.

TEK [suara gagang telepon diletakkan] Tok tok [suara pintu diketuk]

Aku menunggu dengan jantung yang mulai berdegup, dan tak lama pastinya karena Nita juga pasti sedang menanti telepon dariku. Aku masih yakin 1oo% akan hal itu.

"hai aldo.. "suara dari ucapan Nita yang terdengar begitu renyah ditelingaku nampak begitu gembira menerima telpon ku. Raga ini begitu ingin langsung memeluknya.

" hai Nita, lagi mikirin aku ya, pasti lagi seneng kamu hahahaha! " Nita juga tertawa.

" gak, sok tau! " candanya, tapi senyum tertahan gak bisa disembunyikan dariku. " lagi mikirin yang jauh tapi bukan kamu! " imbuhnya.

" sapa emangnya ? " tanya ku berlagak curiga.

" januar rivaldo hehehe! " Nita menyebutkan nama lengkapku. Dan akupun tertawa lagi. " gimana al, lulus kan, Elisa baru aja telpon katanya sekelas lulus semua "

"iya Nita, seneng teman-teman kita gak ada yang gak lulus ya, kamu juga kan? " aku balik tanya.

" kok tau, aku kan belum bilang? " Nita balik bertanya,

" udah, ibumu tadi yang bilang " kami berdua tertawa hampir bersama, lalu tawa kami mereda dan hening sesaat. Menikmati keheningan, mencoba merasakan hati yang sedang merindu. Meraba dalam bentangan jarak yang memisahkan.

Percakapan ditelepon dengan Nita malam itu begitu kurindukan, hangat menghantarkan sebuah rasa yang lama terpendam. Aku begitu mencintai perasaan ketika kami bicara. Saling menguatkan hati masing masing pada sebuah harapan akan pertemuan.

____

Pagi yang cerah, beberapa burung gereja yang sedang mematuk matuk aspal jalan depan rumahku mengawali hari itu dibulan juli. Hari pertama aku masuk sekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 pagi itu. Aku sekarang sudah resmi memakai baju , PUTIH ABU ABU. Sebuah kebanggaan tentunya bagiku, karena menurut pendapat ku saat itu orang tidak akan lagi melihatku sebagai anak kecil, tapi sebagai pria yang beranjak remaja.

[ Setiap orang memiliki opininya sendiri]

Hari senin, diawali dengan upacara penghormatan pada bendera Merah Putih kemudian berlanjut aku dan teman teman yang belum aku kenal kebanyakan mulai memasuki ruang kelas. Aku berjalan menuju kelas 1a. Letaknya di sisi sebelah selatan bangunan sekolah.

Aku sengaja mencari bangku tempat duduk dibagian belakang, deret kedua. Tas kuletakkan di atas meja yang diatasnya ada beberapa bekas coretan tipex. Menggambarkan banyak cerita yang pernah tertulis disana.

Seorang anak laki-laki yang belum kukenal namanya menghampiri. Aku memperhatikannya.

"BERDY ." dia menyebutkan namanya seraya menjulurkan tangan. "aku duduk sini ya?"

"boleh " jawabku, dia meletakkan tasnya di kursi." ALDO " kusebutkan namaku.

" rumahmu mana al?" Berdy membuka obrolan, belum ada guru yang masuk saat itu. Teman teman yang lain nampaknya juga sama denganku. Mencari rekan sebangku.

" deket ber.... Ke utara sekiloan dari sini " jawabku. " kamu?" aku ganti bertanya pada Berdy.

" kalo asalku dari jogya, tapi sekarang disini, jl pemuda, ikut ayah pindah. Baru tiga mingguan "imbuhnya.

" ohh, kirain sini aja kayak aku. " aku sedikit tersenyum. Berdy juga. " dulu smp mana? "tanya ku menyambung sambi sesekali melihat yang lain juga sedang ngobrol dengan teman sebangku.

"waktu smp di Tuban al, ayahku waktu itu pindah tugas dari jogya"

Jawaban Berdy yang menyebutkan sebuah nama kota itu sontak saja membuatku terkejut. AMAT SANGAT TERKEJUT!. Alis mataku sedikit terangkat, mataku berusaha menatap Berdy dengan lebih serius.

"brapa tahun disana? "

" dua tahun " jawab Berdy.

Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu mengenai kota itu,namun kutahan. Aku akhirnya memilih menunggu waktu yang tepat untuk bertanya pada Berdy.

Nama kota yang disebutkan Berdy itu seolah MENAMPAR WAJAHKU , membuatku tersadar pada sebuah janji yang harus kutepati beberapa bulan lalu. Janji pada gadis bernama Rachma Yuanita.

"kapan kapan kita main kesana al! " ajaknya yang pasti kusambut dengan senyuman bahagia.

" iya ber, pengen, seneng pastinya! " aku dan Berdy senyum.

____

Percakapan kami terhenti ketika , seorang laki-laki dengan seragam guru berjalan memasuki ruang kelas dan berdiri membelakangi papan tulis. Kami langsung diam. Suasana berangsur damai. Sedamai hatiku yang yang mendengar Berita Dari Surga yang dibawa oleh malaikat Tuhan bernama Berdy.

"anak anak perhatian ya.. " ucapan laki-laki yang berdiri didepan kelas itu mengawali pembicaraan. Mata kami menatap kedepan. Memperhatikan. Sesaat kemudian laki-laki itu memperkenalkan diri

Ternyata laki-laki itu guru wali kelasku yang bernama Pak Imam. Beliau mengajarkan mata pelajaran Bahasa inggris. Sepertinya asyik orangnya. Murah senyum di balik wajahnya yang sedikit berbulu di samping. Pasti penyabar.

------

"Tuhan, ini aldo mau berkeluh, boleh ya.

Kalau manusia bilang engkau Zat  Yang Maha Mengabulkan, Aku Percaya saat ini.

Sepertinya Engkau Akan mengabulkan Doaku Untuk Kembali Bertemu Dengan nya.

Engkau Lancarkan Ya Tuhan... Aku Sudah Tak Kuasa Menahan Hunjaman Rindu Ini.

Aku Sekarat Tuhan, Dalam Nafsu Cinta!

Bergelimang Keresahan, Berlumpur Harapan.

Seperti Merangkul!

Terima kasih Tuhan, Untuk hari ini.

Untuk Berdy. "

_____________________

15112o