Sampai kembali di kotaku setelah pulang dari perjalanan panjang mengantar kepindahan Nita malam itu aku diantar pulang oleh Dodik, soalnya Totok yang tadi pagi menjemputku harus nganter Rosa dulu pulang.
"makasi dik! Kamu ati ati! " pesanku.
Dodik melihatku yang turun dari motor nya. " ya al aku langsung ya? " aku menepuk bahunya, dodik berlalu dari hadapanku. Aku melangkah pelan membuka pagar rumah.
Tok Tok Tok....
Belum ada suara dari dalam rumahku. "ya bentar! " Ternyata Ibu yang menjawab ketukan pintu kedua ku seraya membukanya.
"kok malem baru pulang?" tanya ibu, aku mencium tangannya lalu melihat jam dinding, hampir pukul 1o.
"iya bu, jauh ternyata, dua jam " balasku sambil berlalu ke kamar mandi.
"ya da cepet tidur besok kan sekolah!" ibu melihatku, lalu mengunci pintu dan masuk ke kamar. Ayah dan adikku, Danang ternyata sudah tidur. Kulihat jam dinding, jam 1o lebih.
Dikamar, jaket kulepas lalu kulemparkan ke sandaran kursi, tapi jatuh. Tak kuhiraukan,aku terlalu capek.
Tubuh kurebahkan ke kasur yang sudah menantiku dari tadi siang. Tangan kulipat dibelakang kepala dan mata menatap langit langit kamar.
Entah, malam itu dikamar aku tak bisa memikirkan hal lain selain wajah Nita. Mataku juga tak ingin melihat objek lain selain senyum Nita kala pandangan mata kami beradu. . Disetiap otak dan mataku menatap hanya ada nama dan wajah ayu sedang tersenyum yang bernama Nita. Seolah semua hal yang ada didekatku malam itu berubah wujud dan nama menjadi "NITA".
Raga yang lelah usai perjalanan panjang yang melelahkan itu tak mampu membuat mataku terpejam. Hati yang begitu berat menanggung beban perjalanan panjang dan harus meninggalkan Nita disana juga tak bisa membujuk otakku untuk sejenak mengalihkan nama itu dari pikiranku.
Menoleh kekanan pada gitar yang tersandar disamping ranjang, kuraih dan kupetik pelan saja senar nilon dengan jari kiriku menekan pada senar kunci "D". Intro lagu 'kangen' dewa 19 mulai kumainkan. Berulang namun tanpa syair. Bahkan mulutku sepertinya enggan untuk membuka bibirnya.
_______
"ALDO!, BANGUN! "
Suara ibu yang tak pernah bosan membangunkanku pagi itu dari lantai bawah terdengar sayup ditelinga. Aku masih gak ingin membuka mata.
" aldo udah siang! " kali ini suara ibu agak pelan. Aku baru sedikit membuka mata.
Tapi hari ini aku benar benar malas untuk bangun bu,untuk mandi,memakai baju seragam biru putih, sarapan, membawa tas, memakai sepatu, mengambil uang saku yang selalu diletakkan ibu diatas meja makan dan malas untuk berangkat sekolah.
Hari ini aku seperti kehilangan daya. Terasa begitu rapuh. Karena dia yang kini jauh ada disana, dan sebelumnya menjadi kekuatan bagiku untuk menjalani setiap harinya kini sudah terlalu jauh dipisahkan oleh jarak dan waktu. Rasa cinta padanya membuatku rapuh. Aku berada dititik kehampaan.
Namun ibu tak memahami itu, dan aku sama sekali tak menyalahkan ibu untuk itu. Aku yang memulai semua kegalauan ini, dan aku sendiri yang akan menanggung akibatnya.
"Senin", hari pertama aku sekolah tanpa dia. Ini hari pertamaku melangkahkan kaki ke sekolah tanpa Nita dikelas, dikantin, di aula, di lapangan basket, didepan kelas, di trotoar depan sekolah tempat kita berbincang saat akan pulang.
Ya,...
Ini benar benar hari pertama dimana semuanya takkan lagi sama. Ini hari pertama aku harus membuka lembaran kertas catatan perjalanan hidupku yang berbeda untuk SELAMANYA.
Dan aku datang ke sekolah terlambat, hari ini upacara penghormatan kepada Bendera Merah Putih sudah dimulai. Upacara.
Pintu gerbang kedua menuju bangunan kelas sudah dikunci pak Umar, tukang kebun sekolah.
"barusan pak? "
" ya sepuluh menitan! " jawab pak Umar dari balik pagar besi pintu. Aku berbalik menuju tempat parkir dan menunggu upacara bendera sampai selesai di sana.
Bu Asfiyah, guru Bimbingan Pelajar [BP] sudah menunggu di ruangan nya. Beliau guru yang disegani siswa.
Aku mengetuk pintu ruang BP. " selamat pagi bu " ucap ku setelahnya.
" selamat pagi!, duduk! " Bu As membalas salamku, aku menuruti perintahnya.
"kenapa al.. Tumben kamu sampai terlambat ikut upacara? Gak biasanya kamu telat upacara?" "tanya Bu As yang duduk didepanku.
" iya bu as, maaf , kesiangan telat bangun!"jawabku lalu menundukkan kepala.
" ya udah jangan di ulangi lagi , tapi kalo kamu ulangi nanti orang tuamu kami panggil ke sekolah! " bu As menasehatiku dan sekaligus memperingatkanku." itu kamu tanda tangan dipernyataan, trus nanti sebelum pulang sekolah kamu pel dulu ruang BP! ""perintah bu As sambil memicingkan mata memberi sanksi padaku. Aku segera menandatangani lembaran kertas dengan namaku tercantum disana.
" sudah bu! "
Bu As memeriksannya sebentar," ya udah kamu kembali ke kelas! " perintah beliau.
" terimakasih bu, permisi " aku meninggalkan ruangan itu dengan perasaan lega. Hufff!
Sial benar hidupku hari ini, baru kemaren ditinggalkan Nita, nanti pulang sekolah harus ngepel ruang BP.
____
Bel istirahat pertama sudah dipukul. Teman teman mulai beranjak keluar kelas. Totok teman sebangku menoleh padaku, "ayo!, kantin al". Ajaknya.
"duluan tok, ntar aja! " balasku.
" ya dah aku duluan al! ". Totok berlalu ke bangku Rosa. Mereka berdua keluar kelas." Pasti kekantin! " tebakku dalam hati. Dan itu biasa juga kulakukan saat Nita masih disini denganku dikelas ini.
" gak ke kantin? " tanya Elisa yang baru menghampiri ku dibangku.
" gak lis, males! Ntar aja istirahat kedua! " jawab ku sambil melihat Elisa yang mengambil duduk didepanku.
" udah kangen? " tanya Elisa seraya senyum.
Aku melihatnya sebentar sambil senyum." kok tau, kan aku gak ngomong?" jawabku.
"taulah, aku aja udah kangen, masak kamu nggak? " Elisa senyum agak lebar. Dia tahu apa yang sedang dipikianku. Dan itu wajar. Karena Elisa adalah sahabat dekat Nita.
" iya e lis, gak ada Nita jadi bingung gini aku mau ngapain! " Elisa serius memperhatikanku bicara." kapan main kesana lis? "lanjutku.
Elisa mengalihkan pandangan keluar kelas," belum tau al. Jauh, susah ijinnya sama ortu " kembali melihatku.
" iya lis, kamu gak ada yang nganter "Aku membuka buku tulis yang baru kututup. Elisa berdiri." mik, tunggu! " Elisa memanggil Tamik yang baru berdiri dari kursinya.
" apa lis? " tanya Tamik seraya melihat Elisa.
" aku ke kantin dulu al! " Elisa pamit padaku, aku mengangguk. Dia beranjak keluar kelas sama Tamik dan meninggalkan ku sendiri dikelas.
Pulpen yang tergeletak diatas meja disamping buku tulis kembali kupungut. Mataku menatap kertas putih bergaris itu sambil mengayun pulpen ke meja,ingin menuliskan sesuatu yang mewakili semua rasa yang ada dihati dan pikiranku kala itu,
_________________________________
"Jika RINDU adalah sebuah DOSA ,
pastilah aku jadi MANUSIA pertama yang dimasukkan TUHAN ke NERAKA.
Karena RINDUKU padamu seluas Alam semesta !!! Tak bertepi."
_________________________________
111120