Chereads / "DESTINY" / Chapter 9 - Part 9 Diculik?

Chapter 9 - Part 9 Diculik?

Jam menunjukkan pukul 21.00 malam Dya terbangun pada sebuah kamar yang sangat mewah dengan nuansa salem dan ungu muda yang mendominasi semua mulai dari cat hingga perabotan yang ada di kamar itu. Dya memperhatikan sekeliling kamar itu ada rasa was-was yang menyerang hatinya mengingat ia sama sekali tak mengenali kamar yang saat ini ia tempati.

"Aku di mana? Ini kamar siapa?" tanyanya lebih ke dirinya sendiri. "Wah....kamar ini indah sekali dan sangat luas. Ini bahkan lebih luas dari ruang tamu rumahku. Pemilik rumah ini pasti sangat kaya." Gumamnya kemudian seketika ia terpaku ketika otaknya mulai mencerna sesuatu.

"Tunggu….aku di sebuah kamar yang mewah dan indah tapi aku tak tahu ini di mana? Jangan-jangan…." Seketika ia langsung berlari ke arah balkon dan berusaha melihat keadaan di sekeliling tapi yang tampak hanyalah hamparan pohon-pohon tanpa adanya rumah lain selain mansion yang saat ini ia tempati.

Dya jatuh meluruh ke lantai air mata mulai membasahi pipinya. Rasa sesak memenuhi hatinya teringat sang bunda yang akan sangat menghawatirkan dirinya. Tangisnya pecah memikirkan bagaimana nasibnya kini. Hiks…hiks…."Bunda maafkan anakmu ini yang belum bisa membuatmu bahagia, bagaimana nasibku kini bun? Bunda pasti sangat khawatirkan? Ya Allah sampaikan rasa sayangku pada bunda dan adik-adikku. Jika sesuatu terjadi padaku lindungi mereka untukku ya Allah…." Isaknya.

Ceklek…..

Pintu terbuka Dya langsung melihat ke arah pintu, di sana Dani berdiri dan menatap heran pada sang ke kasih baru saja ia ingin bertanya Dya sudah menghambur masuk ke pelukannya sambil menangis tersedu-sedu. Melihat hal itu Dani panik dan berusaha menenangkan sang pujaan hati.

"Hei, sweet heart ada apa? Apa kau bermimpi buruk?" tanyanya sambil mengusap lembut punggung kekasihnya itu.

"Untung kau segera datang dan menyelamatkan aku!" ucapnya disela tangis.

Dani mengernyitkan alisnya. Matanya menjelajahi seisi kamar kalau-kalau ada seseorang yang telah berani memasuki mansionnya."Ada apa sweet heart apa seseorang mencoba melukaimu?" tanya Dani makin khawatir.

"Hiks….hiks…..aku takut bagaimana kalau penculik itu kembali, ayo kita segera kita pergi dari sini isaknya." Di dalam pelukan Dani.

"Hei….sweet heart tenang ya..." Bisik Dani seraya berusaha menenangkan Dya.

"Hiks….hiks..." Dya masih saja menangis namun ia mulai sedikit tenang di dalam pelukan Dani.

"Sweet heart bisa jelaskan padaku? Apakah ada seseorang yang ingin melukaimu?" tanya Dani sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh Dya yang masih bergetar karena takut.

"Aku tidak ingat apa-apa yang terakhir kali aku ingat aku tertidur di mobilmu hiks…hiks…tapi begitu bangun aku sudah di tempat asing ini. Aku tidak sempat melihat muka mereka yang membawa aku ke tempat ini hiks..hiks….. Kenapa aku bisa di culik Dan dan siapa yang udah nyulik aku, kamu pasti ingat kan?" tanya Dya masih di dalam pelukan Dani.

Mendengar ucapan Dya, Dani mulai bisa mencerna apa yang terjadi dan itu sukses membuat Dani ingin membenturkan kepalanya kalau saja ia tak takut wanita dalam pelukannya ini kembali salah faham dan keadaan semakin runyam.

"Honey dengarkan aku….kamu sama sekali gak sedang culik dan yang membawamu kemari adalah aku. Mansion ini adalah milikku, aku membawamu kemari tadi aku udah menghubungi bunda buat minta ijin bawa kamu dan nginap di sini malam ini." Jelasnya panjang lebar.

Dya diam menatap wajah Dani yang ada di hadapannya, seakan mencerna penjelasan Dani. "O....jadi ini adalah rumahmu? Dan aku tidak sedang diculik?" tanya Dya dengan wajah sumringah.

"Iya Honey, kau tidak sedang di culik karena kau sedang berada mansionku." Ulang Dani menahan kekesalannya.

"Jadi ini rumahmu?" Tanya Dya

"Mansion honey, bukan ruma…"

"Alah sama aja rumah atau mansion kan kalau tempat tinggal itu namanya rumah dan kamu tinggalnya di sini jadi ini adalah rumah." Potongnya.

Dani hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah ajaib kekasihnya itu. Baru saja tadi ia menangis tersedu-sedu karena menganggap dirinya di culik dan lihatlah kini ia sudah kembali sumringah seakan tak terjadi apa-apa. Baru beberapa hari mereka menjadi sepasang kekasih namun sedikit banyak Dani mulai memahami karakter kekasihnya itu. Meski terlihat dewasa, cerdas dan keras di luar namun saat berada di dekat orang-orang yang dipercayainya maka semua sikap yang selama ini ia tunjukkan akan hilang dengan kata lain apa yang ditunjukkannya selama ini hanyalah topeng untuk melindungi dirinya. "Serapuh apa dirimu sweet heart? Hingga kau harus menggunakan topeng untuk melindungi dirimu?" bathin Dani sambil menatap wajah kekasihnya yang terlihat kembali sumringah.

"Hm...apa yang kamu katakan barusan?" tanya Dya karena merasa Dani mengatakan sesuatu.

"Gak ada honey kamu mungkin salah dengar." Jawab Dani.

"Idi…..sebenarnya kamu mau manggil aku apa sih sweet heart atau honey? Gak konsis deh!" protesnya.

"Kan terserah aku honey…, kamu aja masih manggil aku kayak orang lain." Rajuk Dani.

"Ih...kok ngambek sih? Iya, iya mulai sekarang aku akan manggil kamu Daku." Putus Dya.

"Daku?" Tanya Dani sambil mengernyitkan alisnya.

"Iya Daku, Daniku." Jawabnya sambil berjalan mengitari dan memperhatikan letak kamar itu.

Merasa tak ada tanggapan dari Dani, Dya berbalik menatap Dani yang juga menatapnya dengan tatapan tak terbaca. Merasa risih ditatap seperti itu Dya kembali membelakangi Dani dan kembali mengitari kamar itu. "Kenapa? Kamu gak suka? Kalau kamu gak suka biar aku ganti a…"

"Tidak perlu kamu ganti aku suka kok itu adalah panggilan terindah yang pernah aku dengar." Kata Dani yang sudah memeluk Dya dari arah belakang dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher gadis itu dan membuat Dya merinding karena ini pertama kalinya ia mendapat perlakuan seperti ini dari seorang lawan jenis.

"M…Daku bisa lepasin aku tidak?" Tanya Dya.

"Tidak sampai kapanpun aku tidak akan melepaskanmu." Jawab Dani berpura-pura tak mengeri ucapan Dya.

"B…..bukan itu tapi kepalamu jangan di letakkan di situ!" Ucap Dya terbata.

Dani mengangkat kepalanya dan menatap wajah Dya dari samping. "Kenapa? Kamu gak suka kalau ku peluk?" Dani berpura-pura merajuk kemudian berniat meninggalkan Dya, namun baru saja ia akan berjalan Dya kembali menarik tangannya dan menghambur ke dalam pelukan pria itu. "Maafkan aku bukan maksudku seperti itu aku hanya merasa risih saat nafasmu menyentuh kulitku." Bisik Dya sambil menyembunyikan wajahnya di dalam pelukan Dani.

Dani tersenyum mendengar penuturan Dya, ia bukanlah orang yang tak mengerti akan bahasa tubuh seorang wanita tapi ia hanya ingin Dya terbiasa dengan sentuhan dan kehadirannya. Entah mengapa meski hubungan mereka terbilang baru tapi ia benar-benar sudah kecanduan dengan kehadiran gadis itu di hidupnya dan ini adalah pertama kalinya ia merasakan hal yang seperti ini bahkan disaat ia bersama dengan seseorang yang telah menghancurkan hidupnya dulu ia tak pernah merasakan hal yang seperti ini.

"Baiklah aku tidak marah kok honey….aku hanya bercanda. Ayo kita ke bawah kamu belum makan malam kan?" Ucapnya sambil membelai lembut rambut kekasihnya itu.

Dya menatap wajah tampan di hadapannya dengan senyuman yang merekah "Iya kenapa gak bilang dari tadi kalau makan malamnya udah siap? Dari tadi cacing-cacing di perutku berdemo. " Ucapnya sambil memanyunkan bibirnya.

Dani tersenyum mendengar ucapan sang kekasih. "Ya udah ayo kita ke bawah atau kamu mau makanannya di antar ke kamar aja?" tanya Dani.

"Gak usah aku makan di bawah saja. Sekalian pengen lihat rumahmu ini ucapnya sambil berjalan mendahului Dani.

Dani berjalan di belakang Dya yang terlihat sangat antusias dan berlari menuruni tangga.

"Honey jangan berlarian di tangga nanti kamu terjatuh." Teriak Dani dari arah belakang.

"Kamu aja yang jalannya lambat kayak siput." Jawab Dya tanpa memperdulikan teriakan Dani.

Dani menggelengkan kepalanya melihat tingkah Dya yang terlihat sangat kekanakan. "Aku benar-benar tidak sabar membawamu ke keluarga Kim honey….aku ingin melihatmu setiap kali aku membuka mata. Aku harap semua itu benar-benar terjadi karena aku tidak akan sanggup jika harus kehilangan dirimu, kau sudah menjadi bagian dari hatiku hingga rasanya kehidupanku tidak akan lengkap lagi tanpa kehadiranmu." Batin Dani sambil menatap Dya yang terlihat begitu bahagia dari atas anak tangga.

"Daku cepat dong aku dah lapar, kok kamu lelet sekali siput aja kalah leletnya sama kamu." Teriak Dya sambil mencebikkan bibirnya.

"Iya honey tunggu sebentar atau kamu duluan aja ke ruangan di balik pintu itu di sebelah kirimu itu." Ucapnya sambil menunjuk pintu yang dimaksud.

"Ogah kamu kan tuan rumahnya masa' ia aku masuk sendiri." Debatnya.

"Gak apa-apa honey ada pelayan yang akan melayanimu di dalam sana." Ucap Dani sambil mempercepat langkahnya menuruni tangga.

"Ogah. Kalau kamu gak mau ya udah aku balik ke kamar aja gak usah makan." Rajuknya sambil berbalik dan berniat kembali menaiki tangga.

"Eits...no, no honey kamu harus makan aku gak mau nanti magh kamu kambuh kalau kamu gak makan." Ucap Dani cepat dan segera membawa Dya memasuki ruang makan.

Saat tiba di ruang makan mata Dya melotot tak percaya. Ruang makan itu begitu besar dan indah. Sebuah meja lonjong dengan kursi makan yang berjumlah sepuluh buah. Dekorasi yang ada di ruangan itu begitu klasik namun terlihat modern dengan penataan lampu gantung dan ukiran serta sebuah mini bar. Dan jangan lupakan beberapa orang pelayan yang sejak tadi memberikan senyum terindah mereka. Benar-benar mencerminkan kehidupan seorang borjuis.

"Di rumah ini ada siapa saja?" Tanya Dya. Saat ini mereka sedang duduk di kursi sambil menonton.

"Kita, para bodyguard dan beberapa pelayan." Jawab Dani yang sudah menarik Dya ke dalam pelukannya kemudian berbaring di sofa panjang.

"Ih...Daku jangan main peluk-peluk malu tahu kalau ada yang liat."

"Biar aja mereka lihat toh nanti juga mereka akan terbiasa kalau kita nikah."

"Idih…..pede amat siapa juga yang bilang mau nikah sama situ." Ucap Dya berusaha melepaskan pelukan Dani.

"Gak perduli pokoknya kamu kekasih aku jadi kamu harus mau nikah sama aku. Masa' ia aku yang jadi kekasih kamu, tapi kamu malah nikah sama orang lain. Ya iya aku gak akan tinggal diam akan aku buat gak ada orang yang mau nikah sama kamu." Bisiknya sambil mencium ceruk leher Dya.

Merasa keadaan mulai berbahaya Dya berusaha menjauhkan dirinya namun kekuatan Dani yang tak sebanding dengannya membuat ia menggunakan jurus terakhirnya. "Daku… lepasin aku gak?"