Sinar matahari yang masuk melalui celah tirai di kamar itu, Dani membuka matanya perlahan-lahan dan berusaha menyesuaikan matanya dengan sinar matahari yang terasa menyilaukan.
Ceklek….
Pintu di buka dari arah luar, Dinda masuk dengan membawa nampan yang berisi makanan dan minuman . "Syukurlah kakak sudah bangun, bagaimana perasaan kakak?" Tanya Dinda sambil meletakkan makanan yang dibawanya di atas nakas.
Dani menatap wajah sang adik dengan penuh penyesalan, ia tahu dibalik senyuman manis yang ditunjukkan sang adik ada kekhawatiran yang tersimpan. Dibelainya rambut sang adik dengan sayang, "Maafkan kakak membuatmu khawatir." Ucap Dani penuh penyesalan. Seketika tangis yang tadi tersembunyi di balik senyuman itu pecah di dalam pelukan Dani. Hiks…hiks…."Aku sangat terkejut dan ketakutan saat melihat kakak terkapar tadi malam. Aku kira aku sudah kehilangan kakak." Racau Dinda disela tangisnya.
"Maaf…" hanya itu yang bisa diucapkan Dani sambil terus membelai lembut rambut sang adik.
Dinda mengangkat wajahnya dari dada Dani kemudian menatap wajah sang kakak penuh kekhawatiran. "Jangan putus asa dan teruslah berdoa, aku yakin kak Dya bukanlah orang yang mudah goyah. Percayalah pada hati dan cintanya, meski cinta itu datang dengan cepat padanya tapi aku yakin cinta itu tidak akan semudah itu pergi dari hatinya. Meski aku tak mengenal kak Dya secara langsung tapi mendengar cerita dari kakak, Sandra dan kak Jack aku yakin kak Dya adalah orang yang tulus dan setia." Kata Dinda menyemangati sang kakak.
"Kakak tahu Din, tapi kakak hanya terlalu takut kalau rasa sakit yang kakak berikan padanya sudah terlalu dalam melukainya. Tak bisa kakak bayangkan penderitaan yang dilaluinya selama dua tahun ini, tinggal bersembunyi dan berpindah-pindah, membuang identitas keluarganya, tercerai berai dengan orang-orang yang disayanginya ditambah lagi kakak yang seharusnya melindungi dia dan keluarganya, malah menyakitinya dengan kata-kata pedas yang tak seharusnya kakak ucapkan padanya. Kakak memang egois dan bodoh Din." Sesal Dani sambil tersenyum pilu dan air mata yang mulai menggenang di ujung matanya.
Berjuta sesal bercokol di hati Dani namun apa yang bisa ia lakukan sekarang? Ia hanya bisa berdoa dan berharap agar kiranya Tuhan masih berbaik hati padanya dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk memperbaiki apa yang telah dirusaknya. Bodoh..itulah yang disematkan Dani pada dirinya sendiri. Hanya orang bodoh yang membuang permata yang sudah ada ditangannya. Mengingat semuanya membuat lagi-lagi rasa kalut dan ketakutan mulai merasuk ke dalam hatinya sekuat tenaga Dani menahan dirinya. Ia telah bertekat di dalam hatinya ia tidak ingin lagi membuat orang-orang disekelilingnya merasa khawatir. Namun Dinda bukanlah adik bodoh yang tidak mampu menilai gelagat sang kakak.
Dinda memeluk Dani dan berusaha menenangkan perasaan sang kakak yang mulai kalut dan penuh dengan kecemasan. "Kakak harus kuat dan bertahan demi kak Dya agar suatu waktu bila saatnya kalian bertemu kembali, kakak bisa meminta maaf dan memperbaiki segala kesalahan di masa lalu. Jangan biarkan kakak kalah hanya karena penyakit dan ketakutan kakak. Aku yakin kalau kak Dya ada di sini, ia pasti akan memarahi kakak habis-habisan karena kakak membiarkan rasa takut dan kesakitan kakak mengontrol kehidupan kakak terutama semalam." Ucap Dinda dengan bijak. "Baiklah sudah cukup bertangis-tangisannya pagi ini sebaiknya kakak sarapan dulu!" kata Dinda sambil menyerahkan nampan yang tadi dibawanya ke tangan Dani saat dirasa Dani mulai tenang.
Sepeninggal Dinda adiknya Dani menyantap sarapan yang telah disediakan oleh Dinda adiknya. Ada kelegaan di hatinya setelah mencurahkan segala perasaannya pada Dinda. Beban besar yang ada di dalam hatinya sedikit berkurang setelah ia membaginya dengan Dinda. Yang dikatakan Dinda memang benar adanya. Ia tidak boleh jatuh seperti ini ia harus berjuang dan bertahan demi Dya. Suatu saat nanti ketika Dya kembali ia berjanji akan memperbaiki semuanya. Ia sudah berjanji akan melindungi Dya maka pertama-tama ia harus mencari tahu siapa yang telah berani menyakiti Dya ataupun keluarganya.
Diraihnya ponsel yang berada di atas nakas kemudian menghubungi seseorang.
"Kumpulkan semua anak buah, kita bertemu di mansion. Dalam dua jam aku ingin semua laporan mengenai hasil penyelidikan kalian tentang hilangnya keluarga Kusuma!" Ucapnya to the point begitu panggilan diangkat."
Setelah memutuskan panggilannya bergegas ia ke kamar mandi untuk bersiap-siap menuju ke mansionnya. Memang semenjak kehilangan Dya, Dani memutuskan untuk tinggal di apartemen pribadinya. Setiap kali melihat mansionnya ia akan selalu teringat akan kebodohannya yang telah menyakiti wanita yang dicintainya itu. Dan mulai hari ini ia bertekad untuk menghadapi semua ketakutan dan traumanya. Ia ingin saat bertemu lagi dengan Dya kelak ia akan memohon maaf dan berusaha memperbaiki semua kesalahannya, kemudian dengan bangga ia akan mengatakan bahwa ia telah berhasil mengalahkan semua rasa takut dan traumanya.
Sebuah senyum bahagia tercipta di bibirnya saat memikirkan masa depan bahagia yang akan dijalaninya bersama Dya kelak. Dani melajukan mobilnya menuju mansion pribadinya, sampai di sana Jack dan beberapa orang kepercayaanya sudah berkumpul. Melihat sang bos sudah hadir diantara mereka membuat para bawahan Dani yang sejak tadi larut dalam percakapan seketika menjadi tenang dan bersiap dengan laporan masing-masing. Pertemuan mereka berlangsung selama satu jam dan saat ini Dani sudah berada di ruang kerjanya dengan ditemani oleh Jack. "Jadi mereka ingin bermain-main denganku. Berani sekali mereka mencoba menyakiti wanitaku. Akan ku buat mereka menyesal telah bermain-main denganku." Geram Dani.
Melihat aura yang dikeluarkan oeh Dani membuat Jack bergidik ngeri. Huft…Jack menarik nafasnya dalam kemudian melangkah mendekati Dani kemudian menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat ke hadapan Dani. "Apa ini?" Tanya Dani sambil mengernyitkan alisnya. "Bukalah kau akan tahu saat melihatnya, tapi aku mohon jangan sampai kau terpancing emosi saat melihatnya." Ucap jack dengan ragu.
Mendengar ucapan Jack, Dani semakin penasaran dengan segera dibukanya amplop itu dan melihat isinya di sana ada foto-foto seorang gadis yang sangat ia kenali namun di foto itu tampak sangat jelas binar dan senyum indah yang dulu ,menghiasi hari-harinya kini entah hilang ke mana,"Apakah aku begitu melukaimu sweet ?" Lirih Dani sambil membelai lembut wajah Dya yang ada di dalam foto. "Jadi kau sudah tahu keberadaanya?" Tanya Dani sambil menatap Jack sebuah senyum bahagia tersungging di bibirnya.
"Iya ternyata selama ini ia menggunakan nama Puspita Wijaya dan kini ia menjadi seorang penulis yang cukup di kenal beberapa karyanya sudah dibuat versi film. Selama ini kita sulit mengetahui keberadaannya karena ia dan keluarganya di bantu oleh salah satu pengusaha terkenal yang ada di Italia dan kebetulan juga menjadi salah satu rekanan perusahaan kita yaitu Amor Corp."
Dani mengernyitkan alisnya, "Rekanan kita di Italia? Bukankan itu perusahaan Amor Corp. milik tuan Bryan Marhetti?" Tanya Dani sambil mengepalkan tangannya menahan emosi.
"Iya perusahaan itu memang milik tuan Bryan Marchetti tapi aku rasa kau tidak perlu menghawatirkan tuan Marchetti karena ia melindungi kaeluarga Kusuma murni karena tanggung jawabnya sebagai suami dari Imelda Kusuma adik Dya tapi yang harus kita khawatirkan adalah.."
"Siapa yang harus di khawatirkan kenapa kau tampak sangat ragu mengatakannya?" Tanya Dani penasaran. "Jawabannya ada pada salah satu foto yang ada di tanganmu itulah sebabnya aku memintamu jangan terbawa emosi." Jawab Jack sambil memberi isyarat kepada Dani untuk melihat semua foto yang tadi diserahkannya.
Dengan segera Dani melihat semua foto yang tadi diberikan oleh Jack, seketika matanya membola, rahangnya mengeras dan tangannya mengepal menahan amarah yang memuncak " Tidak akan aku biarkan Dya adalah milikku sampai kapanpun ia adalah milikku. Tidak akan aku biarkan pria brengsek sepertinya mengganggu milikku. Sejauh mana hubungan mereka?" Tanya Dani dengan tatapan penuh kebencian.
"Menurut laporan yang aku terima sampai saat ini belum ada hubungan apapun selain hubungan kerja tapi menurut hasil penyelidikan yang baru saja aku terima setengah jam yang lalu tuan Kristofel meminta orang kepercayaanya untuk menyelidiki dan memantau segala hal mengenai Dya , sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama tuan Kristofel adalah orang yang sangat dingin terhadap siapapun sangat jarang baginya memcoba mengetahui ataupun ikut campur dengan kehidupan orang lain. Namun setelah bertemu dengan Dya beberapa waktu yang lalu di sebuah pertemuan, ia malah meminta penyelidikan kalau menurutmu apa yang membuatnya melakukan hal itu terhadap Dya?" Jack bertanya skeptis.
Lama Dani terdiam sambil mengernyitkan alis dan jari telunjuknya diketuk-ketukkan diatas meja di depannya ciri khas seorang Dani saat sedang berpikir. "Kalau menurutmu apa yang membuatnya melakukan hal itu pada wanitaku?" Bukannya menjawab Dani malah balik bertanya. "Kemungkinannya ada dua, hal yang pertama karena rasa penasaran yang kedua wanita itu telah menarik perhatiannya, kau tahu sendiri bagaimana sifat seorang Kristofel Greco sekali ia menginginkan sesuatu atau seseorang maka ia harus mendapatkannya bagaimanapun caranya. Namun aku masih berharap ia mencari tahu tentang Dya karena opsi pertama. " Jelas Jack.
"Tapi sayang sepertinya harapanmu tidak terkabul karena aku sangat yakin kalau ia mulai tertarik dengan wanitaku itu. Dan aku tidak akan membiarkannya merampas milikku kali ini. Lalu di mana saat ini Dya berada?" Tanya Dani sambil berjalan menuju jendela dan menatap keluar jendela.
"Beberapa jam yang lalu ia baru saja menginjakkan kakinya di Negara ini dan saat ini ia tinggal di apartemen Anggara Residence." Jawab Jack yang membuat Dani terkejut.
"Bukankah itu…." Dani tak melanjutkan ucapannya, " I got you sweety. Sudah cukup jalan-jalannya sudah saatnya kau kembali ke rumah. " Ucapnya dengan seringai yang tercipta di bibirnya. "Bersiaplah Jack kita akan menjemput wanitaku." Perintahnya yang langsung diangguki oleh Jack sang asisten sekaligus sahabatnya itu.
***