Kris tersenyum menatap sang istri yang tampak mengelus perutnya dengan sayang. "Aku bahagia karena kamu juga menyayanginya meski aku tahu tak sedikitpun aku di hatimu." Kris berujar tiba-tiba dari arah belakang sambil memeluk dan ikut mengelus perut Dya dengan sayang.
Dya menghebuskan nafasnya "Sejahat-jahatnya aku, tak akan mungkin aku membenci darah dagingku sendiri. Bagaimanapun darah yang mengalir di dalam tubuhnya kelak juga adalah darahku." Dya berucap bijak.
Kris membalik Dya menghadap dirinya, di bibirnya tersungging sebuah senyuman tulus "Terima kasih karena mau berpikir bijak seperti itu dan menerimanya. Jika itu orang lain aku pun tidak tahu apakah ia mau mengandung anak dari seseorang yang sangat ia benci. Karena bagaimana pun bagimu mungkin aku adalah orang yang paling kamu benci karena menghancurkan mimpi-mimpi indahmu bersamanya. Namun jika waktu dapat diulang maka aku pasti akan melakukan hal yang sama." Ucap Kris tanpa penyesalan.