Seragam sekolah berwarna putih, dengan rok pensil dibawah lutut tanpa belahan, blazer berwarna royal green dengan emblem sekolah di saku kirinya. Well sekilas itulah gambaran seragam sekolah yang ideal, jika Ni'er tidak dihujani dengan 1 ember air sisa cucian. Masa kuliah baru beberapa pekan dimulai, bukan orientasi dari senior yang ia dapatkan, tetapi peringatan dari senior wanita. Ni'er hanya tahu bahwa Yong Jin adalah senior yang memperlakukannya dengan baik dan sewajarnya. Dimulai dari hari itu, Ni'er paham bahwa Yong Jin adalah kumbang sekolah yang paling diminati dan pasti amat sangat jauh berbeda dengan dirinya.
-_-
5 tahun kedepan
"Good Morning, Ni'er speaking.... Baik, aku akan turun."
Jam dinding masih bergerak malas diantara angka sebelas, waktu istirahat makan siang masih satu jam lagi, tapi tiba-tiba seorang tamu datang dan sedang menunggunya di lobby lantai dasar.
Ni'er melihat pria itu, pria yang mengenakan suit style, sepatu kulit mengkilat, dan tab di tangan kirinya. Dia pun mengambil kursi yang cukup dekat untuk mengobrol tapi tidak terlalu dekat untuk mengundang gosip.
"Jadi, langsung ke intinya saja." Buka Ni'er untuk memulai komunikasi.
"Kupikir kau tidak akan turun."
"Tidak baik bagi CEO perusahaan besar menghabiskan waktunya di kantor sederhana seperti ini dalam waktu yang lama."
"Aku sedang luang dan ada keperluan juga."
"Jadi, ada apa?"
"Grup Lim akan bekerja sama dengan Grup Gong. Kami ingin mengajakmu untuk ikut berpartisipasi."
"Sebagai apa kau memintaku? Jika sebagai anak dari ayahku, maka aku tidak peduli."
"Maka aku harus melakukan penunjukan langsung untuk perusahaanmu."
"Anda salah alamat kalau begitu. Resepsionis akan menunjukkan jalan menuju ruang marketing."
Ni'er berdiri dari sofa yang ia duduki dan membenahi kemejanya. Sedangkan pandangan pria itu masih mengikuti gerak-gerik Ni'er dalam diam.
"Saya rasa pembahasan kita cukup. Saya ijin undur diri."
-_-
Sore itu awan bergelayut manja diantara celah langit dan tingginya menara pencakar langit yang bisa dihitung dengan jari. Negeri Jing adalah bufferstaat (negara pemisah) antara dua wilayah besar yang saling berpengaruh, perbatasan utara dan timur adalah Negeri Duval dengan dominasinya terhadap produk industri, kemudian di perbatasan barat adalah Negeri Boran dengan hasil alamnya yang melimpah, sedangkan sisi selatan adalah pecahan samudera yang terkungkung di daratan benua yang menjadikannya sebagai danau dengan pertemuan air tawar dan cenderung asin. Bisa dikatakan negeri Jing cukup strategis karena merupakan negeri dengan Teluk yang strategis sebagai pintu transportasi laut.
"Tadaima..." sapa Ni'er saat memasuki rumah dari pintu dapur di samping kebun.
"Okaine.. Nona lembur lagi?"
"Iya bi. Tadi ada tamu yang tidak terduga."
"Semua sudah makan malam. Apakah nona ingin makan di kamar?"
"Aku makan sekarang saja." Ni'er pun meletakkan barang bawaannya di samping meja pantry dan berjalan menuju sink untuk cuci tangan dan membasuh mukanya. Sembari menikmati segarnya air ledeng di malam hari, matanya pun tertuju pada kebun yang tepat di hadapannya dan dibatasi dengan jendela.
Sedikit rasa sedih dan rindu menyelimuti hatinya, karena kebun itu mengingatkan pada mendiang ibunya.
Seandainya ibu masih hidup, mungkin kebun akan ada yang merawat, batinnya.
Bibi pengurus rumah sedang menata makan malam untuk Ni'er lalu pintu yang menghubungkan dengan rumah utama pun terbuka, menghadirkan wanita setengah baya dengan pakaian mewahnya.
"Lihatlah, anak gadis dari keluarga baik-baik tidak akan pulang selarut ini."
Ni'er mengabaikan kehadiran wanita itu dan tetap kembali ke meja pantry, dimana hidangan makan malam sudah disiapkan. Dengan santai, dia tetap melahap makan malamnya seolah hanya ada bibi pengurus saja disana.
"Bibi, boleh ambilkan aku air putih?"
"Hei, anak kurang ajar... Beraninya kau mengabaikanku?" teriak wanita itu dengan menyapu seluruh makanan yang ada.
"Bibi, aku sudah selesai makan."
"Hei, kau sudah merasa hebat ya? Kau ini hanya.."
"Hanya anak tunggal dari mendiang wanita, yang membiarkan suaminya membawa wanita simpanannya ke rumah. Dan tentu saja aku merasa hebat, terima kasih pada Anda karena selama 10 tahun terakhir aku bisa menghidupi diriku sendiri."
"Keluar kau dari rumah ini."
"CUKUP!!!" Sang ayah pun datang menengahi.
"Ni'er istirahatlah."
"Baik, Ayah."
"Lihat dia, sikapnya sungguh berbeda saat di hadapanku... Dasar muka dua."
"Jaga mulutmu."
"Terus saja kau bela anakmu dengan wanita sakit-sakitan itu."
"Nyonya Hong, sepertinya saya tidak perlu mengingatkan bahwa Wanita yang kau hina itu adalah pemilik rumah dimana kau berdiri saat ini, dan dia masih ibuku."
"Ni'er, sebaiknya kau beristirahat, kau pasti lelah setelah lembur."
"Saya harap, pembicaraan tidak perlu ini, tidak akan terjadi lagi di masa mendatang."
Ni'er pun langsung berjalan menuju pintu penghubung dan berbelok naik melalui tangga belakang.
-_-