Chereads / Massive Trick / Chapter 4 - Unexpected Permition

Chapter 4 - Unexpected Permition

As expected, selama sarapan Ayah hanya menceritakan tentang Lu An dan semua hal menarik tentangnya. Sedangkan aku, tentu diam saja. Semua pembicaraan tersebut hanya omong kosong belaka untuk menceriakan suasana, but i can't see he smiles either. Sedangkan Jerome Ahn, terlihat flat seperti biasa. Well, thats my world. Dominates by lies, Covering with boasting word, and finish with some made up detail... oh so gross...

Aku melipat sendok dan garpu, kemudian mengambil tas ku.

"Kau mau kemana? Sekarang masih pukul 7." tanya CEO Gong. Oh God, sekarang pastilah semua orang berpikir bahwa dia pria sempurna yang penuh perhatian.

"Kantor dimulai pukul 8."

"Aku bisa mengantarmu."

"I am not sure, mobil mu terlalu mencolok, mungkin."

"Ni'er... biarkan CEO Gong mengantarmu." Jawab Ayahku sambil menengahi.

"No, its okay. Aku kira ada banyak hal yang perlu kalian diskusikan... tanpa keberadaanku tentunya." Aku pun keluar dengan santai melewati pintu belakang seperti biasa.

"Maaf Tn. Hong, aku akan mengantarnya."

Aku juga bisa mendengar CEO Gong mengejarku dan melewatkan acara sarapan paginya dengan ayahku, sepertinya wajah Lu An juga sudah berubah memerah siap untuk meledak seperti petasan.

Sayangnya aku harus berpapasan dengan CEO Gong dan sedan putihnya.

"Jangan biarkan usaha mereka sia-sia."

"Mereka siapa?"

"Banyak orang yang sudah bersiap untuk mengantarkanmu ke kantor.."

"Jika yang anda maksud adalah diri anda sendiri, i dont care."

"No, bukan aku. Lihat pria itu, sudah lima menit dia berdiri dan berlari untuk membukakan gerbang. Kau tidak kasihan padanya?"

Sial..batinku.

"Jadi, jangan sia-siakan usaha mereka, okay?"

Lalu CEO Gong membuka pintu kabin depan.

"Kau akan menyetir sendiri?"

"Well, bukankah sudah lama sejak kita berkendara berdua saja?"

"Aku tidak ingat pernah kita pernah berbagi kendaraan, CEO Gong."

"Diantara semua nama, tidak bisakah kau kembali memanggilku seperti dulu, Jin Ge.. terdengar menyenangkan."

"Hubungan kita bukanlah untuk senang-senang."

"Lalu apa?"

"Sudah jangan banyak bicara, menyetir saja dengan baik."

Sepanjang perjalanan, CEO Gong terus berusaha untuk memulai percakapan. Well dia lebih aktif dibandingkan dulu.

"Kenapa berhenti?"

"Wait a sec, please."

Rupanya dia kembali dengan dua cup kopi dan beberapa bakery.

"Kau tidak cukup makan pagi tadi dan kurasa kau masih suka minum kopi."

"Sebenarnya, tadi adalah sarapan pertamaku di rumah sejak lima tahun."

"Apakah itu juga alasan kenapa kau lewat pintu samping?"

"Ada banyak hal yang tidak kau mengerti, CEO Gong..."

"Bahwa selama sarapan ayahmu hanya membahas tentang adik tirimu? Ataukah tentang pelarian mu ke NZ? Mana yang aku tidak tahu.. tell me."

"Aku hanya ingin hidup sedikit lebih damai dari biasanya. Dan kehadiranmu serta keinginmu padaku, membuat kedamaian itu kabur."

"Sebegitu bencinya kah kau?"

"I dont hate you personally, even i feel nothing about you right now... Just i need a little space. Perhaps, it would be good if you wasn't a CEO."

"Tidak bisa kah kita kembali seperti lima tahun lalu?"

"Bisa. Tapi tidak di kehidupan sekarang."

"Why?"

"Kau bodoh atau buta? Lu An sangat mengingkanmu, kedua orangtuanya pun sama. Semakin kau memberikan semua perhatian ini, maka semakin rumah itu terasa seperti neraka buatku."

"Mereka juga orang tua mu."

"You think so? Buka mata mu, CEO Gong."

CEO Gong langsung ada di depan wajahku dan berkata,"i know whats happened. and i wanna take you out from those hell. Be my wife and everything will be fine."

"No, everything will be worse than ever."

"So, you ask me to hang up my position as CEO then?"

"Dont gambling your future for me."

"Why are like this?"

"I am give up on every single dream was talking about."

Dan dia menciumku. Awalnya bibir kami hanya bersentuhan, tapi kelamaan dia memaksa dan menuntut. Membuatku memberontak tapi dia tidak mau mengalah sedikitpun.

-_-

"Apakah kau baru digigit zombie?"

"No."

"Lalu kenapa kau berubah pikiran?"

"Bukan. Aku hanya memajukan sedikit lebih awal keberangkatanku, aku hanya ingin sedikit liburan di NZ."

"Okay, take your time. Tapi jangan matikan ponselmu. Banyak design furniture yang tidak kami pahami..okay?"

"Deal.. Tapi jangan beritahu siapapun."

"Termasuk tunanganmu?"

"Siapa?"

"Sedan putih pagi ini, rambut acak-acakan, bibir bengkak.. jika bukan tunangan lalu apa?"

"He is someone that i cant explain."

"Well thats none of my business, but after you leave. He will come here and dig some information."

"Be sure for sealing your lips."

"Bagaimana dengan bagasimu?"

"Harusnya aku membawa buku hari ini. Tapi dia datang dan mengacaukan rencanaku."

"Ya sudah, silahkan Manager Hong kembali bekerja. Aku tidak mau tanggung jawab jika sampai dia datang dan menyerangku."

"Kau tidak akan menyukainya."

"Tunanganmu..? Tidak mungkin. Siapapun di Jing pasti menginginkan CEO Gong."

"Kecilkan suaramu, darimana kau tahu?"

"Bukan hanya aku. Seluruh kelas atas sudah tahu bahwa Grup Lim dan Grup Mong-Ji sedang dalam atmosfer yang baik. Dan hari ini kau menegaskan kenyataan tersebut, am i wronged?"

"Apakah pagi ini sudah ada gosip tentangku?"

"Tidak ada. Mereka hanya mengagumi keberuntungamu dan bersiap untuk memanggilmu sebagai Manager Gong."

-_-

"Selamat sore, apakah ada yang bisa kami bantu?"tanya petugas keamanan.

"Apakah Ni'er.. ah maksudku Manager Hong masih di dalam?"

"Betul. Boleh tahu siapa dan apa kepentingan Anda?"

"Katakan, tunangannya menjemput pulang."

"Oh, sebaiknya Anda mengejutkan Manager Hong secara pribadi. Akan saya antarkan ke lantai atas."

Tidak seperti ruangan manager pada umumnya, Ni'er lebih senang berada di ruang besar dan menjadi satu dengan anak buahnya. Bahkan dirinya memiliki lebih dari satu meja di sekelilingnya. Yong Jin masuk ke dalam ruangan yang menyisakan Ni'er didalamnya.

"Kenapa kau kemari?" tanya Ni'er meskipun pandangannya masih melekat ke lembaran sketsa.

"Kau sudah tahu aku datang, kenapa tidak turun?"

"Pekerjaanku belum selesai."

"Mau ku temani?"

"Memangnya kau akan pergi jika kubilang tidak?"

"Ini sudah waktunya makan malam."

"Ayo kita makan kalau begitu."

"Sungguh? Aku tidak sedang berkhayal kan? Seorang Hong Guang Ni yang agung, mengajakku makan malam."

Dan mereka pun meninggalkan gedung tersebut untuk makan malam.

"Kau ingin makan apa?"

"Kita ke Kedai Sashimi Bar."

"As you wish Mrs. Gong."

Kedai masih cukup ramai meskipun waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Jalanan yang penuh sesak membuat mereka terlambat sampai di lokasi. Setelah mendapatkan kursi, CEO Gong dan Ni'er duduk bersebelahan dalam diam.

"Aku baru tahu jika ada kedai seperti ini."

"Hmm.. tell me, apakah kau ada niatan untuk menyerah?"

"Nope. Kenapa kau berharap begitu?"

"Entahlah... mari bicara secara rasional. Ayahku dengan semua perhitungan untung-ruginya pasti tidak masalah terhadap putusanmu, maksud ku siapapun yang kau nikahi, kau tetap akan jadi menantunya. Bagaimana denganku, apa untungnya bagiku menikah denganmu?"

"Apakah menjadi Ny. Gong tidak menarik buatmu?"

"Not at all."

"Kau ingin merebut kembali perusahaanmu?"

"Apakah itu mungkin?"

"Bagaimana jika kita coba?"

"Bagaimana aku bisa percaya kata-katamu? Tidak ada jaminan buatku."

"Akan kuberikan padamu."

"Ah... Ada salmon. Aku makan dulu."

Mereka makan sambil bercakap-cakap seolah kesepakatan sudah tercapai. Sedangkan CEO Gong sudah puas dengan rencana penaklukannya, meskipun dalam hati dia sengsara mendengar jawaban bahwa Ni'er tidak lagi tertarik dengannya. Terkadang CEO Gong menyesali keadaan, kenapa dirinya harus bermarga Gong dan kenapa harus dirinya yang menjadi tenar di usia belia. Membuat kesempatannya untuk jatuh cinta dengan bebas tersia-siakan.

Ni'er ijin untuk ke toilet, awalnya dia ingin membawa tas jinjingnya juga, tapi dilarang CEO Gong. Mungkin pria itu takut Ni'er lari darinya. Tak lama setelah gadis itu pergi, asisten pribadi CEO Gong datang dengan membawa kotak bludru berwarna royal green.

"Apakah ada pergerakan yang aneh?"

"Tidak ada, CEO Gong. Tunggu diluar, aku akan mengecek ke toilet."

"Baik."

Lalu, CEO Gong memanggil pelayan untuk membayar bill. Setelah kartu nya kembali, CEO Gong berjalan ke toilet wanita dan menunggu di depan pintu.

"Permisi nona, boleh aku minta bantuanmu. Tunanganku ada di dalam, rambutnya panjang dan digulung ke atas, pakaiannya casual, dengan sepatu sandal berbahan kulit. Jika dia masih ada, tolong beritahu dia, aku menunggunya disini."

Wanita tersebut masuk ke dalam dan tak lebih dari sepuluh detik dia keluar kembali.

"Maaf Tuan, toilet kosong."

-_-

Dengan berbekal dompet, passport, dan ponsel di saku, Ni'er sudah dalam perjalanan menuju bandara. Pesawatnya sudah dia ajukan malam ini pukul sebelas, sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul 8.30 malam. Dalam hati dia terua berdoa dan harap-harap cemas. Ponsel sudah dia aktifkan dalam mode pesawat, agar Yong Jin tidak bisa melacak keberadaannya.

Di Kedai sashimi, CEO Gong memerintahkan seluruh orang agar berpencar mencari Ni'er bahkan dia puj bergegas menelepon kediaman Hong. Setelah tiga puluh menut berputar-putar tanpa arah, CEO Gong memutuskan untuk menuju Bandara dan memastikan hal yang tidak mungkin.

"Segera ke Bandara, cari tahu apakah ada keberangkatan ke NZ malam ini."

Dengan sedan putih yang sama, CEO Gong memacu mobilnya dengan kecepatan 80km/jam untuk kecepatan dalam kota. Dirinya sudah tidak peduli dengan mobil polisi yang mengikutinya di belakang. Hati CEO Gong makin berdebat tidak karuan saat melihat pemandangan pesawat yang lepas landas.

Kau tidak boleh lari dariku, batin CEO Gong. Sesampainya di jalanan Bandara, anak buahnya sudah mengamankan tempat untuk mobilnya, masalah polisi, juga akan dibereskan anak buahnya. Dia pun berpacu dengan waktu dan berlari masuk ke dalam.

Ponselnya berdering, anak buahnya memberi kabar bahwa ada penumpang bernama Hong Guang Ni yang telah dimajukan jadwal penerbangannya ke malam ini, menuju NZ. Dengan kekayaan dan ketenarannya, CEO Gong menerobos masuk lewat jalur terpisah yang sudah disiapkan.

Di ruang tunggu keberangkatan lantai atas, gadis itu duduk sendirian sambil sesekali melihat arlojinya. Tidak ingin memperpanjang dramanya, CEO Gong masuk ke dalam ruang tunggu dan duduk di samping gadis itu.

"Kurang berapa jam lagi?" suara khas itu memasuki telinga Ni'er dan memberikan respon kejut yang tidak menyenangkan. Ponselnya pun terjatuh, karena tangannya kelu seketika.

"Jika aku tidak bisa menemukanmu, maka semua usahaku sia-sia selama lima tahun ini. Kau tahu kenapa aku bisa mencapai posisi ini sekarang?"

Mereka berdua terlihat seperti sepasang suami istri yang ingin bermain petak umpet akibat perkelahian tak tertuntaskan. Saling berkomunikasi tanpa bertatap muka, saling bicara meskipun seseorang diam saja.

Seorang petugas di luar pun yang melihat scene tersebut ikut berkomentar,"CEO Gong benar-benar mencintai tunangannya."

Kembali ke sisi Ni'er, CEO Gong masih menunggu jawaban gadisnya.

"Apapun alasan pencapaianmu, aku yakin tidak ada aku di dalamnya. Apakah kau ingat, kenapa ada benang yang belum terurai diantara kita? Itu karena rentang dan jarak kita yang terlalu jauh, yang tersisa hanyalah neraka buatku. Daripada menghabiskan waktu untuk mengurainya, aku memilih memutuskan jalinan benang itu dan membakarnya tak bersisa."

"Aku tidak akan menghentikan kepergianmu, tapi kau harus ingat aku bisa sewaktu-waktu menjemputmu dengan paksa."

"Akan kuingat itu. Tolong sampaikan salam untuk kediaman Hong, aku akan menciptakan surga ku sendiri di NZ."

Lama keduanya duduk dalam diam, hingga akhirnya panggilan bagi penumpang pesawat tujuan NZ pun dibacakan. CEO Gong memegang tangan Ni'er dan menyematkan cincin yang sudah disiapkannya.

"Asisten dan seluruh tim keamananku sudah lelah menyiapkan kejutan ini untukmu, mencarimu di sekeliling ibukota, jadi jangan tolak ini."

"Aku tidak ingin terikat denganmu, lebih dari ini."

"Cincin ini dari Senior Gong, untuk Junior Hong."

Saat Ni'er berusaha melepaskan kaitan tangan mereka, Yong Jin pun berdiri dan memeluknya.

"Aku belum puas menemanimu."

"Semoga kau bisa menemukan kebahagianmu, CEO Gong."

-_-