Ni'er berjalan menuju toserba yang tak jauh dari asrama. Sebentar lagi musim gugur tiba dan sudah waktunya Ni'er membeli beberapa kebutuhan. Saat tiba di rak makanan, mata Ni'er langsung berbinar, maka tanpa pikir panjang dia mengambil beberapa jenis makanan kesukaannya ke dalam troli.
"Kau berencana tinggal di kamar sepertinya.."
"Ah, ya.. Aku sedang malas keluar apalagi musim gugur, lebih nyaman di kamar dengan secangkir kopi."
"Are you serious, coffee girl?"
"Yes, too much asking-man."
"Sorry, namaku Yong Jin. Aku kuliah di Universitas Mounting Bay."
"Hei.. aku juga. Ni'er by the way." mereka pun berjabat tangan. Obrolan pun berlanjut hingga keduanya berpisah di simpang asrama, yang memisahkan asrama pria dan wanita. Siapa mengira keduanya lantas sering bertemu pada mata kuliah umum.
FLASHBACK OFF
Bantahan CEO Gong jelas mengguncang Ni'er, membuatnya duduk bersimpuh di lantai sambil menggali memori lamanya bersama pria itu. Memori lama yang tidak ingin dia ingat kembali, tapi Ni'er harus merasakannya sekali lagi. Dia ingin memastikan bahwa perasaannya sekarang adalah benar, benar-benar tidak ada yang tersisa untuk pria itu.
Sesaat pelupuk matanya mulai berair, dia lelah dan lupa apa saja yang sudah terjadi hingga akhirnya dunianya menjadi seperti ini. Dalam hidupnya, sektor kasih sayang mendapatkan rating paling buruk diantara karir dan kekayaan. Mungkin aku tidak ditakdirkan memiliki segalanya di kehidupan sekarang. Jika aku dilahirkan kembali semoga aku dapat hidup di keluarga sederhana dan penuh kasih sayang, batin Ni'er.
Lantas dia berdiri, membenahi pakaiannya, dan mengusap air matanya. Dia sepenuhnya sadar kembali saat melihat Jenderal Ouyang justru sedang menikmati kebun samping karya mendiang ibunya.
"Manager Ahn, kuharap kau tidak keberatan jika aku menemui Jenderal Ouyang terlebih dahulu."
"Tentu, Presdir Lim." Percakapan sederhana itu berlangsung melalui telepon, karena Ni'er berencana menemui Jenderal Ouyang melalui pintu belakang yang memiliki route lebih dekat.
Pria itu tidak melonggarkan pakaiannya sedikitpun. Seragam khas militer berwarna coklat kayu pun masih melekat dan menambah kegagahan pria itu. Bahkan sepatu bootsnya yang mengkilat tidak dihinggapi debu sedikitpun.
"Nona Lim.. Maaf aku harus merokok sebentar."
"its okay, maaf juga sudah membuatmu menunggu lama."
"Kuharap urusanmu dengan CEO Gong berjalan lancar."
Ni'er hanya tersenyum lemah.
"Jadi, apakah ada perkembangan terbaru yang bisa saya boleh ketahui?"
"Apakah aman bicara diluar?"
"Tentu."
"Saya sudah meletakkan beberapa informan di dalam auditor keuangan Grup Lim, dengan dalih bahwa pemerintah berencana akan membeli sebagian saham grup Lim atau jika kondisi terburuk adalah mengakuisisinya. Dini hari tadi saya mendapatkan info adanya indikasi penggelapan uang yang dilakukan secara terencana dan berkelompok antara Direktur Keuangan, Direktur Aset Management dan.."
"Dan siapa?"
"Ibu tiri Anda."
"Why i am not surprising at all."
"Pilihan ada di tangan anda. Hanya itu yang bisa saya sampaikan."
Tidak mendapat respon dari Ni'er, Jenderal Ouyang tak ingin mengganggu wanita itu lebih lama. Namun saat pria itu hendak berbalik pergi, Ni'er menahan tangannya.
"Rencana itu, mungkinkah?"
"Apa maksud Anda?"
"Entahlah, mengakuisisi Grup Lim sepertinya tidak terlalu buruk."
"Lalu Anda akan kemana?"
"Kembali menyelesaikan Master degree ku, mungkin." Jawab Ni'er acuh tak acuh.
"Jika Anda tidak keberatan, nanti sore ikutlah denganku."
"Kemana?"
"Masuklah... Diluar dingin." Jawab Jenderal Ouyang sambil memberikan jubahnya kepada Ni'er.
"Anda bisa mengembalikannya saat Anda sudah bisa memikirkan dengan jernih."
-_-
"Kak Jerome.. aku tidak tahu harus bagaimana. Tapi, aku akan membuat sebuah langkah besar. Apapun itu, kumohon bersabarlah denganku."
"Apapun itu, aku akan selalu mendukung keputusanmu. Tapi apakah keputusan besar itu?"
"Grup Lim sudah habis-habisan, aku tidak tahu apalagi yang tersisa. Jadi demi menjaga martabat ayahku, kumohon bawalah Lu An dan ibunya ke Canada."
"Kau ingin aku menjauh?"
"Hanya kau orang yang bisa kupercaya untuk memastikan mereka tidak pernah pulang lagi kemari. Segala kebutuhanmu di awal akan aku siapkan."
"Bagaimana denganmu?"
"Aku akan kembali ke perusahaan designku sambil membayar sisa hutang perusahaan jika ada."
"Kau gila.."
"Inilah satu-satunya jalan terbaik."
"Biaya perawatan ayahmu bagaimana?"
"Akan kupikirkan nanti. Bantu aku menyiapkan semuanya."
-_-
Ni'er menyambangi perusahaan kecilnya yang selama ini menggajinya sebagai designer. Dia benar-benar dibuat takjub dengan perubahan dalam kantornya tersebut. Hingga akhirnya dia paham apa penyebabnya, ialah karena perusahaan tersebut sebesar 60% sahamnya telah dibeli Grup Mong-Ji.
"Baiklah pak, saya mungkin akan mengundurkan diri?"
"Dan membayar penalti? Lagipula apakah kau tidak menyayangkan kuliah master mu?"
"Sejak saham dijual?"
"Sejak tujuh bulan lalu. Aku juga sudah meminta agar kau diizinkan untuk mendapatkan cuti semester di perkuliahan, dengan syarat semester depan kau harus kembali ke NZ."
Sisa masa kerja ku masih sangat lama, setidaknya 4 tahun lagi. Jika harus menghitung penalti dan penebusan sertifikat ijazah kelulusan, aku harus menyiapkan uang 100juta.
"Kau tidak usah mengundurkan diri, CEO Gong menyukai project-project mu, ditambah beberapa usulan design mu yang terhambat biaya dapat direalisasikan."
CEO Gong begini, CEO Gong begitu, aku sudah muak dengan namanya. Sekarang kemanapun aku berjalan, rasanya CEO Gong juga mengikutiku. Aku mulai merasa hampir gila dengan keberadaannya.
"Kenapa aku sampai di kantor walikota?"
Dari kejauhan, Ni'er dapat melihat sekelebat gerak-gerik seseorang yang familiar baginya. Tampak Jenderal Ouyang dengan masuk ke dalam mobil, hendak menuju ke tempat lain bersama sopirnya. Mobil RR putih dengan list berwarna silver mirror, menambah kesan dingin pada pria itu, sekalipun Ni'er menangkap Jenderal Ouyang tidak sedingin itu.
Ni 'er lalu melanjutkan langkahnya menuju tanpa arah, lalu mobil RR pun mendekatinya, menampilkan sang jenderal muda turun dari mobilnya.
"Masuklah, aku akan memgantarmu."
Pemandangan langka karena jenderal tidak pernah dekat dengan wanita bahkan keluarganya pun tidak.
"Anda tampaknya buru-buru."
"Tidak.. Anda mau kemana?"
"Saya tidak tahu."
"Kalau begitu masuk saja, saya akan mengajak Anda ke suatu tempat. Anggap saja sebagai penghiburan."
Lalu Ni'er pun masuk ke kabin belakang menemani Jenderal Ouyang yang semula tak berkawan.
"Tujuan kita agak jauh, saya harap anda bersabar."
"Tentu. Tapi kita akan kemana?"
Bukannya menjawab, Jenderal Ouyang hanya menyunggingkan senyumnya.
Mobil pun terus melaju dan bergerak menuju ke arah utara, meninggalkan pemukiman yang padat menuju sebuah jalanan yang kian tak beraturan. Tapi Ni'er tetap diam hingga akhirnya Jenderal Ouyang menyadari bahwa kawan seperjalanannya telah tertidur.
Tanpa sungkan lagi, Jenderal Ouyang meletakkan kepala Ni'er di pangkuannya, menutupi tubuh wanita itu dengan jas nya. Setelah menempuh lebih dari tiga jam, sampailah mobil ke daerah berkabut, bersuhu rendah, dan penuh dengan pemandangan rumput hijau. Tapi belum ada tanda Ni'er terbangun dari tidurnya, hingga sampai tiga puluh menit lamanya mobil terdiam, barulah Ni'er bangun, menyadari bahwa pemandangan diluar jendela begitu menyejukkan.
-_-