Manager Ahn memikirkan sekali lagi apa yang sudah Ni'er katakan, termasuk rencana keberangkatan dirinya dalam mengemban misi menjauhkan dua wanita pembuat masalah.
"Bagaimana kondisi Tn. Hong, dokter?"
"Tidak ada yang signifikan. Bagaimana dengan nona Hong?"
"Hong Lu An?"
"Ah, maaf... maksudku Presdir Lim. Apakah dia tidak ingin menjenguk ayahnya?"
"Aku tidak memiliki kapasitas yang mumpuni untuk menjawab hal tersebut."
"Dia wanita yang kompleks.. Selalu memendam perasaannya sendiri, bahkan saat mendiang ibunya meninggal."
"Kita tidak pernah tahu, apa saja penderitaan yang dia alami selama ini."
"Mungkin sebaiknya kita tidak perlu tahu. Cukup bagi kita bahwa dia baik-baik saja. Aku ingat saat aku masih menjadi juru rawat disini, lalu ada seorang pasien yang rutin medical check up disini. Pernah satu kali aku mengobrol basa basi dengannya, namun sepeninggalnya, beliau justru menuliskan namaku sebagai penerima beasiswa untuk kuliah kedokteran hingga aku mendapatkan predikat spesialis."
"Apakah dia mendiang Ny. Hong?"
"Bukan. Tapi kakek Lim. Jujur aku tidak menyangka bahwa dia mengingat perkataanku. Semenjak itu, aku bersumpah akan mengabdikan ilmu dan mendedikasikan sisa usiaku untuk rumah sakit ini. Oh, apakah kau juga tahu, bahwa dulunya rumah sakit ini hanya klinik sederhana. Namun Direktur RS sekarang adalah dokter obgyn yang membantu proses kelahiran Presdir Lim. Sebagai hadiah kelahiran cucunya, Kakek Lim membeli Klinik ini dan menjadikan dokter Hwang menjadi direktur."
Rupanya keluarga Lim begitu berkesan bagi banyak oranh di Jing, setidaknya Manager Ahn merasa bersyukur bahwa sepeninggalnya ke Canada, Presdir Lim tidak akan sendirian. Bagi Manager Ahn, Presdir Lim adalah adik perempuan yang tidak pernah dia miliki. Karena sebelum dirinya diadopsi oleh mendiang Ny. Hong, Manager Ahn memiliki adik perempuan, Jessica Ahn. Sayangnya, sang adik harus meninggal akibat busung lapar dan muntaber.
Bahkan nama Jessica dan Jerome adalah pemberian Ny. Hong. "Namamu boleh berganti, hanya untuk sekedar melupakan kesedihan masa silam mu. Namun di dalam hati, kamu tetaplah kamu." kenang Manager Ahn terhadap mendiang Ny. Hong. Kalimat itu disampaikan saat surat adopsi Manager Ahn baru saja ditanda tangani.
Kemudian Manager Ahn bertolak dari rumah sakit menuju kantor. Dia ingin memastikan bagaimanakah kondisi keuangan Grup Lim sebelum akhirnya pergi ke Canada. Sedangkan di lain tempat, CEO Gong sudah mendapatkan hasilnya. Betapa terkejutnya pria itu bahwa Grup Lim juga memiliki hutang investasi jangka panjang, kemudian adanya aliran dana yang tak bertuan menuju rekening seseorang diluar perusahaan.
"Siapa pemilik rekening ini?"
"Ny. Hong yang sekarang."
"Whoa... amazing... Aku harus bersyukur bahwa wanita itu tidak akan pernah menjadi mertuaku."
"Apakah saya perlu mengucapkan kata selamat untuk anda, CEO Gong?"
"Simpan saja. Kau bisa ucapkan nanti saat aku menikahi Presdir Lim."
"Tapi, CEO Gong, apa rencana Anda terhadap Grup Lim?"
"Calon istriku itu tidak akan mencari satu lubang keluar, dia pasti memiliki jalan keluar lainnya. Tapi bagaimana jika dia tidak memiliki sisa waktu? Aku akan memberikan surat peringatan pada Grup Lim karena sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan, belum ada realisasi pengembalian uang muka seperti yang disepakati dalam klausul pembatalan perjanjian."
"Apakah Anda akan benar-benar mengambil jalur hukum?"
"Kau tahu, sebaik-baiknya rahasia, adalah disimpan sendiri."
-_-
"Ni'er kau dimana?"
"Ehm.. aku sedang diluar kota."
"Maksudmu?"
"Well, iya tadi aku bertemu dengan seorang teman dan ikut dengannya ke utara... tapi aku akan kembali sebentar lagi ke ibukota." Tanpa salam penutup Ni'er mematikan sambungan teleponnya dengan Manager Ahn.
"Bolehkah aku kembali ke ibukota?" Tanya Ni'er dengan suara lirihnya kepada Jenderal Ouyang yang berdiri kokoh di sampingnya.
"Kupikir tadi kau sedang luang."
"Well awalnya, tapi tiba-tiba ada telepon.."
"Dari Manager Ahn? Atau CEO Gong?"
"Manager Ahn.."
"Siapa sebenarnya dia? Aku tidak melihat bahwa kalian memiliki hubungan darah.."
"Jenderal Ouyang, kau mengawasiku?"
"Tepatnya aku mempelajari tentang dirimu."
"Aku bukan objek."
"Itulah masalahnya, karena kau tidak membuka diri, jadi aku harus mencari tahu sendiri. Jadi siapa Manager Ahn bagimu?"
"Bisakah kita bahas sambil perjalanan kembali?"
"Tentu. Dengan syarat, kita akan berhenti untuk makan malam dulu. Kau terlihat semakin kurus."
"Aku sudah makan.."
"Kapan?"
"ehm..tadi pagi."
"Makan malam lalu kuantar kamu pulang."
"Okay"
"Dan jangan lupa ceritakan tentang Manager Ahn." Sergah Jenderal Ouyang cepat sambil membukakan pintu bagi Ni'er.
-_-
CEO Gong kian berang saat tahu bahwa Ni'er sedang di utara negeri Jing. Padahal kondisi perusahaan sedang tidak baik, ditambah lagi wanita itu pergi bersama sang Jenderal. Niat awalnya adalah membawakan surat somasi dari pengadilan sambil mengobrol santai, tepatnya negosiasi, antara menjual 'diri' atau menjual perusahaan.
Melihat raut wajah CEO Gong yang sudah tidak lagi menarik, Manager Ahn berusaha menahan kepergian pria itu.
"Tunggulah sebentar. Ni'er sedang perjalanan pulang dari makam ibunya." Manager Ahn berharap dengan sedikit berbohong mengenai mendiang Ny. Hong dapat mengurangi emosi CEO Gong, nyatanya keliru. Pria itu bak banteng yang sedia mengamuk, merasa dirinya diremehkan bahkan dibandingkan Jenderal Ouyang.
"Beritahu Ni'er, jangan persulit keadaan." ujarnya sambil meletakkan amplop berisi surat somasi tersebut.
"Anda yakin tidak ingin menunggu?"
"Sudah cukup bagiku menunggu. Sekarang pilihan ada di tangannya, kembali padaku atau kita berjalan masing-masing." Lalu pria itu keluar ruangan meninggalkan perusahaan. Sesampainya di depan Lobby Grup Lim, pria itu kembali memperhatikan gedung yang akan dia tinggalkan.
"Kita ke minimarket sebelah sana."
Sepertinya kekerasan pria itu hanya terucap dalam mulut, namun di hatinya masih sedia menunggu kehadiran wanita tersebut. Setelah hampir dua jam, CEO Gong sudah menghabiskan dua cup mie instan goreng dan kuah, sepuluh tusuk bakso dan sosis bakar, dua gelas minuman dingin bersoda rasa buah, dan hampir saja dia akan membeli minimarket tersebut, namun diurungkan karena dia melihat Ni'er keluar dari sebuah mobil berwarna putih silver dengan pelat nomor cetakan khusus.
"Jangan sampai pria itu ikut masuk ke dalam gedung." Tentu saja anggapan CEO Gong salah, karena Jenderal Ouyang menemani hingga Ni'er menyelesaikan urusannya di kantor dan mengantarkan wanita itu kembali ke kediamannya.
-_-
"Apakah sudah kamu pikirkan baik-baik?"
"Sudah. Bantuan ini memang tidak kecil tapi ini tanggung jawabku. Setidaknya aku boleh menanggung hutang ini sendirian, tapi mereka memiliki keluarga yang harus diberi makan."
"Bagaimana dengan adik dan ibu tirimu?"
"Jika memang hasilny sesuai dengan apa yang kamu bilang, maka aku akan melaporkan pada pihak berwajib dan mengambil jalur hukum agar dia mengembalikan segala apa yang bukan menjadi haknya."
"Manager Ahn.. bagaimana?"
"Dia kuminta untuk menjaga Lu An di Kanada."
"Kupikir kamu akan menahannya berada di sisi mu.."
"Dia adalah tunangan Lu An. Setidaknya mereka berdua harus meninggalkan Jing dalam keadaan sudah menikah secara hukum."
"Kamu ingin memberikan muka pada Lu An?"
"Tidak, aku lakukan ini demi martabat ku yang tersisa."
"Apakah aku bisa mengajukan syarat sebagai gantinya?"
"Jual rumah mu padaku saja, aku akan senang hati merawat kebun nya."
"Tentu. Lagipula aku sudah menemukan tempat tinggal baru yang lebih sederhana dan harganya terjangkau... Apakah hanya itu syaratnya?"
"Untuk bantuan sebesar itu, setidaknya aku harus menerima dua imbalan lagi. Tapi akan kupikirkan nanti."
"Jenderal Ouyang..."
"Tenang saja, sebelum mengajukan syarat terakhir, aku akan berkonsultasi dengan polit biro."
"Maksudmu Paman Henry?"
"Mungkin.."
-_-