Chereads / How Can I Forget You? / Chapter 2 - Kebiasaan Tak Biasa

Chapter 2 - Kebiasaan Tak Biasa

Happy Reading

"Batalkan pertemuan hari ini Clay, aku akan pergi keluar nanti siang, dan tidak bisa masuk kantor. Tangani berkas-berkas yang bisa kau tangani, jadwal ulang setiap janji temu milikku, dan jika ada hal yang penting segera hubungi aku."

Kenneth duduk menumpukan kedua kakinya di atas sofa berwarna krem yang ada di ruang TV. Sebuah ponsel berwarna hitam menempel di telinga kanannya.

Masih menggunakan piyama biru dongker, sosoknya yang ramping tampak malas di hari Kamis pagi ini.

Setelah Kenneth selesai menginstruksikan pada sekretarisnya di kantor, Kenneth berdiri, lalu pergi ke dapur menyeduh kopi untuk dirinya sarapan.

Tangannya yang putih pucat dan sedikit berotot mengambil roti gandum dan mengoleskan selai kacang di atasnya. Tidak ketinggalan buah kiwi yang sudah di kupas diambilnya juga di dalam lemari es stainless.

Kenneth membawa sarapannya di atas pantry, menyalakan laptopnya yang sudah di charger, kemudian langsung membuka E-mail pribadi miliknya.

Beberapa pesan memenuhi kotak masuknya, Kenneth mengabaikan pesan-pesan itu, lalu terus menggulirnya ke bawah dan berhenti di sebuah E-mail dengan pengirim bernama Jeonsa143 dan subyek yang bertuliskan Ells.

Itu seperti sebuah kebiasaan yang sudah Kenneth lakukan beberapa tahun belakangan. Seolah-olah hal tersebut adalah rutinitas sehari-hari yang dia lakukan sebelum dirinya kehilangan memorinya karena sebuah kecelakaan.

Meski Kenneth merasa ada hal yang sangat penting yang tidak boleh dia lupakan dan harus dirinya ingat cepat-cepat, Kenneth tidak berdaya sama sekali jika disuruh mencoba mengingat-ingat.

Yang ada kepalanya akan menjadi sakit dan rasanya mau meledak jika dia paksa untuk berpikir keras.

Jadi Kenneth menyerah mencoba menggali ingatannya yang terlupa itu dan menjalani hidup dengan separuh ingatan yang terasa kosong.

Setelah Kenneth selesai dengan sarapan paginya, pria dewasa yang jangkung itu membawa piring dan cangkir kotor ke dapur dan meninggalkannya di bak cuci piring. Seorang pembantu yang sudah dia pekerjakan akan datang nanti untuk membereskan apartemennya tersebut.

Kenneth kembali ke kamarnya untuk mandi dan bersiap-siap pergi keluar bertemu sahabatnya yang baru saja datang dari perjalanan bisnisnya di Dubai.

Kenneth melepas kancing piyamanya, bertelanjang dada masuk ke dalam kamar mandi.

Sebuah cermin menyorot bekas luka panjang melintang di punggungnya saat Kenneth berbalik, itu tampak menakutkan dan juga menyakitkan.

****

Masha melotot marah pada gadis yang duduk di depannya kini. Melihat gadis itu mengacuhkannya dan tetap di sana meski dia sudah memperingatkannya untuk tidak hadir jika sang Papa kembali, sungguh membuat Masha tidak sabar untuk merobek-robek wajahnya yang polos.

Meja makan itu tampak menarik jika dilihat beberapa macam hidangan berbeda yang berada di atasnya terdapat di depan keluarga yang tidak bersuara sama sekali sejak tadi.

Perintah sang kepala keluarga yang tidak mengijinkan kebisingan di atas meja makan bagi keluarga Calgary, selalu membuat Bella dilanda kebosanan. Meski sudah lebih tahun dia menjadi anak asuh dari Samuel Calgady, kebiasaan ini - makan dalam hening- sangat di benci Bella sejak dulu.

Nafsu makannya menghilang saat Bella kembali duduk dan sarapan bersama orang-orang yang sudah dianggapnya asing ini.

Sam menyeka bibirnya setelah puas dengan makanan yang pembantunya hidangkan. Kelelahannya selama beberapa minggu ini juga tersapu bersih tatkala melihat istri dan putri-putri cantiknya berkumpul dan akur seperti sekarang.

Sam berdeham, dan matanya lembut menatap ke arah Bella, "Bella, senang rasanya melihatmu kembali lagi ke rumah ini. Lain kali, jangan kabur-kabur lagi dari rumah, kalau saja Daddy tidak menghubungi Jenny dan memintanya membantu Daddy untuk membawamu, apa kau tetap berniat tidak akan kembali?"

Bella hanya melirik ke arah Daddy-nya, lalu melanjutkan kembali memakan makanannya. "Hmm..." Sahutnya singkat.

"Bella.... " Panggil Sam sedikit frustasi dan kesedihan dari suaranya saat memanggilnya membuat Bella sedikit menurunkan tingkat kemarahannya kali ini.

"Aku janji tidak akan pergi lagi. Apa Dad puas sekarang?"

Sam tersenyum, lalu tangannya meraih tangan Bella dan sedikit meremasnya penuh kasih sayang, "Kau tahu, Daddy akan selalu sayang padamu?"

Bella menatap Samuel Calgary yang masih menunggu jawabannya, dalam benaknya dia berpikir, kalau Daddy memang sayang padaku, kenapa Daddy tetap menikahi wanita berbisa ini?

"Aku juga sayang Daddy. Aku sudah selesai." Balas Bella cepat dan menarik tangannya kembali. Bisa dia rasakan pandangan kebencian yang diarahkan saudara kandungnya itu padanya.

"Ada jamuan makan malam di rumah Paman William. Keluarga kita di undang, dan Daddy mau kau datang, Sayang?"

Bella menggeleng, menolak ajakan Sam. Lalu membeku di tempatnya berdiri, ketika Sam menatap penuh harap ke arahnya.

"Aku sudah janji akan pergi bersama Jenny ke New York, Dad." kata Bella berbohong.

Sam menaikkan alisnya, sejak kapan putriku ini mulai berani berbohong padaku? batin Sam bertanya-tanya.

"Tidak, Bells. Tidak ada jadwal apapun sampai akhir musim dingin ini di kalender mu. Daddy sudah bertanya pada Kanita dan juga Jenny. Jadi tak usah berbohong lagi pada Daddy, Sayang."

Wajah Bella langsung memerah malu karena kebohongannya langsung dibongkar oleh Sam di tempat.

Berbohong saja sangat payah sekali, siialan kau Bell! Maki Bella pada dirinya.

"Dad..." Panggil Bella tak berdaya.

"Aku tidak mau Bella ikut!" Katanya keras menenggelamkan panggilan Bella pada Sam.

Masha yang sudah geram di tempatnya duduk, langsung menyela panggilan Bella, dan mulai memprotes pada Papa tirinya tersebut.

Pikirnya, jika dia sedikit mengeluh dan tidak setuju, Sam akan setuju dengan permintaanya.

Tapi Masha tidak mengharapkan bentakan Sam yang akan dia terima dari ketidaksetujuannya kalau Bella ikut pada pesta di rumah William nanti.