"Apa yang dikatakan Benny itu benar, Nji. Elo terlalu lurus otaknya. Makanya semua orang di sekitar elo lo anggep baik semua. Payah lo, Nji," celetuk Regar.
"Ya gimana lagi, kalau gue sih berusaha buat bersikap netral itu aja," Panji agaknya membela diri. "Kasihan Opan juga kan. liat, yang kita lakuin sedari tadi hanya bertahan. Dan dia doang yang bekerja keras bahkan napasnya sampai ngos-ngosan itu. Badanya lebih kecil dari kita. Tapi dia berusaha buat jadi yang terbaik, ngepikul beban kita semua dan jadiin dirinya sendiri sebagai tumbal untuk tim kita. Bukankah itu adalah hal yang lebih kasihan lagi?"
Mendengar ucapan Panji, mereka agaknya tertampar. Terlebih setelah melihat Opan yang kini dalam posisi membungkuk. Peluhnya sudah bercucuran dengan sempurna. Napasnya tampak terengah sambil sesekali dia mengusap keningnya dengan kasar. Untuk kemudian, Rendra menghela napas panjang, memandang teman-temannya yang lain.