Chereads / Because You're My Star / Chapter 17 - Chapter 17 : Retak

Chapter 17 - Chapter 17 : Retak

Rintik hujan kian melebat,

Manik hitam Hiro membelalak sesaat karena tiba-tiba seseorang menarik bajunya dari belakang.

Jantung nya berpacu keras.

Hiro membalikkan badan nya, didapatinya seorang yang ia kenal, seorang yang menganggap nya sangat berharga.

"Tsuki?" Ujarnya, jantungnya berdegub kencang. Tsuki mengangguk kemudian memeluk nya erat. Air matanya mengalir tanpa henti.

"Kau selalu menghilang dan membuatku khawatir! Hoshi bodoh!", Ujar Tsuki dengan suara pengar terlihat jelas ia sedang menangis, meskipun hujan menutupinya.

Hiro kembali menjadi Hoshi, ia tersenyum dan memeluknya erat.

"Maaf".

"apa kamu sudah tau kalau aku bukan gadis yang menyelamatkan mu waktu kecil?", Ujar Tsuki sendu, Hoshi mengangguk.

"Dari awal kamu bukan dia kok, dia gadis pendiam yang misterius tapi kamu cerewet" jawab Hoshi sambil tersenyum, Tsuki mengerucutkan bibirnya, kesal.

"Tapi kau sedikit mirip dengannya, sangat malah, aku hampir menganggapmu dia" Nada bicara Hoshi sedikit sendu.

"Seandainya aku adalah dia, maksudku seandainya yang mati waktu itu aku, dan dia masih hidup, pasti Hoshi akan sangat bahagia" Tsuki bergumam keras seakan menyalahkan takdir.

"aku tak pernah ingin atau menyuruhmu menggantikannya, kau adalah kau, dia adalah dia, orang mati tak akan hidup lagi" Jawab Hoshi ketus.

"Belakangan ini kau sering sibuk, apa jangan jangan kau punya gadis lain?" canda Tsuki mengalihkan pembicaraan, namun reaksi Hoshi sama sekali tak terbayangkan, tiba-tiba ia memeluk Tsuki erat.

"A-aku akan selalu disini bersama mu jadi j-jangan khawatir" Tukas Hoshi, Tsuki tersenyum kemudian balik memeluk nya erat.

"Baiklah ".

***

Beberapa bulan yang lalu...

"Aku mencintaimu Takahiro Hoshi!, apa itu tidak cukup terlihat bahwa aku sangat mencintai mu?! " Ujar seorang gadis yang sangat cantik dengan tubuh ramping tiba-tiba menarik tangan Hoshi dan menyatakan cintanya.

Hoshi terdiam dan terpaku tak bisa mengeluarkan kata apapun. Ia tak ingin menyakiti hati gadis itu namun ia juga tak yakin dengan perasaannya.

Namun Midori adalah idola semua orang, namun gadis sesempurna itu malah memilihnya. Midori juga selalu membantunya akhir akhir ini.

Gadis itu juga yang sudah ke rumahnya beberapa kali, menghiburnya, membuatnya tersenyum dan bahkan sangat mengejarnya.

Entah mengapa ia sedikit tersentuh, sosok sempurna Midori lama kelamaan menepis sosok menyebalkan Tsuki, gadis yang tak punya siapa siapa, sering berhalusinasi, mudah menangis dan cerewet, bahkan wajahnya juga biasa biasa saja dibandingkan dengan Midori, Tsuki adalah Dandelion, sedangkan Midori adalah Lotus.

Keimutan Midori juga tak tertandingi, ia juga sangat cerdas juga lengket padanya seperti kucing.

"A-akane Midori ..." tanpa sadar Hoshi mengangguk. Mereka pun resmi menjalin hubungan.

"Apa?! Kamu bilang ke Tsuki kau juga mencintai dia? Hiro bodoh!" Midori memukul dada bidang Hoshi, tak terlalu keras.

"Apa boleh buat, maaf ya aku kasian" Ujar Hoshi sedikit merasa bersalah, kemudian mencium kening Midori.

"jika itu membuatmu bahagia, aku tak apa" Ujar Midori disela tangis nya.

"Sikapmu pada Tsuki itu bukan cinta tapi iba! Bukan hanya iba tapi cuma sekedar berhutang budi! Iya kan? Sekarang pilih aku atau dia?" Ujar Midori setelah beberapa minggu tak tahan melihat Hoshi dan Tsuki bersama.

"mungkin... Kau benar".

***

Hati dan perasaan manusia itu seperti awan, begitu tak beraturan, begitu lembut, begitu dingin juga, begitu rapuh, dan yang lebih penting, Hati manusia itu seperti awan yang... Mudah berubah bentuk.

"Sudah beberapa hari Hoshi menghilang! Aku hubungi kakaknya tapi..."

Pengirim : Senior Terasaka

Sebaiknya demi kebaikan mu, kau lebih baik menyerah. Dan belajar melupakan.

Sebenarnya jauh di lubuk hati Tsuki mengerti apa maksud perkataan kakak Hoshi, namun hati nya yang lain menolak untuk mengerti, meski mulutnya berkata 'aku tak mengerti maksudnya' namun matanya tak hentinya mengeluarkan air mata.

Tsuki berjalan gontai seakan semangat hidupnya baru saja direnggut.

Dikejauhan Hoshi terkejut karena tanpa sengaja melihat Tsuki dari arah berlawanan, ingin ia kabur saat itu namun jika ia kabur maka akan tampak sangat mencurigakan dan Tsuki pasti mengejarnya.

Akhirnya Hoshi menyerah dan memilih untuk menghampirinya.

"Hoshi! Kau kemana saja? Aku mengkhawatirkan mu! Kau baik baik saja kan?" Ujar Tsuki khawatir sekaligus senang dapat bertemu dengan pemuda yang sangat ia cintai itu.

"Hmm" jawaban singkat keluar dari mulut Hoshi, dan sepanjang perjalanan Hoshi hanya menjawab 'hmm' dan 'souka'.

Langit nampak bersedih lagi, mendung hitam membalut cakrawala, rinai hujan mulai membasuh permukaan bumi.

Sejenak Tsuki diam, mereka berjalan dalam diam, seakan akan ada jurang dalam yang terbentang di antara mereka.

"Hoshi..." panggil Tsuki.

"hmm" jawab Hoshi singkat.

"apa Kau... Sudah tidak mencintai ku lagi?" betapa bodohnya ia, Tsuki mengutuk dirinya sendiri karena sudah memberanikan diri menanyakan pertanyaan maut super bodoh itu.

"Aku lelah, kita bicara esok hari ya, Jaa ne" Ujar Hoshi cuek sembari belok dan berjalan di arah berbeda dengan arah jalan pulang biasanya. Tsuki hanya menatap punggung pemuda itu sendu, hujan menghujam lebih deras dari biasanya.

Sehingga ia memutuskan untuk berjalan sendiri pulang ke rumah kosong itu.

Meskipun itu percuma, ia mengeluarkan syal dari dalam tas nya dan membalut lehernya dengan syal itu.

"Dingin" gumam nya, sebenarnya tak hanya tubuhnya yang kedingingan namun, jauh di lubuk hatinya membeku.

Namun tiba-tiba Tsuki tersandung dan terjatuh. Ia duduk kemudian menangis sejadinya, terisak dibawah hujan, perasaannya campur aduk. Hoshi sudah berubah, ia tau itu namun ia tak mau mengakuinya, karena Hoshi adalah jantungnya, sangat berarti baginya.

"Sakit... Sangat sakit" ia merintih melihat luka di lututnya namun yang ia genggam erat adalah dadanya, meskipun darah mengalir di lututnya, namun sebenarnya hati nya terkoyak, hatinya terluka parah.

Sesampainya dirumah kosong yang selalu hanya ada Tsuki saja itu, Tsuki merebahkan tubuh basahnya ke kasur. Seakan lupa akan segala sikap acuh Hoshi, ia mengirimi pesan beruntun untuk Hoshi.

Kepada : Hoshi ~ MyStar

Kau sudah minum obat?

Sudah makan?

Sudah mandi air hangat?

Apakah masih capek?

Seperti biasa Sang pengirim hanya membacanya, tanpa sekalipun membalas.

Tsuki hanya menghela nafas panjang kemudian memejamkan matanya, namun setitik air keluar dari matanya.

***

Keesokan harinya, tak ada yang berbeda dengan hari kemarin.

Hoshi tak menjawab telepon darinya, pesan nya hanya dibaca. Tsuki hanya tersenyum kemudian melangkah pergi ke sekolah.

Selama pelajaran berlangganan mereka juga tak bicara, meskipun Tsuki yang cerewet menghujani nya dengan ribuan pertanyaan, Hoshi hanya menjawab 'hmm' dan 'oh gitu'.

Bahkan saat pelajaran olahraga, kejadian itu sangat menusuk Tsuki.

Ia melihat Hoshi duduk dengan seragam olah raganya, dengan ceria ia duduk disamping pemuda itu, namun tak diduga Hoshi berdiri dan melangkah pergi. Tsuki merasa seakan ada yang menusuk hatinya. Ia menatap punggung pemuda itu sendu, jantungnya remuk redam.

Tsuki hanya tersenyum kemudian bergegas mengambil tas nya dan mengganti seragam olahraga nya dengan seragam sekolah, ia berlari meninggalkan sekolah, melewati banyak kerumunan, hal yang ia pendam pecah, akhirnya ia menangis.

Nafasnya tersenggal, dengan langkah gontai ia duduk disebuah kursi taman.

"apa yang salah denganku? Apa salah ku? Hiks... kepalaku sakit"

To be continued.