Chereads / Because You're My Star / Chapter 18 - Cahpter 18 : Warna air mata

Chapter 18 - Cahpter 18 : Warna air mata

Apakah warna dari air mata itu? Apakah bening atau pun merah bisa saja hitam tergantung bagaimana air mata itu tercipta. Air mata dapat tercipta dari sebuah kebahagiaan yang berlimpah, bisa karena kehilangan seseorang yang paling berharga, bisa juga karena kehidupan yang begitu kejam mengiris sanubari.

"kau berpikir kau hanya bintang kecil untukku dan aku akan melupakan mu semudah itu? Kau salah kau segalanya bagiku!" teriak Tsuki.

Trotoar penuh sesak oleh pejalan kaki, semburat mentari menerobos melalui celah awan hitam, dengan warna air mata 'merah' Tsuki memacu langkahnya, bersaing dengan angin. Setelah beberapa menit yang lalu...

Pengirim : Miki

Hoshi pindah sekolah.

Dengan nafasnya yang tersenggal tak beraturan akhirnya ia sampai di kelas, dengan sisa kekuatannya ia berdiri dengan kedua kaki gemetaran, air mata 'hitam' mulai mengalir di pipinya. Di lihatnya bangku kosong tepat disampingnya, tersimpan banyak kenangan disana. Angin berhembus menerbangkan tirai tirai kelas, bayangan bayangan akan kenangan indah yang mereka ukir masih terlihat jelas di matanya. Saat Hoshi menatap keluar jendela, saat mereka berdebat suatu hal sepele, saat mereka tertawa saling ejek, saat pemuda itu mengacak rambutnya, Namun bayangan itu mulai memudar seiring dengan air mata kepedihan yang tiada henti mengalir.

Dengan segera ia menghubungi Hoshi lewat ponsel nya namun hanya terdengar 'nomor yang anda tuju sedang tidak aktif'.

"padahal kau sudah berjanji...".

"Seiring waktu bumi berputar pada porosnya, menjadikan jarak semakin pendek, berbanding terbalik dengan jarak kita, bayangmu semakin pudar terasa" batin Tsuki dengan tatapan kosong penuh luka.

'ting'

Sebuah notifikasi pesan masuk, dengan ragu Tsuki membuka pesan tersebut.

Dengan langkah gontai, Tsuki menaiki tangga menuju atap.

Dua hari yang lalu...

Dengan nafas yang beradu sembari menerobos hujan, Tsuki segera menyusul Hoshi setelah mendapatkan pesan bahwa Hoshi sedang berada di tepi danau tempat mereka biasa berbincang.

"Hoshi..." Panggilnya setelah terlihat dimatanya punggung pemuda yang ia cari.

Pemuda itu berbalik dan menatapnya sendu,

Tsuki menghampirinya dan mencengkeram baju Hoshi, seakan menahan tangis.

"Sebenarnya aku mencintai Midori... Aku mencintainya, maaf" Ujar Hoshi terdengar seperti petir menyambar.

Tsuki terduduk lemas, air mata merah dan hitam mengalir tanpa henti, diiringi rintik hujan yang kian melebat.

"Kau harus menyerah sebelum terlambat" Ujar Hoshi kemudian melangkah pergi meninggalkan luka yang sangat dalam.

Air mata merah hitam tanpa henti itu terus mengalir bila mengingat kejadian yang merenggut senyuman nya.

Kepada : Senior Terasaka

Kenapa Hoshi berkata aku harus menyerah? Kenapa senpai berkata aku harus melupakan Hoshi?!

8:30 AM

Pengirim : Senior Terasaka

Gadis bodoh. Gunakan ini sebagai pengalaman, lupakan dia.

8: 50 AM

Pengirim : Hoshi~ mystar

Maaf aku tak bisa menepati janjiku.

8 :51 AM.

Air mata Tsuki membasahi layar HP nya, ia terisak meskipun tanpa suara.

Pesan yang ia terima berikutnya diikuti oleh hujan, sekaligus benar benar merenggut kemampuan Tsuki untuk tersenyum.

Pengirim : Hoshi ~ mystar

Aku membenci mu, ingat itu.

Tsuki menjatuhkan ponselnya, matanya kosong.

Dengan langkah tak beraturan ia mendekati ujung atap, seseorang menarik lengannya.

"Hidupmu masih panjang! Kau tak boleh mengakhirinya! Kau harus terus mencoba untuk melupakan Hoshi! Aku yakin kau bisa, ini juga bukan salahku" Ujar seorang gadis berambut ikal, gadis cantik yang telah merenggut senyuman nya,  dengan bangganya menyuruh Tsuki untuk melupakan Hoshi, dengan tanpa rasa bersalah menyuruhnya untuk melanjutkan hidup seakan tak terjadi apapun. Lotus yang kejam, mungkin itu yang bisa batin Tsuki teriakkan dari hatinya yang tercacah, hati hancur sang dandelion.

Tsuki menepis tangan gadis itu kasar, untuk pertama kalinya Tsuki berlalu seperti itu pada orang lain. Ingin sekali tangan Tsuki melayang untuk menampar gadis itu, tapi hati bodohnya membuat tangannya diam tak berkutik.

"pergilah, tak ada yang peduli" Ujar Tsuki sendu.

"aku peduli!" Ujar midori tanpa rasa bersalah, seperti sebuah ironi. Bila dapat digambarkan itu seperti midori menusuk Tsuki dengan pisau tumpul seraya berkata 'aku sangat peduli'.  Mungkin biar lebih irasional yang dimaksudkan midori adalah 'aku peduli dengan rasa sakit mu, jadi aku akan menjaganya tetap sakit, bila perlu aku akan menabur garam pada luka itu'.

Tsuki berbalik membelakangi gadis itu, tak menghiraukannya seraya melangkah lebih dekat pada ujung atap gedung berlantai lima itu.

"Kau tau? Aku ini keras kepala, tak kan ku biarkan kau mati didepanku--" sebelum gadis itu terus menerus menabur garam pada luka, Tsuki menyelanya bicara.

"Aku membenci diriku sendiri lebih dari apapun, namun... Aku membenci mu lebih dari diriku" Ujar Tsuki dengan amarah dan luka yang ia pendam dalam hatinya. Kata selanjutnya yang keluar dari mulut Midori begitu menusuk hatinya bak seribu panah api.

"apa salah ku?" Ujar Midori sempurna menuang cuka pada luka yang telah infeksi.

Tsuki melangkah pergi meninggalkan gadis itu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Sejak saat itu, ia tak pernah tersenyum lagi.

***

Tsuki menatap kaca jendela dengan sendu, dilihatnya rintik hujan yang kian menderas menghujam pekarangan sekolah.

"setiap kali hujan turun aku memiliki keinginan yang tak tertahankan untuk menitikkan air mata dan tidak bernafas lagi" gumamnya perih, ia ingin sekali berhenti bernafas, karena setiap udara yang ia hirup terasa sesak dan menyakitkan.

"Tsuki ayo kita pulang bersama, aku membawa payung lho" Ajak seorang pemuda, Yuki. Tsuki hanya mengangguk, jika itu yang diinginkan Hoshi maka Tsuki akan melakukan nya, ia akan bersama dengan Ichirou Yuki.

Padahal sebelumnya akhir akhir ini Tsuki sering memergoki Yuki berjalan dengan gadis tak ia kenal, mereka tampak mesra. Yuki bersikeras menyangkalnya berkata bahwa itu hanya karena mereka memaksa dan karena ia kesepian merasakan sikap Tsuki yang menjauh bersama Hoshi waktu lalu.

Yuki terus mengajaknya bicara sembari berjalan bersama dibawah satu payung, Tsuki hanya mengangguk dengan tatapan kosong yang penuh dengan air mata merah hitam tak terlihat.

"Pada akhirnya sekarang cinta itu tak ada, hanya sebuah kata dengan banyak definisi". Batin Tsuki.

"Tsuki kau baik baik saja?" tanya Yuki seakan terlihat khawatir.

"aku baik baik saja" jawab Tsuki.

Tiba-tiba ponsel Yuki berdering, segera ia mengangkatnya, nada bicara nya begitu lembut seakan akan berbicara pada seorang gadis, atau mungkin memang benar. Dengan terburu buru Yuki menyerahkan payungnya kemudian meminta maaf kerena ada urusan mendadak dan berlari meninggalkan nya begitu saja.

Tsuki membuang payung yang dia berikan, dengan mata penuh kepedihan Tsuki menatap langit yang tengah menangis.

Banyak pasangan melewati nya dengan senyum dan tawa sembari berbagi payung mereka berbagi cinta, pasangan pasangan itu hanya Melewati Tsuki begitu saja.

"Ketika begitu banyak cinta di dunia ini, kenapa Tuhan tidak menyisakan cinta untukku? kenapa hanya aku yang diabaikan?" Ujar Tsuki pilu.

To be continued.