Dunia berdasarkan otome game 'The Legend of Heroes' ini tidak begitu rumit. Tidak ada banyak kerajaan, hanya ada dua kerajaan. Tentu saja itu yang disebutkan oleh game. Yang pertama, Kerajaan para makhluk yang memiliki sihir Kegelapan. Kerajaan Estheria. Seperti namanya, kerajaan ini tidak pernah sekalipun disinari cahaya matahari. Dijuluki Negeri Malam Abadi.
Jika dipikir-pikir kembali, setting cerita seperti ini benar-benar bagaikan sesuatu yang dibuat oleh anak remaja. Mungkin karena Layla jarang menemukan masalah politik yang sering ia baca di komik atau novel fantasi lainnya. Entah pembuat skenarionya memang membenci politik atau kurang mahir dalam menulisnya, Layla tidak peduli. Setidaknya karakter-karakter yang dibuatnya berhasil memikat hati Layla. Jangankan para karakter lelaki, ia juga bahkan menyukai karakter perempuan termasuk heroine di game ini.
Kembali lagi ke latar cerita game. Manusia yang tinggal di sini merupakan manusia yang dikutuk, terkutuk, atau pernah mengutuk. Karena telah terlibat dengan 'kutukan', maka mereka akan dibenci oleh para roh. Jadi, kekuatan mereka bersumber dari roh jahat. Roh jahat dapat membuat perasaan negatif manusia sebagai sumber kekuatannya untuk menjadi lebih kuat. Makanya, manusia bersikeras untuk membunuh para makhluk kegelapan (para makhluk hidup yang sumber kekuatannya dari roh jahat).
Kalau disimpulkan dari dialog-dialognya, Raja Kegelapan yang bernama Chander itu memiliki dendam kepada para manusia, sehingga terjerumus ke jalan ini. Selain para makhluk kegelapan, ada juga manusia biasa yang dipekerjakan di sini. Dijual, kabur, atau memihak Raja Kegelapan. Raja Kegelapan juga tidak bisa dibunuh dengan sihir manusia biasa.
Dendam, ya... bukan berarti aku gak ngerti perasaan tokoh antagonis.
Karena ingatannya tentang dunia lama semakin jelas, ia bahkan mengingat kematiannya saat ia masih muda. Ia dibunuh oleh saudaranya, Zara. Memikirkannya saja membuat gadis itu marah dan kesal. Setiap memikirkan Zara, jantungnya berdegup kencang dan napasnya tidak teratur. Alisnya bertaut tanpa ia sadari, dan matanya mencerminkan kebencian. Memikirkan bahwa keluarga lamanya kini sedang hidup bahagia, Layla hanya bisa mengepalkan tangannya. Ia pun menarik napas dalam-dalam dan menenangkan dirinya, dengan mengingat tentang dunianya sekarang.
Toh kalau disini ujung-ujungnya, aku bakal ditinggalin juga. Kayak dulu.
Layla melihat sekelilingnya. Dulu, ia tidak diizinkan untuk mengelilingi mansion tempat tinggalnya. Saudara-saudaranya, serta bibi dan pamannya akan menatap dia dengan penuh kebencian. Hanya kakeknya yang bersikap baik padanya, tetapi kakeknya pun selalu sibuk dengan perusahaannya. Sehingga Layla (Andhira) selalu merasa kesepian meskipun dia berada di rumah besar yang ditinggali oleh banyak orang.
Hal itu gak bakal berubah meski aku dilahirkan di keluarga lain. Apalagi di sini. Bahkan aku bisa aja mati kalau terus tinggal di sini. Sekarang, aku harus ingat setiap informasi tentang dunia ini. Untuk tetap hidup.
Hm.. kira-kira apa yang membuat Chander dendam, ya?
Tentu saja Layla akan penasaran. Ia sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Chander, selain peran antagonisnya. Bagaimanapun juga, otome game yang ia sukai ini menceritakan tentang kerajaan lain, yang mempunyai tujuan untuk memberantas para makhluk kegelapan. Mereka ingin mewujudkan dunia tanpa adanya teror dari Raja Kegelapan. Yang ia tahu, Kerajaan Suci itu dikuasai oleh Raja Ardashir dan Ratu Agnetha. Disebut kerajaan Suci karena para manusia tanpa kekuatan kegelapan dianggap suci oleh mereka sendiri. Namanya adalah Kerajaan Sephrnate.
Mereka memiliki lima pahlawan legendaris yang bisa mengalahkan Kerajaan Kegelapan. Lima pahlawan dipilih setiap raja baru diangkat. Para pahlawan terdahulu tidak ada yang bisa mengalahkan Raja Kegelapan. Lima pahlawan generasi itulah yang menjadi karakter utama dalam otome game milik Layla di dunia terdahulunya. Yang akan mengalahkan Raja Kegelapan di masa depan. Tetapi dalam tujuh tahun kehidupannya, ia tak pernah mendengar pembicaraan tentang sihir, atau pahlawan beserta kerajaan suci dari orang-orang yang tinggal di istana ini.
Kalau dipikir-pikir, mungkin hidupnya akan lebih mudah kalau ia hidup sebagai salah satu dari pahlawan. Selain itu, dia juga bisa melihat banyak karakter yang selama kehidupannya ia kagumi. Yah, meski kini ia hanya bisa tertawa datar dengan keadaannya yang berstatus sebagai 'Tuan Putri' di Kerajaan Kegelapan.
Apakah bila ia bertemu lima pahlawan itu, ia akan dibunuh? Memikirkannya saja ia sudah merinding. Tetapi dilahirkan kembali sebagai salah satu dari mereka pasti sangat menyenangkan. Dibandingkan dengan itu, situasi Layla saat ini sangat buruk. Ketika ia ketahuan sudah menginjak tanah yang disebut kotor ini pasti ia akan dieksekusi.
(A/N: sekedar pengingat. Heroine / MC adalah protagonis wanita dalam cerita. Karakter utama dalam game.)
"Penyihir itu— awas saja. Sampai sekarang bahkan dia tidak menunjukkan dirinya. Hutangku akan kuhitung lunas aja deh." Setelah puas menggerutu, Layla pun menghela napasnya.
Sambil melihat atap-atap kamarnya, Layla mengingat cerita hantu itu.
Ayah... ya. Hm... kalau dibandingkan dengan ayahku yang dulu, Chander memang.. lebih baik. pikir Layla sambil menutup matanya.
.
.
.
Layla selalu bersikap seperti anak kecil. Karena ia berpikir bahwa dengan cara tersebut, pria yang menyembunyikan kedok aslinyanya ini pasti akan membongkar wajah aslinya. Setidaknya, itulah yang Layla pikirkan.
Tetapi Layla tidak pernah menganggap dunia ini sebagai dunia aslinya. Bagaimana bisa, ketika ia dihadapkan oleh karakter di dalam game? Kalau ia bisa bertemu dengan penyihir yang membawanya, ia baru akan percaya bahwa ini bukanlah mimpi. Siapa tahu ia kebanyakan membaca novel dan komik tentang reinkarnasi, sehingga ia bermimpi seperti ini, kan? Di dalam lubuk hati Layla, ia masih berharap bahwa ia bisa pulang.
Toh, ini mimpi. Mari kita nikmati mimpi ini. Dan... cara aku menikmati mimpi ini adalah dengan membongkar wajah asli Chander. Layla sebenarnya ingin menyaksikan kisah cinta para tokoh utama game ini. Namun sepertinya butuh waktu lama untuk mereka sampai ke sini.
"Papa! Papa!"
Suara langkah kaki dapat terdengar dari luar. Pria bersurai hitam berjalan menuju arah pintu, dan tersenyum sambil membuka pintu. Layla dapat melihat tumpukan buku di meja Chander.
Rencana setidaknya hingga ia bisa tahu bahwa kehidupannya bukanlah mimpi. Mungkin, sampai penyihir 'Shahnaz' mendatanginya? Jika penyihir itu benar-benar ada, maka Layla bisa memastikan bahwa dunia ini bukanlah mimpi. Yah, mimpi atau bukan, tidak ada bedanya selama Layla tidak bisa keluar dari situasi ini.
Layla sudah memikirkan beberapa cara untuk dibenci Chander. 'Yang pertama, mari bertindak sebagai anak kecil! Buat dia benci anak kecil yang cerewet-- yaitu, aku.' Layla tersenyum pahit karena takut rencananya gagal. Tetapi, ia tetap menjalankannya.
Saat itu juga, anak kecil bersurai perak mendekap kakinya. Tangan pria itu merespon dengan mengangkat pinggang kecil anak bersurai perak tersebut. Ia juga memeluk, lalu mengelus rambut anak itu. Pria bersurai perak dengan baju serba putih datang setelah putri kecil itu dipeluk oleh ayah angkatnya.
"Ada apa, Layla? Hari ini kau bersemangat sekali."
Suara dari pria bermata merah itu sangat indah. Karena lembut, serta penuh dengan kasih sayang. Layla pun membalas dengan senyuman lebar. Meski dalam hatinya ia masih meragukan kedok pria ini.
'Dia tokoh antagonis, dia tokoh antagonis, dia tokoh antagonis.' Layla mencoba meyakinkan hatinya.
"Hari ini Layla main sama papa!"
Gadis kecil ini sudah berkali-kali-- bahkan setiap hari ia melakukannya setidaknya sekali. Yaitu, mengajak main bersama 'ayah'nya. Layla penasaran, kapan ia akan menunjukkan kedok aslinya. Karena, Chander terlihat selalu sibuk dengan pekerjaannya. Meski Layla tidak tahu ia sibuk dengan apa. Dan kalau bisa ia tidak ingin mengetahuinua. Ketika watak antagonisnya terlihat, akan seperti apa? Dia marah besar pada Layla? Tetapi. Jawaban yang diberikan Chander selalu sama.
Sekilas, mata merah pria itu bercahaya. Setelah ia mengerjapkan matanya beberapa kali, ia pun tersenyum tipis, "baik. Rigel, bawa Layla ke sofa yang ada di situ." Mendengar jawaban ini, Layla tertawa karena sudah lelah dengan sifat Raja Kegelapan yang tidak pernah berubah.
Kapan sih tokoh antagonis ini menunjukkan sifat aslinya?
Sifat Chander sebagai ayah sangat berbeda jauh dari sifat 'ayah' yang ia ketahui di kehidupan lamanya.
.
.
×
.
.
Andhira, yang baru saja menginjak umur 6 tahun berlarian di rumahnya dengan gembira. Bibi di rumahnya berusaha untuk menghentikan Andhira, tetapi anak yang sangat ceria itu sulit untuk dikendalikan. Saat Andhira berhenti di depan pintu dimana ayahnya bekerja, bibinya ketakutan. Ia berlari hendak menghentikan Andhira untuk memasuki ruangan itu. Tetapi, tangan Andhira sudah menggapai pintu-- lalu mendorongnya. Ia tersenyum lebar sambil mendekati ayahnya yang sedang duduk membelakanginya.
"Papa! Hari ini-- jam 00.00 waktu Indonesia Barat-- Andhira Hadikusuma udah bertambah umur! Jadi enam tahun!"
Andhira memakai jas kebesaran milik ibunya, berpura-pura menjadi reporter berita yang selalu ia tonton di TV bersama ayah dan ibunya. Tidak melihat respon, Andhira memiringkan kepalanya, "papa?"
"Berisik."
Mata Andhira terbuka lebar saat mendengar bisikan ayahnya. Tak lama kemudian, ayahnya mendekati Andhira, dan mengelus kepalanya. Tangan kanannya memberi sesuatu ke tangan kanan Andhira-- kertas yang dilipat-lipat. Saat Andhira membuka kepalan tangannya, ia melihat uang seratus ribu yang diberi ayahnya tadi.
"Besok kamu sama bibi boleh beli sesuatu yang kamu mau. Pakai ini, dan jangan ganggu ayah, ya. Kamu kan anak baik."
Ayahnya menyimpan uang di kepalan tangan kecil milik Andhira. Di sini, Andhira merasa kesepian meskipun ia sedang bersama ayahnya. Saat ini, Andhira tahu satu hal dengan jelas.
Bahwa ia tidak diizinkan untuk membuka mulutnya.
.
.
×
.
.
Apa tokoh antagonis ini akan bilang 'berisik' juga kalau marah? Hm... tapi selama ini dia belum pernah marah di depanku. Aneh sekali... padahal kalau ayahku yang dulu pasti akan marah disaat aku mengganggunya saat sedang sibuk.
Layla, yang kini berada di tangan Rigel menggerakkan kedua kaki kecilnya. Ia tertawa kecil, dan Rigel melihatnya dengan tatapan heran. "Tuan Putri, anda baru tujuh tahun sudah memiliki semangat yang besar, ya." Suara dingin milik pria dengan manik emas itu menggema. Layla menengok ke sebelahnya-- wajah Rigel terlihat dekat.
"Habis, istana besar ini membosankan! Bersama dengan ayah itu seratus kali lebih asyik, tau!"
'Hm. Aku gak bohong, sih. Di dunia ini mana ada internet, game, dan lainnya. Karena tidak ada, cuma ini yang bisa aku lakukan setiap hari' Layla tetap mempertahankan senyuman manisnya di depan Rigel. Seperti biasa, pria di depannya ini tidak pernah sekalipun terlihat sedang senyum. Padahal, para pelayan di istana ini selalu berteriak bahagia ketika melihat senyuman Tuan Putri yang tentunya manis-- terutama diantara para orang dewasa.
Rigel menurunkan Layla di sofa empuk berwarna cokelat. Ia juga menaruh bantal di belakang Layla, sehingga Layla bisa menyandarkan tubuhnya. Rigel beranjak dari ruangan itu, sepertinya memanggil pelayan.
Di tengah suasana sunyi ini, Layla melihat pria yang berada di dekat jendela. Rambut hitamnya berkilauan karena sinar bulan. Jendela memancarkan langit malam berhiasi ribuan bintang. Tak pernah sekalipun Layla melihat matahari terbit di tempat ini. Tentu saja. Julukan 'Negeri Malam Abadi' ini bukan asal-asalan. Meski ia ada dugaan kenapa hal ini bisa terjadi, ia sama sekali tidak peduli dengan kebenarannya.
Di masa depan nanti, tokoh antagonis-- raja Kegelapan Chander akan dibunuh. Oh, bukan. Akan dihukum dengan berbagai cara. Yang pertama, para pahlawan akan membunuhnya. Itu adalah akhir dari setiap Happy Ending.
Yang kedua, ia akan dikhianati oleh rasnya sendiri, ketika para pahlawan (tanpa heroine, karena heroine meninggal atas kesalahan pilihan player) menjanjikan kebebasan untuk mereka semua. Seingat Layla, Chander menerimanya dengan lapang dada. Tetapi, setelah Chander dihukum mati di depan manusia, para makhluk kegelapan dibantai habis-habisan. Akhir dari salah satu Bad Ending yang masih membuatnya merinding.
Yang ketiga, ia dijadikan tawanan. Ia dibiarkan hidup oleh para pahlawan, tetapi ia tidak diberi makan. Ia hanya diperlihatkan sebuah gambar bergerak (seperti video) dimana istrinya dan anaknya dibunuh. Akhir dari setiap Normal Ending. Hm. Istri? Tidak pernah kulihat. Kalau begitu... hantu yang sering berbicara....
Layla tersenyum pahit ketika memikirkan hal itu. Gilirannya pasti akan datang jika ia terus bersama raja kegelapan. Dibunuh di kehidupan keduanya? Sekali saja sudah cukup. Yah, meski ia akui lebih baik ia mati lagi daripada terseret ke peperangan yang akan terjadi.
Tidak hanya itu. Di setiap rute karakter, ending dari raja kegelapan ini berbeda-beda. Aku tidak ingat semuanya. Tapi, aku tak pernah sekalipun mendapatkan ending dimana ia tetap hidup dengan tenang saat bermain game ini.
Selama ini, ia sudah mempererat hubungannya dengan sang ayah. Tetapi, mana mungkin ia bisa tahu ending apa yang akan menunggu Chander hanya dengan itu. Dunia ini dibuat untuk sang protagonis. Yang bahkan belum pernah Layla dengar kabarnya.
Raja Kegelapan Chander, ya?
.
.
Chander yang selama ini membesarkan aku... dia sangat baik. Bukan seperti karakter antagonis yang aku kenal. Berbeda, bukan berarti berubah. Dia hanya berbeda... dari sosok Chander di dalam game yang kukenal.
Benar. Game memotret dia sebagai karakter antagonis. Namun, mungkin dia hanya tidak menyukai manusia yang menyerang tempat tinggalnya.
Dia sangat baik. Ya... baik sekali. Tapi...
Aku tidak tahu kapan kebaikannya akan berubah menjadi pengkhianatan. Makanya, aku gak akan menyayangi dia. Kalau aku sampai sayang sama dia...
...dia bisa mengkhianati aku. Seperti keluargaku. Seperti saudaraku. Seperti... dia.
Dan, lebih baik aku mati lagi daripada merasakan lagi hal itu.