Flashback 1 jam lalu…
Mike berjalan tergesa-gesa menuju lantai paling atas kapal pesiar. Tadi dia tidak sengaja menabrak Haya. Mike sama sekali tidak menyangka akan bertemu gadis itu.
Sayangnya dia tidak punya waktu untuk memikirkan perjumpaan singkatnya dengan Haya. Ada hal yang jauh lebih penting yang harus dipikirkannya saat ini.
Di lantai paling atas kapal pesiar, Aaron dan Arif sedang bercakap-cakap. Mereka berdua sepertinya mendiskusikan sesuatu yang penting.
"Bos, saya sudah mengecek kapal," lapor Mike. Pria itu dari tadi mondar-mandir di sekitar kapal pesiar. "Saya melihat gelagat aneh dari para anak buah Tuan Budi."
"Apa itu?"
"Mereka mendistribusikan rokok ganja ke dalam kotak-kotak kecil. Lalu yang aneh lagi adalah anak buah kita menerima paket-paket misterius yang langsung diantar ke dalam kamar pribadi Bos."
Aaron menatap lautan yang ada di depannya dari lantai paling atas kapal pesiar. "Mike, minta semua anak buah kita membuang paket-paket itu ke laut. Kalian cuman punya 10 menit untuk melakukan itu. Arif, buat berita palsu untuk mengecoh anak buah Tuan Budi. Bilang kalau mereka harus menarik kembali kotak-kotak ganja itu."
"Baik, Bos. Tapi kenapa kita harus bilang ke anak buah Tuan Budi kalau mereka harus menarik ganja-ganja yang sudah disebar?" Arif penasaran.
"Aku punya firasat buruk. Tuan Budi merencanakan sesuatu yang tidak kita duga di sini," jawab Aaron.
Baik Mike dan Arif membungkukan kepala lalu pergi meninggalkan Aaron.
Di tengah penantiannya, Aaron tanpa sengaja bertemu dengan Haya. Dia mendengar Haya mengatakan tentang pesta ganja.
Rupanya ini rencana Tuan Budi. Dia sengaja mendistribusikan ganja secara gratis ke semua orang di kapal pesiar untuk mengadakan pesta ganja. Lalu dia mengirim paket-paket misterius ke kamar pribadi Aaron. Aaron menduga itu adalah ganja. Lalu Haya dan anggota polisi lainnya sedang melakukan misi di sini dan tahu akan ada pesta ganja.
Hanya ada satu kesimpulan yang bisa ditarik oleh Aaron saat ini. Tuan Budi sedang berusaha menjebaknya. Dia ingin Aaron menjadi tersangka utama atau pengedar ganja yang berusaha mengadakan pesta ganja besar-besaran di kapal pesiar.
Aku akan membalas pria bajingan itu, batin Aaron.
….
Haya berlari tak tentu arah. Di belakangnya Ethan tidak bisa mengejar laju lari Haya yang kencang.
Dalam pikiran Haya hanya satu. Aaron.
Entah apa yang dilakukan pria itu. Apakah Aaron berkelahi dengan polisi hingga menembak polisi itu? Atau sebaliknya?
Haya pergi ke sisi lain kapal pesiar. Di sana ia melihat Aaron sedang berhadap-hadapan dengan beberapa pria bertubuh tinggi. Mereka bukan polisi karena Haya tidak mengenal mereka. Yang jelas Haya tahu pria-pria bertubuh tinggi itu punya niat yang tidak baik. Mereka membawa pistol!
Semakin mendekat ke arah Aaron, Haya melihat dengan jelas kalau Aaron berdarah! Bahu pria itu terluka.
"Apa yang sedang kalian lakukan di sini?!" tanya Haya.
Aaron dan para pria bertubuh tinggi itu menoleh.
"Sedang apa kamu di sini?" Aaron kaget dengan kedatangan Haya. Ia memegangi bahunya yang berdarah.
Haya langsung memegang bahu Aaron yang berdarah. Wajahnya cemas. "Apa kamu baik-baik saja?"
Aaron bisa melihat wajah khawatir Haya. Dia ingin berkata bahwa dirinya baik-baik saja. Tapi…
Haya langsung berbalik dan menatap tajam pada para pria bertubuh tinggi. Dia menodongkan pistol ke mereka.
"Apa mau kalian, hah?!" bentak Haya. "Kenapa menembak orang sembarang di sini?!"
"Jangan ikut campur!" balas salah satu pria itu. Pria itu hendak maju tapi Aaron menghadang mereka.
"Jangan berani menyentuhnya," kata Aaron dengan tatapan tajam. Rasa sakit di bahunya seolah tidak terasa dan digantikan rasa ingin melindungi Haya.
"Aku bisa menangkap kalian atas tuduhan percobaan pembunuhan," ancam Haya. Haya tidak terima ada orang yang menggunakan senjata api untuk menyakiti orang lain.
"Memang kamu siapa? Polisi?" ledek salah satu pria itu.
Tiba-tiba seorang pria kurus berambut putih muncul. "Kenapa kalian ribut-ribut?"
Para pria bertubuh tinggi itu langsung membungkukan badan pada pria berambut putih itu.
"Lama gak berjumpa, Hades," sapa pria itu. "Maaf kalau anak buahku membuat sedikit kekacauan."
"Akhirnya kita bertemu, Tuan Budi," balas Aaron tenang.
Omong kosong macam apa ini, batin Haya. Dia tidak kenal pria bernama Tuan Budi. Menurut Haya, pria itu adalah musuh Aaron.
"Sedikit? Apa kamu buta? Anak buahmu melukai warga sipil!" omel Haya. Dia menunjuk bahu Aaron yang berdarah.
Tuan Budi tertawa. "Siapa dia? Apa dia kekasihmu atau anak buahmu?"
"Dia tidak ada hubungannya dengan ini," jawab Aaron dingin. "Haya, pergilah."
"Apa kamu gila? Kalau aku pergi, kamu bisa mati di tangan mereka!" kata Haya kesal.
Tuan Budi tertawa. "Rupanya dia kekasihmu. Menarik sekali."
"Aku ke sini hanya untuk berlibur dengan tenang. Apalagi Anda mengundangku ke sini. Tapi siapa sangka, anak buah Anda memperlakukanku seperti musuh," kata Aaron pura-pura kecewa.
Rupanya Aaron memang datang ke sini untuk berlibur, batin Haya.
Lalu siapa mereka? Kenapa mereka menyakiti Aaron?
"Sejujurnya aku tidak tertarik berlibur lagi. Apalagi akan ada pesta ganja di sini," ujar Aaron dengan wajah jijik.
Tuan Budi kaget. Dia tidak tahu kalau Aaron mengetahui soal pesta ganja yang sudah direncanakannya.
"Apa maksudmu?" Tuan Budi bertanya.
Aaron tersenyum. "Bukankah Tuan Budi membeli banyak ganja hari ini? Anak buahku melihatnya. Polisi juga mengetahuinya."
Tak beberapa lama anak buah Tuan Budi datang. "Tuan, gawat! Polisi sedang mencari kita. Mereka menemukan ganja di kamar Tuan."
"A-apa yang terjadi?" Tuan Budi terlihat bingung. Kenapa polisi mencarinya? Bukankah para polisi harusnya mencari Aaron?
Aaron tersenyum ke arah Tuan Budi. Melihat itu Tuan Budi geram.
"Oh jadi ini pengusaha yang ingin mengadakan pesta ganja di sini? Ckckck. Seharusnya aku memborgolmu dari tadi," Haya angkat bicara. Sekarang dia paham semuanya. Aaron tidak ada kaitannya dengan pesta ganja.
Semua anak buah Tuan Budi kaget. Mereka tidak menyangka kalau Haya seorang polisi.
Tiba-tiba ada banyak langkah kaki mendekat. Teman-teman Haya dari kepolisian muncul. Mereka keluar dari penyamaran dan menodongkan pistol pada Tuan Budi berserta anak buahnya.
"Angkat tangan!" teriak Ethan pada Tuan Budi beserta anak buahnya.
Para polisi lain mulai memborgol satu per satu anak buah Tuan Budi. Sayangnya Tuan Budi tidak terima. Bagaimana mungkin ia dibodohi oleh Aaron? Harusnya yang ditangkap adalah Aaron!
Tanpa pikir panjang, Tuan Budi mengambil pisau dari balik jasnya. Dia hendak menusuk Aaron. Namun… ada seseorang yang memeluk Aaron dan menerima hunusan pisau itu.
"Haya!!!" pekik seluruh anggota kepolisian yang menyaksikan Tuan Budi menusuk pinggang Haya.
Tuan Budi langsung melepas pisaunya. Ethan memukul wajah Tuan Budi hingga pria itu tersungkur ke lantai.
Sementara itu Haya ambruk. Untung Aaron memeluk gadis itu. Dia menidurkan tubuh Haya ke lantai.
"Haya, Haya," Aaron memanggil-manggil Haya. Tangan Aaron menarik pisau yang menancap dari pinggang Haya.
Darah mengalir deras dari pinggang gadis itu. Tubuh Haya lemas. Rasa sakit menyelimuti tubuhnya. Matanya menjadi berat dan…
"Tidak, jangan tutup matamu!" Aaron berteriak. Dia memegang pipi Haya dengan tangannya yang penuh darah. "Kamu gak boleh pingsan. Haya, sadarlah. Haya!!!"
Sayangnya Haya tidak bisa menahan matanya. Dia tidak kuat membuka matanya lebih lama lagi.
"HAYA!!!"