"KAMU PASTI SUDAH GILA!!!"
Suara melengking Haya membuat semua orang yang ada di taman rumah sakit menoleh padanya. Haya sadar dan malu pada tindakannya barusan.
Aaron sudah tahu kalau Haya akan bereaksi seperti ini. Gadis di depannya tidak mungkin langsung setuju dengan penawarannya. Apalagi Haya tidak suka berada di dekatnya.
"Omong kosong macam apa ini, Aaron?" Haya melotot. Kali ini dia mengecilkan suaranya.
"Jangan salah paham, Haya. Aku tidak minta bercinta denganmu. Hanya pegang tanganku saat aku tidur," Aaron berusaha menjelaskan.
Haya hanya bisa menatap Aaron dengan wajah tidak percaya.
"Jangan berbohong. Aku tahu jalan pikiranmu yang kotor. Awalnya kamu hanya memintaku menggenggam tanganmu saat kamu tidur, lalu lama-lama kamu akan minta lebih dari itu. Lagipula pria dan wanita yang berada di satu kamar yang sama rawan melakukan hal yang 'lebih' dari sekadar menggenggam tangan. Kamu tahu apa yang selanjutnya terjadi? Aku akan mengandung anakmu dan kamu memaksaku untuk menikahimu!"
Aaron mengerjapkan mata. Dia sungguh kaget dengan perkataan Haya. "Tunggu, kenapa kamu bisa berpikir sejauh ini?"
"Aku tahu dari semua itu dari novel. Plot semacam itu sudah basi, Aaron. Banyak novel menulis kisah seperti itu dan aku tidak mau terjebak dengan penawaranmu. Aku tidak mau bercinta apalagi mengandung anakmu!" ada penekanan di setiap kata di kalimat terakhir Haya.
Ini terdengar gila. Haya bukan tipe orang yang suka membaca novel, tapi sahabatnya yaitu Erika sangat suka membaca novel romansa sejak duduk di bangku akademi. Sedikit banyak Haya tahu plot-plot novel berkat Erika yang tiada henti memberi tahunya cerita setiap novel yang telah dibacanya.
Setiap novel yang dibaca Erika punya plot yang hampir sama. Haya sampai hafal. Pertama, ada tokoh utama pria menawarkan perjanjian pada tokoh utama wanita yang sedang kesulitan. Entah kesulitan uang atau ingin balas dendam. Kedua, imbalan yang ditawarkan tokoh utama pria awalnya terlihat tidak berbahaya, seperti berpura-pura menjadi kekasih, menikah kontrak ataupun tinggal serumah dengannya.
Inilah bagian penting dari plotnya. Lama-lama tokoh utama pria dan wanita bercinta. Lalu semua konflik dan salah paham diantara mereka dimulai. Kelima, tokoh utama wanita hamil dan tokoh utama pria memaksa menikahinya. Begitulah ending setiap novel yang dibaca Erika.
Aaron tertawa. Dia tidak menyangka Haya punya imajinasi yang liar. Jauh lebih liar dari dugaannya.
"Kenapa setiap kali kita bicara, kamu selalu menyisipkan kata bercinta? Apa jangan-jangan kamu ingin bercinta denganku, Haya?" tanya Aaron sambil menatap mata Haya. Aaron sama sekali tidak bisa menyembunyikan senyum diwajahnya. "Katakan saja. Aku tidak keberatan mendengar kejujuranmu."
Wajah Haya memerah. Dia langsung bangkit berdiri. "Tidak ada gunanya aku bicara denganmu. Aku mau kembali ke kamarku."
Haya mudah sekali dibuat kesal, batin Aaron geli.
"Kamu tahu ada banyak wanita yang menawarkan dirinya untuk bercinta denganku. Jadi aku bisa memaklumi kalau kamu juga ingin bercinta denganku. Itu hal yang wajar."
Haya. "…."
Bicara dengan Aaron membuat emosi Haya meledak-ledak. Entah kenapa setiap kali berbicara dengan pria itu, Haya selalu ingin marah, mengomel ataupun memaki.
Haya sama sekali tidak menolak fakta bahwa Aaron lebih dari sekadar tampan. Pria itu punya tubuh tinggi, otot kekar dan mata gelap yang siap memikat wanita manapun. Haya berani bertaruh kalau semua polisi wanita di kantornya akan menawarkan diri untuk bercinta dengan Aaron saat melihat wajah tampan pria itu. Namun, ia sama sekali tidak suka dengan rasa percaya diri Aaron yang melewati batas. Apa pria itu ingin pamer di depannya kalau dia adalah pria yang paling diinginkan oleh para wanita?
"Kalau ada banyak wanita yang menawarkan diri untuk bercinta denganmu, kenapa kamu repot-repot membuat penawaran aneh denganku? Ada banyak wanita diluar sana yang siap menggenggam tanganmu saat kamu tidur, Aaron," Haya menyipitkan mata.
"Tidak, Haya," Aaron menggeleng. "Tidak ada satupun dari mereka yang bisa membuatku tidur nyenyak."
"Maksudmu?"
Aaron bangkit berdiri dan mencondongkan wajahnya pada Haya hingga gadis itu mengambil langkah mundur. Sayangnya, tangan Aaron sudah memeluk salah satu sisi pinggang Haya dan menarik tubuhnya mendekat pada Aaron.
"Aku hanya bisa tidur nyenyak tanpa obat tidur saat kamu menggenggam tanganku," Aaron bicara dengan serius tanpa melepaskan pandangannya dari Haya. "Saat kamu mabuk dan menginap di kastilku, kamu menggenggam tanganku semalaman. Itulah kali pertama aku bisa tidur dengan normal, Haya."
Haya hanya bisa mengerjap bingung harus merepons seperti apa. Apa pria ini mengidap insomnia?
Lalu Haya melepaskan diri dari pelukan Aaron. Dia hendak kembali ke kamarnya.
Sebelum Haya berbalik pergi, Aaron berkata, "Pikirkan penawaranku baik-baik. Kamu tidak akan mungkin bisa masuk ke dunia gangster tanpa bantuanku. Tidak ada polisi yang bisa. Lagipula imbalan dari penawaranku bukan bercinta seperti yang kamu takutkan. Kita akan sama-sama untung, Haya"
….
Riko mengetuk pintu ruang kerja Aaron. Pria itu masuk sambil membawa nampan berisi segelas air dan obat tidur untuk Aaron.
"Sepertinya aku tidak berencana tidur malam ini," Aaron memberi tahu anak buahnya.
Setiap malam, Riko membawakan Aaron obat tidur agar bosnya itu bisa beristirahat. Sudah lima tahun terakhir Aaron mengonsumsi obat tidur karena insomnia yang diidapnya.
Riko meletakan segelas air di meja Aaron. "Apa Bos punya banyak pekerjaan?"
Aaron mengangguk. "Ada banyak hal yang harus aku siapkan untuk ekspansi bisnis gangster kita."
"Apa kita akan masuk dalam bisnis ganja Bos?" tanya Riko. Dia hanya ingin memastikan karena ayah Aaron, mendiang Hades terdahulu berhenti berbisnis ganja. Aaron pernah menyinggung untuk kembali memulai bisnis ganja namun itu diucapkannya di depan Beni, pengkhianat ayah Aaron untuk membuat musuh-musuh ayahnya panik. Kebanyakan musuh ayah Aaron adalah gangster yang berbisnis ganja.
"Entahlah. Aku masih ragu soal itu. Tapi yang jelas, aku harus mengembangkan bisnis gangster kita. Mungkin ke depan kita akan sibuk dengan beberapa bisnis baru seperti pembangunan hotel dan gedung."
Riko mengangguk-angguk. Sekalipun gangster Hades dikenal sebagai salah satu gangster paling kaya di Asia, Aaron tidak bisa berduduk berdiam diri tanpa mengembangkan bisnis warisan yang telah didapatnya dari mendiang sang ayah.
"Bos, bolehkah saya bertanya?" Riko bicara dengan sangat sopan seolah takut pertanyaannya akan menyinggung Aaron.
"Ya."
Riko duduk di kursi di depan Aaron. "Kenapa Bos begitu baik dan peduli dengan Haya? Saya bekerja di gangster ini sejak kecil dan saya belum pernah melihat Bos begitu perhatian pada seseorang."
Riko tidak berlebihan saat mengatakan semua ini. Dia bekerja sudah masuk gangster Hades sejak usianya 13 tahun. Total sudah 10 tahun Riko bekerja dan mengenal Aaron.
"Entahlah. Mungkin karena dia adalah hidup yang kucari dan kubutuhkan."
Alis Riko naik. "Maksudnya?"
Aaron menyandarkan punggung kekarnya ke kursi. Dia berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Riko.
"Haya adalah orang yang membuatku iri sekaligus tertarik. Dia begitu berani, pantang menyerah dan kadang agak keras kepala. Aku ingin punya semangat dan keberanian seperti dia. Sayangnya aku tidak sebaik Haya."
"Berada di dekat Haya membuatku hidup, Riko. Aku tidak perlu takut ataupun kesepian. karena itulah aku ingin selalu berada di dekatnya. Dan aku juga ingin memastikan dia tidak terluka ataupun sedih."
"Berarti Bos mencintainya?" Riko menarik kesimpulan. Dugaannya dan Mike akan terbukti jika Aaron mengatakan ya.
Aaron diam lalu menggeleng pelan. "Agak terlalu cepat kalau kita mengatakan itu cinta, Riko. Aku hanya bisa memastikan kalau aku ingin berada di dekat Haya dan bersama Haya adalah jenis kehidupan yang kubutuhkan."
Mendengar jawaban Aaron, Riko tidak bisa bereaksi apa-apa. Dia agak bingung dengan jawaban bosnya.
"Baiklah, Bos."