Riko sedang berjalan mondar-mandir. Ia menunggu kabar penangkapan pria tua yang menjual senjata dari Mike. Tapi sampai sekarang ia belum mendapat kabar.
"Berhenti mondar-mandir,'' tegus Arif yang sudah tidak tahan melihat Riko mondari-mandir seperti bola pingpong.
"Aku kesal. Mike belum memberi kabar apapun. Bos juga belum pulang sampai sekarang," kata Riko.
Dua jam lalu, Aaron pergi bersama supir tanpa memberi tahu Riko dan Arif. Biasanya Riko dan Arif akan mengikuti kemanapun Aaron pergi.
Tak beberapa lama kemudian, salah anak buah Aaron menghampiri Riko.
"Rik, Mike kembali," katanya.
Spontan Riko dan Arif langsung berjalan cepat menuju pintu utama kastil Aaron. Di depan pintu mereka melihat, Mike menyeret seorang pria tua yang matanya ditutup dari mobil. Lalu para anak buah lainnya langung menyeret pria tua itu masuk ke dalam kastil.
"Akhirnya, kamu kembali," kata Riko senang.
Mike hanya bisa geleng-geleng kepala. "Kamu selalu khawatir."
Mike adalah pria berumur 25 tahun yang bertubuh tinggi kurus dengan rambut panjang. Pria itu satu-satunya anak buah Aaron yang sengaja memanjangkan rambut hingga ke pinggang.
"Aku pikir kamu ditembak pria tua itu," sahut Arif.
"Mustahil," jawab Mike.
Mike dikenal sebagai penembak yang jitu. Sejak usia 10 tahun ia sudah dilatih untuk menembak benda-benda kecil atau orang oleh Aaron. Bidikan Mike selalu tepat sasaran. Itulah alasan kenapa Aaron meminta Mike menangkap pria tua penjual senjata. Ia tahu si pria tua itu juga pandai menembak.
"Bos, mana?" tanya Mike sambil masuk ke dalam kastil. Sudah lama ia tidak pulang ke kastil. Selama beberapa bulan terakhir Mike mendapat misi khusus dari Aaron yang membuatnya harus terus berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
"Entahlah. Sekarang Bos suka menghilang," gerutu Riko.
….
Aaron kembali ke kastil. Kehadirannya langsung disambut oleh para anak buah lainnya. Mereka membukakan pintu mobil Aaron dan membukakan pintu kastil.
"Dimana pria itu?" tanya Aaron pada anak buahnya.
"Dia ada di ruang introgasi, Bos."
Ruang introgasi adalah salah satu ruangan khusus yang digunakan Aaron untuk mengintrogasi mangsa-mangsanya. Di sana dilengkapi berbagai macam alat penyiksa. Aaron sendirilah yang mendesain ruangan itu.
Saat masuk ke dalam ruang introgasi, Aaron melihat seorang pria tua diikat di kursi dengan mata tertutup.
"Bos," kata Riko, Arif dan Mike sambil membungkukan badan pada Aaron.
Aaron mengambil kursi dan duduk di depan si pria tua. Sementara anak buah Aaron yang lain, membuka penutup mata dan mulut si pria tua.
Begitu melihat Aaron, si pria tua menjerit ketakutan. Selama puluhan tahun hidup, ia hanya mendengar kabar tentang pemimpin gangster besar bernama Hades. Ia tidak menyangka akan berjumpa dengan Hades di usia tuanya.
Selama ini si pria tua sudah berusaha agar tidak mencari masalah dengan ganster manapun. Ia adalah penjual senjata api dan tajam. Kebanyakan pelanggannya adalah preman atau anggota gangster.
Menghadapi pelanggan yang berasal dari gangster kecil saja sudah merepotkan apalagi menghadapi anggota gangster besar. Sangat berbahaya.
Kebesaran Hades sudah terdengar di telinga masyarakat bawah tanah. Bagi masyarakat bawah tanah, ada larangan tidak tertulis untuk tidak pernah menganggu bisnis dan urusan Hades.
Masyarakat bawah tanah adalah istilah untuk orang-orang yang hidup dalam bisnis gelap seperti penjualan obat-obatan terlarang, senjata ilegal, perdagangan manusia dan lain-lain.
"Ha-Hades," kata pria tua itu ketakutan.
"Apa benar dia pemilik toko senjata?" tanya Aaron pada Mike.
"Benar, Bos."
Aaron memandangi pria tua di depannya. "Kamu membuat senjata juga?"
Dengan gemetar, pria tua itu mengangguk. Arif berjalan mendekati Aaron sambil membawa sebuah pistol.
"Kamu membuat pistol ini?" Aaron mulai mengintrogasi.
Arif mendekatkan pistol itu ke wajah si pria tua. Dengan seksama pria tua memperhatikan pistol yang ada di tangan Arif.
Meskipun dirinya dikenal memiliki toko senjata, pria tua ini sebenarnya juga membuat senjata-senjata itu. Ia punya kemampuan merakit Revolver, Desert Eagle, Raging Bull dan lain-lain.
"Aku… aku tidak ingat," kata pria tua itu takut.
Aaron hanya bisa menghela napas. Dia lelah selalu berurusan dengan orang-orang bodoh yang suka mengelak. Dengan kesal Aaron menunjukkan pegangan pistol. Ada sebuah ukiran inisial R di pistol itu.
"Pak Tua, aku tahu ini adalah pistol buatanmu. Ada inisial tokomu di sini," Aaron mulai tidak sabar.
Dalam bisnis senjata api rakitan seperti ini biasanya pembuat senjata atau toko akan memberi inisial di senjata api mereka. Ini untuk memudahkan pembeli senjata untuk menemukan pembuat dan meminta si pembuat memperbaiki senjata api jika rusak.
Masalahnya di Indonesia ada ribuan toko yang memproduksi senjata api secara sembunyi-sembunyi. Aaron butuh waktu bertahun-tahun untuk mencari pria tua yang ada di depannya ini.
"Jawab," kata Aaron dingin.
"I-iya," akhirnya pria tua mengaku.
"Siapa yang membeli pistol ini darimu?" tanya Aaron sambil menodongkan pistol ke leher si pria tua. "Kalau kamu bilang lupa atau tidak tahu, aku bersumpah akan menembakmu."
Keringat dingin mengalir dari kening si pria tua. "Hades, saya punya banyak pelanggan. Saya tidak ingat siapa saja yang sudah membeli senjata dari toko saya. Apalagi senjata yang Anda miliki favorit para anggota gangster dan preman."
"Apa kamu gak punya daftar pelanggan toko?" tanya Riko. Setahunya setiap toko punya list pelanggan yang sering membeli senjata.
Karena bisnis senjata api yang dilakukan pria tua itu ilegal tentu dia tidak bisa memajang senjata api di tokonya. Biasanya para penjual senjata api ilegal akan menyamarkan tokonya dengan menjual barang dagangan lain, seperti menjual sembako, pakaian dan lain-lain.
List pelanggan sangat dibutuhkan untuk mengecek siapa calon pembeli. Biasanya pemilik toko akan jujur berkata menjual senjata api pada orang-orang yang juga berasal dari masyarakat kelas bawah. Ini untuk mencegah mereka ditangkap oleh polisi yang menyamar menjadi pembeli.
"Ya memang ada," si pria tua itu jujur. "Tapi kebanyakan dari mereka adalah anggota gangster kecil dan preman. Saya rasa tidak mungkin mereka berani berurusan dengan Hades yang kuat."
"Mike, bawa list pelanggan pria tua ini. Aku ingin mengeceknya," kata Aaron. "Jika dia tidak mau menunjukan dimana list pelanggannya, kamu boleh menembaknya."
Mendengar itu, si pria tua itu semakin ketakutan. Aaron ingin membunuhnya.
"Hades, kenapa Anda mencari siapa pembeli senjata itu?" tanya pria tua penasaran dan takut.
Aaron tersenyum dingin. "Karena pembeli senjatamu adalah orang yang membunuh ayahku. Membunuh ayah Hades!"
Demi Tuhan kejahatan maha besar apa yang telah dilakukan orang itu, batin si pria tua. Baginya membunuh anggota keluarga Hades adalah kejahatan besar yang tidak terampuni. Aaron pasti tidak akan mengampuni orang itu dan akan mengejarnya hingga ke dunia orang mati.