Chereads / Tale of Hades Bride / Chapter 28 - Mencari Tahu Tentang Aaron 1

Chapter 28 - Mencari Tahu Tentang Aaron 1

"Jadi bagaimana penyelidikikan Ibas?" tanya Erika saat mereka duduk di kafe di salah satu mall sambil menikmati es krim. Mereka berdua sedang menikmati libur hari Minggu setelah berkutat dengan segunung pekerjaan di kantor polisi.

Haya menggeleng pasrah. "Divisi Kriminal gak berhasil menemukan apapun."

"Sungguh? Kok aneh?" Erika heran.

"Aku dengar Divisi Kriminal sudah mengintrogasi Ibas dan anak buahnya yang sempat menghilang dari penjara. Mereka semua bilang kalau sudah merencanakan kabur dari penjara bersama-sama."

Kening Erika berkerut. "Lalu kenapa mereka kembali ke penjara kalau emang udah berniat kabur?"

"Aku juga merasa ini konyol. Tapi kamu tahu apa yang dikatakan Divisi Kriminal? Ibas dan anak buahnya menyesal dan ingin kembali ke penjara."

"WAT?!!"

Haya hanya bisa geleng-geleng kepala. "Karena Divisi Inteligen gak menangani kasus kaburnya Ibas, aku gak bisa berbuat banyak. Aku juga sempat protes ke Kapten Irwan kenapa hasil introgasi cuman kayak gini. Tapi… apa boleh buat."

"Menurutku kasus Ibas ini banyak banget keanehannya," kata Erika.

Haya hanya mengangguk. "Sebenarnya Ibas itu musuh pria yang pernah menculikku tempo hari."

"Aaron?"

"Ya."

Haya akhirnya bercerita tentang bagaimana ia mengikuti Aaron dan mendapat pengakuan kalau pria itu memang anggota gangster. Ia juga menceritakan bahwa Aaron selalu membuatnya bingung dengan kata-kata pria itu.

"Menurutku dia bukan anggota gangster besar," Erika menarik kesimpulan.

"Kenapa kamu berpikir seperti itu?" Haya bertanya-tanya.

"Entahlah. Ini semacam insting, Haya. Aku rasa kecurigaanmu pada Aaron tentang kasus Ibas harus dihentikan. Dia gak terlihat berbahaya. Kalau dia berbahaya kenapa dia repot-repot mengantarmu pulang, mengirimimu makanan, memayungimu ketika hujan dan tidak pernah menerormu dengan pesan sekalipun dia tahu nomormu, hah?"

Haya memikirkan kata-kata Erika. Kalau dipikir-pikir tindakan Aaron tidak pernah membahayakan nyawanya. Pria itu memperlakukannya dengan ramah sekalipun dia pernah mencium Haya. Tapi diluar itu, Aaron sama sekali tidak mengganggu Haya.

"Mungkin kamu benar," kata Haya pada akhirnya. "Tapi… aku tetap penasaran."

"Hmmm… kalau gitu kamu harus menyelidiki Aaron," Erika berkomentar. "Tapi pria seperti dia sulit juga untuk digali informasinya. Seenggaknya kita harus mencari tahu Aaron dari seseorang yang mengenal pria itu."

Haya mengangguk-angguk.

….

Haya pergi ke toilet mall. Dia ingin membasuh wajahnya lalu kembali menemui Erika yang sedang menunggunya di kafe es krim.

Tiba-tiba ia melihat seseorang masuk ke toilet. Orang itu berdiri tepat di sebelah Haya. Haya yang selesai membasuh wajah baru menyadari kalau orang di sebelahnya adalah Aaron!

"Ya Tuhan!!!" Haya menjerit kaget melihat Aaron ada di dalam toilet wanita. Berdiri di depan wastafel sambil memandangi Haya yang membasuh wajah.

"Kita bertemu lagi. Kebetulan sekali ya," Aaron pura-pura tidak tahu soal kekagetan Haya.

Haya menghela napas. "Ngapain kamu di sini?! Ini toilet wanita."

"Oh ya?" Aaron pura-pura kaget. "Sepertinya aku salah masuk toilet. Tapi semua ini gak masalah karena gak akan ada yang berani masuk ke sini."

"Maksudmu?" Haya mulai takut.

Aaron berjalan mendekat ke arah Haya. Langkah kaki Aaron yang tegas menggema ke seluruh penjuru toilet.

Semakin Aaron mendekat, Haya semakin berjalan mundur dan punggungnya berakhir menempel pada dinding toilet yang dingin.

"Jangan coba-coba mendekat, Aaron. Aku bisa menembakmu," Haya mengancam.

"Kamu gak membawa pistol. Aku tahu itu," Aaron tersenyum melihat Haya berbohong.

Haya mengutuk dirinya sendiri. Kenapa ia tidak membawa pistol ke mall?

"Aku bisa menendangmu," Haya mengancam lagi. Langkah Aaron semakin dekat.

Haya mengangkat kakinya. Ia hendak menedang kepala Aaron. Tapi sebelum semua itu sempat terjadi, tubuh Aaron menghimpit Haya ke dinding. Tangan kiri Aaron memegangi kedua tangan Haya ke belekang. Kaki Aaron menghimpit kedua kaki Haya. Haya terjebak.

Di situasi seperti ini jantung Haya berdebar kencang. Ia takut sekali Aaron bisa mendengar detak jantungnya yang tak karuan.

Astaga aroma tubuh Aaron. Haya bisa menciumnya dari jarak sedekat ini. Aroma ini mengingatkan Haya pada kejadian ciuman dan di bawah payung tempo hari.

Di situasi mencekam seperti ini kenapa kamu terus mengagumi Aaron, batin Haya kesal pada dirinya sendiri.

"Jangan berbuat gila! Aku bisa berteriak kalau kamu melakukan hal-hal bodoh!" Haya mencoba mengancam lagi.

Aaron tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke telinga gadis itu. "Coba aja. Apa kamu berteriak, aku akan menciummu. Lalu apa yang akan dipikirkan satpam saat menemukan kita berciuman hah?"

Wajah Haya memerah. "Baik aku gak akan berteriak."

"Anak pintar," kata Aaron lalu melepaskan Haya.

Aaron berjalan mundur beberapa langkah dan melihat Haya dari kaki hingga kepala.

"Kenapa kamu mengikutiku?" Haya bertanya setelah debar jantungnya kembali normal.

"Karena kamu melarangku menghubungimu," jawab Aaron santai sambil melipat tangan.

Haya berusaha mengingat-ingat kapan ia melarang Aaron menghubunginya. Ah, iya. Beberapa hari lalu Haya bilang kalau dia tidak ingin Aaron menghubunginya. Dia akan langsung memblokir nomor Aaron jika berani menelpon atau mengiriminya pesan.

"Kalau kamu mengijinkanku menghubungimu, aku akan berhenti mengikutimu," Aaron memberi penawaran.

"Itu gak akan pernah terjadi!" Haya menolak mentah-mentah.

Aaron tersenyum. "Baiklah. Aku akan terus mengikutimu."

"Jangan coba-coba. Aku bisa menangkapmu atas tuduhan penguntitan," Haya mengancam Aaron.

"Baik," Aaron terlihat santai menanggapi Haya. "Nanti di depan para polisi aku akan bilang kalau kamu adalah wanita jahat yang berusaha mencampakkanku. Kamu pernah berselingkuh sehingga aku harus mengikuti kemanapun kamu pergi."

"…"

"Aku penasaran apa yang akan dipikirkan para polisi ketika tahu polisi cantik bernama Haya melakukan hal-hal tidak bermoral dan sangat gak setia."

"Aku gak pernah selingkuh. Dan aku bukan pacarmu!" Haya marah.

Aaron tertawa. "Kenapa kamu suka membuat segala sesuatunya rumit, Haya? Ijinkan aku menghubungimu dan aku akan berhenti mengikutimu. Mudah kan?"

Rasanya Haya ingin berteriak karena terlalu frustasi. Ia salah menganggap Aaron sebagai orang yang tidak mengganggu. Kini Haya menganggap pria di depannya ini gila dan penguntit.

"Kenapa kamu ingin menghubungiku? Kita gak ada hubungan apa-apa. Kita hanya dua orang yang kebetulan bertemu," Haya penasaran. "Kenapa kamu gak berhenti mengganggu hidupku? Kenapa?"

Aaron berpikir.

"Sebenarnya aku juga berpikir hal yang sama. Aku gak tahu kenapa aku ingin sekali bertemu, berbicara, mengikuti atau menghubungimu, Haya," kata Aaron. "Pikiranku bilang jangan temui Haya. Tapi tangan, kaki bahkan mataku terus berusaha mencarimu. Aneh kan?"

Pipi Haya memerah. Ia mendengar banyak omong kosong keluar dari mulut Aaron hari ini.

"Kamu boleh menghubungiku," kata Haya pelan.

"Apa?"

Haya berteriak. "Kamu boleh menghubungiku!"

Aaron sangat senang. Akhirnya ia bisa menghubungi Haya.

"Tapi berhenti mengikutiku seperti ini. Jaga jarakmu. Jangan ada di dekatku dengan jarak kurang dari 10 meter."

"Deal," Aaron sepakat. Pria itu menyunggingkan seulas senyum yang sangat seksi. Demi Tuhan, Haya bisa mati kalau Aaron terus tersenyum seperti itu padanya.