Chereads / Terjerat Pesona Duda Tampan / Chapter 30 - Sandiwara Rere

Chapter 30 - Sandiwara Rere

Sesuai perintah Bara, Rere menjalankan aksinya sebagai istri pura-pura sang kakak. Rere meminta bantuan Gesa untuk mencari tahu dimana alamat rumah Dila di Kuala Lumpur padahal Bara sudah tahu dimana Dila tinggal karena Dino sudah memberi tahunya. Bara bersandiwara di belakang Rere untuk mendekatkannya dengan Dino

Gesa begitu cekatan mencari tahu karena Rere mengatakan misi ini penting. Rere juga sudah cerita pada Gesa perihal Bara dan Dila. Gesa membalas budi Bara dan Rere yang telah menolongnya selama pelarian dari pembunuh Ananya.

"Semoga lo berhasil Re," ucap Gesa di atas mobil. Gesa tidak ikut masuk ke dalam rumah. Ia hanya menungggu di dalam mobil. Rere parkir di seberang jalan rumah Dila.

Rumah dengan gaya Skandinavia berdiri kokoh di depan matanya. Rumah yang memiliki tampilan estetik dan artistik begitu memanjakan mata. Menawarkan kesederhanaan yang berpadu dengan penampilan modern dan minimalis. Rere memencet bel rumah. Gesa melihatnya dari dalam mobil. Betapa terkejutnya Gesa hingga ia berteriak lantang. Ternyata Dino yang membukakan pintu.

"Bang Dino," cebik Gesa dengan mulut menganga. Dunia ini ternyata sempit. Ternyata Dino tinggal satu atap dengan Dila. "Jadi bang Dino sepupu dari istri bang Bara?" Gesa mengerjapkan mata tak percaya dengan apa yang ia lihat. "Ini kesempatanku untuk bicara dengan bang Dino masalah kematian kak Ananya. Apa ini waktu yang tepat?"

Jantung Gesa berdetak lebih cepat. Getaran terasa di hatinya. Teringat kata-kata Ananya sebelum perempuan itu meninggal.

Jaga anak dan suamiku

Air mata Gesa tumpah tanpa disadari. Kilatan bayangan masa lalu berputar dalam otaknya. Bagaimana paniknya mereka berdua ketika mobil yang dikendarai Ananya mengalami rem blong. Seharusnya Gesa yang mengemudi, namun entah kenapa malam itu Ananya bersikeras membawa mobil.

"Kak, apa aku bisa menjalankan amanat kamu? Aku tidak bisa menjaga bang Dino dan Hanin. Aku kembali kak, tapi aku kembali untuk mengungkap kebenaran. Sudah terlalu aku bersembunyi. Aku harus berani untuk bicara di depan publik jika kamu meninggal karena di bunuh bukan karena mabuk. Aku tidak rela mereka menghujatmu. Kamu orang baik kak. Tidak hanya baik sebagai majikanku, tapi juga baik sebagai kakak. Kamu anggap aku sebagai adikmu. Kamu perlakukan aku dengan baik. Kak, meski nyawa taruhannya. Kebenaran harus di tegakkan. Aku harus membersihkan nama baik kamu, tapi aku bingung. Bagaimana caranya?" Gesa masih menatap Rere dan Dino yang tengah berbincang.

"Cari siapa ya?" Dino bertanya pada Rere. "Bukannya anda istrinya Bara?" Dino pura-pura bertanya memainkan perannya.

Sejauh mana kamu akan berakting Rere.

"Benar," jawab Rere terkekeh. Ia tertawa nyengir ada yang percaya jika ia istri Aldebaran.

"Ada apa datang kesini?" Dino berkacak pinggang. Pura-pura jutek agar Rere tidak curiga.

"Aku mau bertemu dengan kak Dila bisa?"

"Ada apa ya?"

"Bapak suaminya kak Dila?"

"Tidak. Saya sepupunya."

"Apa boleh bertemu dengan kak Dila?" Rere bertanya sekali lagi. Rere agak kesal sebenarnya karena Dino tak mengijinkannya masuk, namun gadis itu berusaha sabar. Menjalankan misi ini butuh kesabaran.

"Apa alasan anda."

"Panggil saja Rere. R-E-R-E."

"Kamu sepertinya lebih muda dari saya. Berarti saya panggil Rere saja.

"Itu lebih baik." Potong Rere cepat.

"Rere. Dila sedang sibuk mengurus anak-anak. Jika ingin bertemu dengan Dila jangan di pagi hari. Datang siang hari ketika anak-anak pergi sekolah." Dino mengulas senyum, menutup pintu pagar namun kaki Rere sudah dulu menghalangi. Pria itu menahan tawa melihat betapa gigihnya Rere ingin menemui Dila.

Brengsek lo Bar! Dino memaki Bara dalam hati.

Rere memaksakan senyum, lalu tertawa. "Saya tidak akan pergi sebelum bertemu kak Dila."

"Baba bukankah kita berangkat ke sekolah?" Hanin menghampiri Dino.

Rere menatap Hanin dari atas sampai bawah. Anak itu sangat cantik dalam balutan seragam sekolah. Hanin sangat cantik dengan rambut di kuncir kuda.

"Iya nak. Sebentar ya nak." Dino mengelus pipi Hanin lalu menciumnya.

"Cantik sekali anaknya," puji Rere.

"Kenapa kamu tahu ini anakku?" Dino menatap Rere pura-pura tidak suka. Gaya Dino sombong dan arogan layaknya CEO dalam novel.

"Wajahnya mirip."

"Oooooo." Dino manggut-manggut.

"Siapa aunty ini Baba?" Hanin menatap Rere yang tengah senyum padanya.

"D-dia."

"Aunty temannya mama Dila."

"Teman Ama. Wait. I panggil Ama." Hanin pergi meninggalkan Dino dan Rere begitu saja.

Dino berkacak pinggang. Memandang Rere dengan tampang judes. "Kenapa bersikeras bertemu dengan Dila? Jangan bilang kamu ingin menyakiti Dila?"

"Anda baru pertama kali bertemu dengan saya tapi sudah tak suka dengan saya. Kalo kenal sama saya anda bisa jatuh cinta nanti" Rere menggerutu."

"Mau dong jatuh cinta sama istri orang." Dino malah meledek Rere. "Ini pertemuan kedua kita. Aku melihat kamu di rumah sakit."

"Maaf tidak lihat. Aku tidak akan melihat pria selain suamiku." Sarkas Rere melepaskan kacamata hitamnya.

"Istri setia rupanya. Jadi mau pamer sama Dila. Hai Dila, saya Rere istri baru Bara." Dino melambaikan tangan memperodikan gaya cewek ketika pamer.

Rere mencibirkan bibirnya, kesal namun tak mau menunjukkannya.

[Sabar Re. Demi misi lo harus tahan. Enggak boleh gagal. Lo lakuin ini demi abang Bara. Lo sudah berjanji untuk mempersatukan abang Bara dan kak Dila]

"Kebanyakan makan micin deh bang. Aku tidak seperti itu. Jangan berpikiran jelek tentang orang."

"Abang? Sejak kapan saya jadi kakak kamu? Mau menasehatiku di rumahku sendiri?"

"Kenapa kamu begitu menyebalkan." Gigi Rere bergemeletuk. "Apa salah saya datang kesini?"

"Salah. Pagi-pagi bertamu ke rumah orang."

"Lebih salah lagi tidak memuliakan tamu yang datang. Bukankah Rasulullah mengajarkan kita untuk memuliakan tamu. Sebagai tamu saya sudah bersikap sopan dan menjaga adab."

"Kamu sedang memberikan materi kuliah pada saya?"

"Anggap saja seperti itu."

"Aunty, Ama meminta Hanin untuk mengantar Aunty." Hanin menarik tangan Rere.

Rere menjulurkan lidahnya mencibir Dino. "Kak Dila tahu bagaimana memuliakan tamu. Kalo ada yang bertamu bukan diajak ngobrol di depan pagar, tapi di ajak bicara dalam rumah dan suguhkan minum." Rere kembali menyindir Dino.

"Permainan baru saja dimulai Re," ucap Dino pelan ketika Rere pergi bersama putrinya. "Hanin dekat sama calon mama baru ya." Dino geli sendiri.

Rere mengikuti Hanin. Wanita itu kagum dengan interior rumah Dino. Sederhana namun mewah. Rere tersenyum manis menatap Dila yang menunggunya di ruang tamu. Disana sudah ada triplets.

"Salim sama aunty!" Dila memerintahkan ketiga anaknya bersalaman dengan Rere.

Ketiganya mendatangi Rere dan menjabat tangan wanita itu.

"Aduh cantik sekali. Siapa namamu nak?" Tanya Rere ketika bersalaman dengan Salsa.

"Salsabila Abadi Mecca. Call me Salsa."

"Nama yang indah."