Chereads / Terjerat Pesona Duda Tampan / Chapter 14 - Perjalanan Bisnis Bara ( 2 )

Chapter 14 - Perjalanan Bisnis Bara ( 2 )

Rere diam-diam membantu Bara untuk menemukan Dila. Tak sengaja Rere mendengar percakapan Dian dan Herman tentang Dila, mantan istri Bara. Rere bahkan tahu ternyata Bara dan Dila tak bercerai. Saking keponya Rere, ia sampai stalker media sosial Dila dan menemukan foto wanita itu meski Dila sudah tak aktif lagi di medsos. Jangan ragukan kemampuan Rere dalam melakukan stalking. Ia seorang fangirl Kpop. Ia dan Tia adalah seorang pecinta Kpop sejati. Selama kuliah di Kuala Lumpur mereka sering menghabiskan waktu menonton film Korea dan mengikuti semua event artis Kpop jika bertandang ke KL.

Rere dan Leon turun ke bawah mereka ikut makan malam bersama Ainil dan Herman. Bara baru saja pulang dari kantor. Leon berlari mengejar Apa-nya. Setiap sore rutinitas yang dilakukan Leon mengejar Bara ketika baru sampai rumah.

"Leon anak Apa. Kangen sama Apa?" Tanya Bara menggendong Leon.

"Iya Apa. Leon kangen," ucap Leon dengan polos.

Bara membawa Leon ke meja makan, bahkan ia memangku anak itu.

"Leon mau makan apa? Nugget atau ayam goreng?"

"Nugget Apa," jawab Leon bersemangat.

"Leon makan sama Mom. Apa capek nak." Rere mengambil Leon dari pangkuan Bara.

"Ngak papa Re. Biarin aja Leon yang sama gue. Gue nggak capek kok."

"Lo baru pulang kerja. Besok mau KL. Nggak enak gue sama lo. Leon terlalu manja sama lo bang." Rere menggerutu.

"Gapapa kok. Kadang lo lebay banget. Kayak sama orang lain aja."

"Apa mau mamam sama Apa," ucap Leon mengacuhkan Rere.

"Leon jangan manja sama Apa." Rere kembali menegur anaknya.

"Apa," panggil Leon meminta perlindungan.

"Iya nak?" Bara menoleh pada Leon.

"Mau mamam sama Apa?" Bara tersenyum manis.

"Ya Apa. Mau makan nugget. Enak," ucap Leon dengan gaya lebay.

"Leon jangan manja kayak gitu. Makan sama mommy aja." Rere kembali menegur Leon.

"Re, kamu jangan kayak gitu sama anak kamu. Dia mau makan sama Apanya. Gapapa, biarin aja Leon makan sama Bara." Herman menegur Rere.

"Tapi Pa. Leon terlalu manja sama bang Bara. Aku nggak suka dia repotin bang Bara." Rere mengemukakan alasannya.

"Mana repotin? Gue nggak merasa direpotkan kok. Lo aja berlebihan." Bara membalas Rere.

"Ya udah kalau gitu Bang." Rere mengalah dan tak mau berdebat.

"Gue takutnya lo ke ganggu aja. Lo udah capek kerja dan besok pagi lo udah berangkat ke KL. Barang-barang lo udah gua packing dalam koper."

"Makasih Rere udah bantu gue beres-beres. Gue tinggal cek aja apa aja yang kurang." Bara tersenyum manis menatap Rere lalu menyuapi Leon makan.

"Kalau ada yang kurang bilang aja. Gue siap bantu kok."

"Makasih adikku yang manis," ucap Bara.

"Sama-sama abang gue yang ganteng," balas Rere lebay.

"Liat kalian akur begini bikin bunda senang. Selama ini bunda nggak punya anak laki-laki. Kamu udah jadi kakak yang baik buat Rere Bar. Bunda terharu," ucap Ainil menangis terharu.

"Berapa lama kamu ada di KL Bar?" Tanya Herman sambil menyantap makanan.

"Mungkin dua mingguan aku disana Pa. Soalnya aku berencana mau bahas bisnis sama Tuan Irfan Khan, kemudian aku menghadiri pesta pernikahan anaknya. Beliau mengadakan resepsi pernikahan anaknya tujuh hari tujuh malam. Jadi aku agak menjilat sedikit sama beliau. Aku akan datang ke pesta anak beliau setiap hari."

"Harus datang ya bang?" Tanya Rere menatap Bara.

"Gue mau cari perhatian dia Re, makanya pergi ke pesta pernikahan anaknya. Lo sih enggak mau ikut. Terpaksa gue pergi bertiga sama Tia dan Daniel."

"Ngapain lo bawa gue sama Leon? Ntar dikiranya gue istri lo lagi padahal gue adik lo."

"Lo dan Leon alasan gue buat nolak cewek gatal diluar sana. Lo tahu Kinanti, CEO Atlantis Persada. Janda gatal itu bikin gue ilfeel tau nggak. Masa dia naikin harga barangnya gara-gara gue nggak mau nikahin dia. Untung aja ada Zico kalau enggak, mungkin bahan baku untuk konstruksi nggak mau dia jual ke gue. Gue bisa dituntut sama pemerintah karena pembangunan jembatan spesifikasinya enggak sesuai dan perusahaan gue rugi dua ratus persen."

"Sinting dia bang." Rere malah memaki Kinanti.

Rere dan Leon ikut mengantarkan Bara ke bandara. Leon masih uring-uringan karena tidak dibawa. Bara mau saja membawa anak itu tapi Rere menolak pergi. Bara berangkat bersama Tia dan Daniel.

"Gue titip abang ya Tia. Lo jaga abang gue baik-baik. Jika ada apa-apa jangan lupa hubungi gue."

"Tenang aja Re. Pak Bara sudah besar bukan anak kecil lagi. Tidak perlu gue jaga." Tia malah menggoda Rere.

"Bukan itu Tia. Jika sakit abang gue kambuh lagi gimana? Abang suka sakit kepala dadakan kalo ingat masa lalu."

"Tenang aja. Gue akan jaga dia. Tanpa lo minta tolong akan gue jaga. Sudah tugas gue buat jaga abang lo."

"Thank Tia buat semuanya."

"Sama-sama."

Rere dan Leon melambaikan tangan pada Bara. Setelah mereka bertiga check ini keduanya langsung pulang ke rumah. Sebenarnya perjalanan bisnis itu Bara ditemani Dian dan Tia bukan dengan Daniel. Kebetulan Dian sedang hamil besar sehingga Daniel yang pergi ke KL.

"Semoga semuanya baik-baik saja. Entah kenapa perasaaan gue enggak enak. Bang lo hati-hati disana."

****

Tia tidak menyembunyikan rasa kagetnya. Ketika baru datang ke pesta Sangeet anak Tuan Irfan Khan di Pangkor Laut Resort. Ia bertemu Dila, istri Bara yang kabur. Tangannya gemetar. Orang yang mereka cari selama bertahun-tahun ternyata tinggal di Malaysia. Pantas saja mereka tidak menemukan Dila di Indonesia karena perempuan itu tinggal di KL.

Dila pun tak dapat menyembunyikan rasa kagetnya ketika melihat Bara namun sayang pria itu tidak mengenalinya. Tia bisa melihat jika Dila kecewa pada Bara karena tidak mengenalinya.

Tia segera menelpon Rere memberi tahu tentang Dila. Rere sangat bahagia dan senang mengetahui Dila sudah ditemukan. Berbagai rencana sudah ada di kepalanya untuk menyatukan Bara dan Dila. Rere meminta Tia untuk terus mengikuti Dila dan mencari tahu bagaimana kehidupan Dila beberapa tahun terakhir. Tia juga memberi tahu jika Dila sudah punya anak kembar tiga yang bernama Shaka, Shakel dan Salsa. Rere juga meminta Tia mencari tahu apakah triplets anak kandung Bara atau bukan. Mengingat usia anak itu bertepatan dengan berapa lama kepergian Dila meninggalkan Bara.