iPhone Rere berdering dengan keras. Ada panggilan video call.
Bunda calling….
Rere menatap layar iPhone. Ia memencet tombol hijau di layar.
"Mommy cepat pulang," ucap Leon dengan nada memelas minta dikasihani.
"Sebentar ya nak. Sebentar lagi mommy pulang." Rere menghibur Leon.
Angga kepo lalu menatap ke layar ponsel Rere. Kaget melihat seorang bocah kecil memelas minta Rere segera pulang.
"Jangan bilang dia anak kita dan kamu menyembunyikannya dariku?" Angga merasa jika telah memperkosa dan menghamili Rere. Kepergian Rere karena kecewa padanya.
Rere mematikan iphone lalu pergi meninggalkan Angga. Ia tak memberi ruang pada Angga untuk mendekat dan bicara. Ia mengemudi dengan kecepatan tinggi agar Angga tidak bisa mengejarnya.
Sesampainya di rumah Leon telah menyambut kedatangannya. Rere segera membawa Leon masuk ke dalam rumah. Ia takut jika Angga nekat dan datang ke rumah. Rere tak mau jika Angga bertemu Herman atau Ainil. Bisa gawat jika semuanya terbongkar. Rere sengaja tutup mulut soal ayah kandung Leon dari keluarganya.
"Mommy mandi dulu ya nak. Kamu sama mbak dulu ya," ucap Rere seraya merunduk, menyamakan tingginya dengan Leon. Ia melirik pengasuh Leon agar membawa anak itu bermain di taman belakang.
"Leon sini ikut mbak," ucap Ami, pengasuh Leon.
Rere pun pergi menuju kamar. Ia tutup pintu kamar dengan rapat. Ia melirik ke jendela dan melihat mobil Angga masih terparkir di seberang jalan rumah.
"Ternyata Angga mengikutiku. Kenapa dia bisa masuk? Bukankah tidak bisa sembarang orang masuk? Kok satpam biarin aja?" Rere gusar. Ia raih telepon yang terletak di atas meja. Ia menghubungi satpam komplek.
"Pak ini saya Rere blok D1. Saya mau tanya kenapa Bapak biarin laki-laki pake mobil camry masuk ke dalam komplek dan parkir di depan rumah saya?"
"Mobil camry? Lah masuk bareng mbak Rere. Dia bilang teman mbak. Mau saya amankan mbak?" Satpam kelabakan karena membiarkan orang asing masuk bahkan sampai terkecoh.
"Enggak usah," potong Rere cepat seraya memijit pelipis. "Dia memang teman saya."
"Saya takut dibilang lalai mbak."
"Makasih penjelasannya Pak Toni." Rere mengakhiri sambungan telepon.
Rere menaruh telepon rumah seraya melihat Angga. Memastikan pria itu sudah pergi apa belum. Sampai kapan pun Rere tak ingin Angga tahu siapa Leon. Takut jika pria itu mengira dia ayah biologis Leon. Rere menghela napas pelan, tak pernah menyangka akan bertemu Angga di Jakarta.
Setahunya Angga orang Surabaya. Kenapa bisa berada di Jakarta? Apakah Angga sekarang sedang bekerja di Jakarta? Rere berkutat dengan pikirannya sendiri.
Rere sudah melupakan Angga semenjak kejadian itu. Ia membenci Angga karena telah menodainya malam itu. Tak pernah menyangka jika sang kekasih yang sangat dicintainya bisa melakukan perbuatan terkutuk itu. Rere kembali menangis mengingat mimpi buruk terciptanya Leon. Rere bercita-cita menikah dengan laki-laki pujaan hatinya. Pernikahan layaknya putri dongeng, dijemput dengan kereta kencana, di arak keliling Disneyland namun semuanya kandas kala peristiwa kelam itu terjadi.
Rere kembali melihat Angga. Ia bernapas lega karena pria itu telah pergi. Untung saja ia bisa menghindar. Rere tahu jika Angga tak akan menyerah untuk mendekatinya. Meski peristiwa itu telah berlalu namun Rere tak bisa melupakan peristiwa itu. Bagaimana Angga ketika mabuk menodainya.
"Seharusnya kita tidak pernah bertemu Angga. Kamu salah satu orang yang membuat aku trauma berada di KL. Aku pikir kamu akan menjadi pelindung malah kamu monster yang memakanku. Meski kamu mabuk kala itu tak seharusnya melakukannya. Aku kecewa Angga."
*****
Tangan Tia bergetar menemukan fakta yang sangat mengejutkan. Dila membuatkan akte kelahiran mereka sebagai anak dari Aldebaran dan Fadila Elverette. Dila juga mendaftarkan ketiga anaknya dalam KK yang mana Bara sebagai kepala keluarga. Secara hukum kedudukan ketiga anak itu sangat kuat. Tes DNA membuktikan jika ketiganyta darah daging Bara. Tia juga menyelidik pria yang tinggal bersama Dila yang terlihat seperti suaminya.
Ternyata Dila dan pria yang bernama Dino hanya saudara sepupu bukan suami istri. Mereka bersama demi anak mereka. Dila butuh sosok ayah untuk triplets sementara Dino butuh sosok ibu untuk Hanin. Tia bernapas lega setelah mengetahui fakta ini. Diam-diam Tia juga menyelidiki latar belakang Dino. Siapa pria itu? Apa pekerjaannya? Temuan demi temuannya membuat Tia terbelalak. Tia hampir saja pingsan dengan temuannya. Kenapa dunia begitu sempit?