Tepat 3 Jam Clara Berada Didalam Kamar Christin.
" Anak Manis, Sudah Cukup Menangisnya".
" Ayo Makan, Hm...". Bujuk Clara Pada Christin.
" Kakak....Apa Kakak Leonardo Akan Memaaf Keluarga Christin". Tanya Christin Dengan Suara Yang Hampir Parau.
" Kurasa...Kak Leonardo Masih Bingung Dengan Kebenaran Yang Iya Dengar" .
" Percayalah...Cepat Atau Lambat, Kak Leonardo Pasti Menerimanya".
" Dia Begitu Karena Membutuhkan Waktu, Untuk Menenangkan Pikirannya".
" Ayo Bangun....Cepat Makan". Ajak Clara.
" Christin Tak Lapar Kakak". Jawab Christin Polos.
" No....No...No.., Kau harus Makan, Kakak Tak Menerima Penolakan".
" Makanlah".
Clara Dengan Sigap Menyiapkan Makanan Diatas Meja.
Perlahan-Lahan Christin Beranjak Dari Ranjang, Lalu Menapaki Kakinya Diatas Lantai.
Mendaratkan Bokong Segera, Setelah Itu Christin Mengambil Sendok Lalu Mendaratkan Makanan Kedalam Mulutnya.
Clara Terlihat Lega, Saat Christin Mulai Makan.
Iya Berniat Menjaga Christin, Hingga Selesai Makan.
Setelah Itu, Iya Akan Pulang Keapartemennya, Setelah Tugasnya Selesai.
Disela-Sela Acara Makan Christin, Ponsel Clara Berbunyi.
" Halo".
" Ya Sementara Makan".
" Pak.....Maaf Tapi Sepertinya Saya Harus Pulang Kembali". Ucap Clara Menunduk Ragu, Meskipun Iya Tau Orang Yang Menelponnya Tak Akan Melihat Ekspresinya.
" Clara".
" Tak Bisakah Kau Menginap Malam Ini".
Damn...
Terkutuklah Mulut Jahaman Ini, Karena Tak Bisa Mengontrol.
" Ahhhh.. Maksudku Kau Bisa Menginap Hari Ini, Kumohon Padamu Karena Christin Pasti Membutuhkan Seseorang, Agar Iya Bisa Bercerita". Jelas Pak Richard Disela-Sela Kegugupannya.
Tak Ingin Memperkeruh Suasana, Akhirnya Clara Menyetujui Peemintaan Atasannya.
Mendengar Jawaban Setuju, Ingin Sekali Pak Richard Melakukan Selebrasi Khusus, Namun Iya Sadar Diri Karena Iya Sepertinya Sedang Memanfaatkan Keadaan.
" Hah....Kenapa Hari Ini Suasana Hatiku Begitu Indah" Ucapnya Lalu Memutar Kursi Duduknya.
" Semangat". Pak Richard Kembali Mengacungkan Kedua Lengannya Keatas.
Sementara Diaparteman Pak Leonardo, Iya Begitu Sedih. Setelah Pulang Dari Acara Makan Siang Yang Diundang Atasannya, Iya Pulang Dengan Raut Wajah Yang Kusut.
Bahkan Perutnya Yang Berotot, Minta Diisi Makanan. Namun Pak Leonardo Nampak Acuh.
Uring-Uringan Ditempat Tidur, Merupakan Pilahan Yang Tepat.
" Nak..... Ayo Bangun".
Kau Bahkan Belum Makan Sejak Siang Tadi.
Pak Leonardo Tersentak Kaget Dari Tidurnya, Iya Sadar Seharusnya Iya Bisa Membagi Rasa Sakitnya, Juga Kepada Orang Disekitarnya.
Pak Leonardo Menggeliat Pelan, Mengumpulkan Nyawanya.
" Ada Masalah Apa?". Tanya Ibu Dea, Sambil Mengusap Kepala Anaknya Dengan Lembut.
" Apa Kau Tau Nak....Hari Ini Kau Bertingkah Aneh".
" Tidakkah Kau Membagikan Masalahmu Dengan Ibu Hm?".
Pak Leonardo Merasa Sangat Sesak Sekarang, Ingin Rasanya Iya Mengatakan Yang Sebenarnya.
Meskipun Ini Sakit, Tapi Iya Harus Berani.
" Ibu"..
" Aku Bertemu Dengannya, Kupikir Firasatku Salah".
Ternyata...Dia....Dia....Mempunyai Seorang Putri Yang Cantik Ibu....
" Apa Yang Harus Leonardo Lakukan?". Tanya Leonardo Dengan Nafas Memburu...
Ibu Dea Langsung Tersentak Setelah Mendengar Ucapan Anaknya, Iya Benar-Benar Kasian Pada Putra Semata Wayannya.
" Tenanglah Nak..".
" Meskipun Pria Brengsek Itu Mempunyai Putri Yang Cantik, Ibu Tak Akan Peduli Lagi Dengannya".
" Dengar Nak!".
Untuk Apa, Kau Menangisi Putri Dari Pria Brengsek Itu.
Tidakkah Itu Terlalu Berlebihan!.
" Biarkan Saja, Pria Brengsek Itu Bahagia Dengan Keluarga Barunya, Mari Lupakan Masa Lalu".
" Ayo Makan Malam".
" Apa Kau Tau, Kau Sudah Tidur Sekitar 7 Jam".
" Perutmu Pasti Sangat Lapar".
"Baik Bu, Ayo Makan".
Ibu Dea Keluar Terlebih Dahulu, Sedangkan Leonardo Melesat Kekamar Lalu Mandi.
Selesai Mandi, Handuk Kecil Tergantung Dileher Leonardo.
" Maaf Leonardo Membuat Ibu Menunggu".
" Tak Masalah Nak...Lagi Pula Ibu Sedang Bersantai. Ayo Kita Makan".
Acara Makan Malam Menjadi Hening, Tak Ada Obrolan Ringan Yang Terjalin Antara Ibu Dan Anak.
Mereka Hanya Fokus Pada Makanan, Yang Terletak Diatas Piring.
Selesai Makan.
" Leonardo, Bisa Ikut Ibu".
" Ayo Kita Bicara Sebentar".
" Nak".
Ibu Rasa, Seharusnya Kau Memaafkan Pria Itu.
Maafkan Ibu Karena Tak Bisa, Menjadi Orang Tua Yang Baik Untukmu.
Ibu Harap Nak Leonardo, Bisa Mengerti Maksud Ibu. Ibu Juga Membenci Pria Itu, Tapi Mengingat Kesalahannya, Biar Bagaimanapun Juga, Iya Adalah Ayahmu Bukan.
" Jadi, Kali Ini. Bisakah Kau Memaafkannya Sebagai Seorang Anak".
Ibu Tak Akan Memaksa, Ibu Harap Kau Setuju Dengan Alasan Ibu.
"Ibu Tau Kau Perlu Waktu, Untuk Menjernihkan Pikiranmu, Maka Dari Itu, Ibu Hanya Berharap Kau Mengambil Keputusan Yang Tepat". Nasihatnya Sambil Mengusap Pelan Rambut Anaknya.
Hening Tak Ada Percakapan Lanjutan, Karena Memang Leonardo Benar-Benar Tak Ingin Bicara.
" Nak Ibu Kekamar Dulu, Jika Kau Butuh Sesuatu, Kau Bisa Memanggil Ibu".
Duduk Ditepi Ranjang, Ibu Dea Menangis Dalam Diam. " Ya Tuhan, Mengapa Sesakit Ini Kau Beri Cobaan Kepada Kami".
" Apa Kesalahan Yang Saya Perbuat Dimasa Lalu, Ampuni Saya Karena Lalai Menjadi Orang Tua Untuk Anak Saya".
Semiga Keputusan Yang Leonardo Ambil, Menjadi Jalan Yang Benar Untuk Iya Dan Ayahnya.
Pak Leonardo Masuk Kedalam Kamarnya, Lalu Mengambil Ponselnya Disebelah Nakas.
Setelah Ponselnya On, Pak Leonardo Langsung Memeriksa Chatt Yang Bertumpukan Pada Layar Ponselnya.
17 Panggilan Dan 61 Chatt Yang Belum Dibaca.
Beberapa Panggilan Dari Nomor Yang tak Dikenal, Selebih Chatt Dan Panggilan Dari Ibu Clara Dan Juga Pak Richard.
" Hey Dude, Are You Okay?".
" Tolong Jawab Chattnya Kau Taukan Kami Sangat Khawatir".
" Ah Lebih Tepatnya, Christin Sedang Menangis Dalam Diam".
" Kau Tau, Iya Merasa Bersalah Karena Kau Meninggalkan Kami Dalam Keadaan Yang Kurang Baik".
" Dude Jika Kau Membaca Chatt Ini, Maka Tolong Agar Segera Membalas Chattku".
Kuharap Kau Bisa Paham.
Kira-Kira Ini Isi Pesan Yang Dikirim Oleh Pak Richard.
Beralih Pada Chatt Selanjutnya, Dari Ibu Clara.
" Apa Kau Baik-Baik Saja Teman?".
" Kenapa Tak Jawab Panggilanku?".
" Kak Leonardo Kami Sangat Cemas Denganmu".
" Jika Kamu Membaca Chatt Clara, Jangat Lupa Segera Jawab Chatt Clara".
Seulas Senyum Terukir Diwajah Datarnya Saat Ini, Iya Sangat Berterima Kasih Pada Sahabat Dan Juga Atasannya Yang Sudah Peduli Dengan Masalah Yang Dihadapinya.
" Hah" Leonardo Melepas Nafasnya Dengan Gusar, Iya Benci Harus Berada Pada Situasi Seperti Ini.
Memejamkan Matanya, Sambil Mengurut Pelipisnya Pelan. Leonardo Mengingat Kembali Kejadian Dimasa Lalu, Yang Membuat Iya Dan Ibunya Harus Menderita.
Tak Ingin Memikirkan Lebih Jauh, Leonardo Mengambil Bantal Dan Juga Kain Tebalnya, Lalu Melangkah Keruangan Keluarga Lalu Menghidupkan TV.
Setelah Menemukan Channel yang Pas, Leonardo Memperbaiki Posisi Tidurnya Dikarpet Berbulu Tabel, Lalu Menaikan Volume Sedikit.
Tertawa Untuk Mengalihkan Suasana Hatinya Yang Jenuh, Lalu Mencoba Mencari Ketenangan Yang Hakiki.
Sementara Dimansion Mewah Dari Pak Richard, Clara Dan Christin Baru Selesai Makan.
Begitu Juga Dengan Richard, Namun Merwka Makan Ditempat Yang Terpisah. Alasannya Cukup Jelas, Karena Christin Tak Mau Bertemu Dengan Kak Richard.
Ada Kejadian Lucu, Disela-Sela Tangisan Christin, Sebab Iya Merutuki Kak Richard, Karena Tak Ingin Menceritakan Kebenarannya Terlebih Dahulu.
Clara Dibuat Pusing Bukan Kepalang, Karena Chrisgin Dalam Mode Menangis Merajuk, Sekaligus Menjengkelkan Secara Bersamaan.
Hal Itu Lebih Sulit Dikendalikan. Clara Bahkan Merayu Christin Mati-Matian Untuk Mengganti Pakaian Yang Iya Pakai Sejak Makan Siang.
Bukan Karena Pakaian Yang Iya Pakai Terlihat Jelek, Tapi Lebih Kepada Sikap Merajuknya Membuat Clara Ekstra Sabar.
Contoh Setelah Clara Menyuruh Baik- Baik Untuk Mengganti Gaunnya, Tapi Christin Malah Menangis Tambah Kencang.
Berulang Kali, Kata Maaf Keluar Dari Mulut Clara, Hingga Iya Rasa Iya Akan Lemas Dan Pingsan Seketika.
Tangis Christin Berhenti.
Christin Tertidur Pulas Karena Menangis Seharian.
Saat Clara Ingin Menutup Pintu Kamar Christin, Pak Richard Sudah Menunggu Didepan Pintu.
Clara Keluar Dengan Wajah Yang Kusut Dan Juga Tak Ada Minat.
Richard Mengerti Apa Yang Clara Alami, Dengan Segera Iya Menangkup Pipi Temben Clara, Lalu Mengecup Singkat.
Seketika Mata Clara Terbelalak.
" Errrr.....Manisnya". Ucap Richard Lalu Mencuri Satu Kecupan Dari Bibir Mungil Clara.
" Pilihan Kakak Beradik Itu Memang Tepat, Awalnya Memang Rumit, Tapi Perlahan Waktu Akan Terus Berputar Dan Pastinya Mereka Akan Slaing Memaafkan".