Chereads / The Cold Season / Chapter 28 - Lose The Control

Chapter 28 - Lose The Control

LOSE ALL CONTROL

Ketika Xiao You Ren merasakan kehadiran orang lain, dia memusatkan perhatian pada kaca yang memantulkan bayangan wajah orang itu. Ekspresi terkejut sangat kentara di wajahnya, dia memalingkan wajah untuk bertemu tatap dengan sosok itu. Mulutnya dengan kelu memanggil, "G-ge."

Laki-laki itu masih berdiri di samping meja Xiao You Ren dan menyunggingkan senyum. "Sudah lama sejak terakhir kali kita bertemu, You Ren," selorohnya. Membawa diri untuk duduk di hadapan Xiao You Ren dengan niat membuat beberapa percakapan ringan layaknya saudara.

Xiao Han Yu, kakak laki-laki Xiao You Ren. Entah mengapa bisa menjadi seseorang yang sangat ingin dihindari olehnya sejak lama. Pada masa lalu, kebencian Xiao Han Yu yang tak mendasar pada ibunya, dia lampiaskan pada sang adik, tanpa sadar membuat jarak yang sangat jauh di antara mereka. Perlakuannya pun tidak mencerminkan sosok kakak yang layak mendapatkan penghormatan dan kasih sayang dari sosok yang memanggilnya kakak. Menganggap jika adiknya itu tidak jauh berbeda dari ibu mereka, seorang pengkhiatan yang menyebabkan kematian ayah mereka. Xiao Han Yu kalap dan dibutakan kabut kebencian yang begitu dalam, belum lagi tanggung jawab yang harus dipikulnya di usia muda.

Namun, ketika laki-laki dewasa itu bertemu dengan seorang gadis pemilik hati lembut dan mampu meruntuhkan segala kegelapan dalam dirinya. Xiao Han Yu perlahan berubah ke arah yang lebih baik dan berusaha menebus segala perlakuan buruknya pada sang adik. Sayangnya dia terlambat. Xiao You Ren sudah terlalu jauh dari jangkauannya. Kebencian adik kecil itu sudah begitu menggunung, meskipun dia masih menampilkan sikap patuh dan terlihat bisa menerima segala keburukannya. Akan tetapi, Xiao Han Yu tahu jika semua itu bukanlah kebenaran dari adiknya.

Dalam ruangan yang diisi oleh banyak orang itu, rasa sepi jauh lebih dominan di hati kakak-beradik tersebut. Masing bungkam dengan pemikiran yang lalu-lalang di benak masing-masing. Terlihat seperti mengacuhkan keberadaan satu sama lain, padahal salah satu di antara mereka tengah menguntai kalimat yang tepat. Tidak ada yang ingin memulai perbincangan di saat itu, bukan berarti mereka akan terus hanyut dalam situasi yang hening.

Xiao Han Yu memperhatikan wajah adiknya dengan seksama. Dan menyadari jika yang lebih muda memiliki banyak perubahan pada tubuhnya. Wajah itu pun tampak kaku dan begitu serius, tanpa ekspresi yang berarti, membuat hati Xiao Han Yu mencelos. Ke mana perginya adik kecil yang ceria itu?

"Berat badanmu berkurang sangat banyak, You Ren," ucapnya lembut selaras dengan manik matanya yang masih terpaku pada sang adik.

Di seberangnya, Xiao You Ren tampak sangat dingin dari luar, tapi hati laki-laki itu sedang mengalami reaksi berlebihan. Ada beragam rasa yang bergrilya, mulai dari rasa takut, kesal juga benci, tapi tidak disangkal jika rasa rindu pun masih melekat. Dia merindukan sosok kakak laki-laki yang menyayanginya seperti ketika dia masih duduk di sekolah dasar. Meski begitu keenganan tampak jelas tersorot di matanya yang tersembunyi kacamata.

Menyadari keterdiaman adiknya dan tidak akan ada jawaban dari Xiao You Ren, Xiao Han Yu kembali diserang rasa bersalah. Ingatannya kembali pada saat-saat terburuk dalam hidupnya. Penyesalan silih berganti mengisi celah-celah di hati dan membuat keinginan untuk merengkul serta memohon maaf pada Xiao You Ren begitu besar. Dia mengulurkan tangan berniat menyentuh pundak sang adik, namun segera dia tarik kembali ketika mendapat penolakan.

Dengan bibir bergetar karena rasa takut, Xiao You Ren menjauhkan tubuhnya dari tangan sang kakak. Menghindari sentuhan yang mungkin akan membuatnya kembali dalam trauma saat itu. Bagaimanapun juga oarng di depannya itu merupakan salah satu dari sumber traumanya.

Senyuman lembut terlihat di bibir Xiao Han Yu. Padahal dia tengah berusaha menenangkan diri dengan mengepalkan tangan di bawah meja dan berusaha menahan keinginan untuk tidak menarik tubuh ringkih adiknya dalam pelukan yang akan melukai sang adik, meskipun apa yang dilakukan hanya berupa ungkapan sayang. Xiao Han Yu merasa sudah cukup baginya untuk melukai Xiao You Ren.

"Sesekali pulanglah ke rumah, kakak iparmu pasti senang jika kamu datang."

Mendengar itu, Xiao You Ren mengangkat wajahnya. Untuk pertama kali setelah sekian lama, dia benar-benar menatap manik mata sang kakak dan kembali terkejut. Mata itu sangat berbeda dengan dulu. Kakak laki-lakinya sudah sangat berubah dan hal itu menimbulkan beragam perasaan kembali mencuat di hatinya. Rahangnya mengeras dan tatapan mata yang sulit dideteksi terpampang nyata.

Kejadian itu cukup menggertak hati Xiao Han Yu, perasaanya mulai takut akan reaksi sang adik jika mereka terlalu lama bersama. Sehingga dia memilih mengalah dan berniat meninggalkan Xiao You Ren.

"Gege akan pergi." Xiao Han Yu berdiri. Merapikan jasnya dan menampilkan senyuman lembut. "Jaga dirimu baik-baik," lanjutnya. Dia menepuk bahu Xiao You Ren ketika melewati laki-laki itu.

Sepeninggalan kakak laki-lakinya, air menggenang di kedua sudut mata Xiao You Ren. Rasa sesak mulai menghimpit paru-paru, menghirup napas dengan susah dan menahan gejolak rasa sakit di hatinya. Ingatan yang sempat terkunci dengan rapat tiba-tiba terbuka. Melayang-layang di benak seolah memberikan ejekan yang melukai harga dirinya. Rasa ngilu yang hebat menyetrum dari ujung kaki dan menciptakan getaran pada kedua tangannya.

Xiao You Ren bangkit berdiri dan berlari menuju toilet, tidak peduli telah menabrak orang lain maupun menyandung beberapa kursi. Dia memasuki sebuah bilik toilet, mengurung diri di dalam sana dengan berbagai rasa sakit. Wajahnya memucat dengan cepat dan bibir itu pun sedikit membiru, rasa dingin seketika menyelimuti tubuhnya. Kalimat menyebalkan terngiang-ngiang dan memenuhi bilik itu.

'Pengkhianat, kau sama seperti ibumu.'

'Wanita gila itu melahirkan seorang putra untuk meneruskan kegilaanya.'

'Kau tidak pantas hidup dengan mudah dan nyaman.'

Suara tangis dan rintihan kesakitan dari seorang remaja belasan tahun pun menggema. Seakan kejadian di masa lalu terulang kembali dan meneror Xiao You Ren dari setiap sudut tembok. Air matanya terus mengalir, dia terisak dalam diam. Tidak mengeluarkan sedikit pun suara, sehingga orang-orang tidak merasa curiga.

'Gege membencimu, sangat membencimu. Karena itu kau harus dihukum.'

'Xiao You Ren, jangan pergi. Gege hanya memilikimu di dunia ini, kita akan hidup berdua selamanya.'

'Jangan pergi.'

'Hanya tersisa kita berdua, kita akan saling memiliki dan menjaga.'

'Jangan pergi dari gege, itu hukumanmu.'

Semakin banyak ingatan itu memenuhi otaknya, semakin besar pula kelemahan yang tersingkap. Kebencian yang besar pun tampak sangat nyata dan menenggelamkan Xiao You Ren dalam masa lalu. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat dan menimbulkan rasa nyeri yang menghujam dada dengan brutal. Dalam kekalutan itu dering ponsel dalam saku celana menginterupsi, dengan paksa memutus ingatan buruk yang sejak tadi berkuasa.

Xiao You Ren merogoh saku dengan getaran hebat pada tangannya yang dingin dan memutih. Nama yang tertera pada layar ponsel itu sedikit membangkitkan harapan kecil dalam diri Xiao You Ren. Tak perlu waktu lama baginya untuk menghubungkan panggilan.

"S-sir," lirihnya teramat pilu.

"Kamu .... Apa yang terjadi?" Nada terkejut menghampiri pendengaran Xiao You Ren. "Kamu ada di mana?" satu pertanyaan lagi keluar dari mulut Wang Xian Wei.

Xiao You Ren menarik napas dengan kasar dan berusaha meraih sedikit ketenangan dalam hati. Bibir bergetarnya yang membiru berusaha memuntahkan kata-kata, "Toilet, Majestic Cafe."

Di seberang panggilan, Wang Xian Wei pun memburu kalimat dan berujar, "Tunggu di sana, lima belas menit lagi aku tiba. Jangan putuskan panggilan!"

Mendengar itu, hati Xiao You Ren tidak bisa menyembunyikan ketenangan. Seperti sedikit dari beban hidupnya telah menguap bersama waktu. Mengingat manik kakak laki-lakinya berubah lembut, menyadarkan Xiao You Ren jika dia pun harus berdamai dengan masa lalu mereka. Membuka gembok agar semua kenangan pahit itu perlahan keluar dan meninggalkannya untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Xiao You Ren harus merelakan semua itu dan tidak lagi menyangkal sebagai bagian dari kisah hidupnya.

Wang Xian Wei memarkirkan mobilnya dengan semabarang, tak peduli jika menggores milik orang lain. Dengan langkah lebar dia memasuki restoran, mengabaikan sapaan pelayan dan tatapan dari setiap pasang mata yang memperhatikan gerakannya. Dia berjalan menuju toilet dan memeriksa setiap bilik, yang tertutup.

Seorang pria paruh baya melihat tindakannya dan segera mengerti situasi dai berkata pada Wang Xian Wei, "Jika anda mencari seorang pemuda, dia ada di bilik ujung sana." Pria paruhy baya itu menunjukkan posisi Xiao You Ren. Sesaat setelah itu tatapan tajam dari Wang Xian Wei jatuh padanya, seperti sedang ingin menguliti hidup-hidup. "Pemuda itu tidak keluar dalam waktu lama dan aku merasa khawatir, karenanya aku mengawasi di sini," jelas pria paruh baya. Tidak memiliki niatan yang buruk.

"Terima kasih," ucap Wang Xian Wei. Menganggukkan kepala pada pria paruh baya itu dan melenggangkan kaki menuju ke ujung toilet. Kakinya berhenti tepat di depan pintu, menggerakkan tangan untuk mengetuk dan memanggil dengan suara menenangkan, "You Ren."

Tak lama terdengar suara kunci yang dibuka dari dalam dan handel pintu berputar, kemudian terbuka sedikit. Tanpa rasa ragu sedikit pun, Wang Xian Wei membuka pintu semakin lebar dan membawa langkahnya mendekati Xiao You Ren. Wajah laki-laki itu sangat pucat, kendati demikian warna kemerahan di pucuk hidung dan sekitar matanya tampak kontras. Bibir yang biasanya berwarna merah lembut kini tampak agak membiru.

Xiao You Ren berdiri dari duduknya dan menatap sendu pada laki-laki di hadapannya. Mengukurkan tangan yang gemetar ke arah Wang Xian Wei yang mendapat sambutan hangat. "Sir," lirihnya. Kembali terisak dalam diam.

Rasa dingin menjalar dari telapak tangan Xiao You Ren, dengan jelas menyelinap di antara jemari Wang Xian Wei yang ikut bergetar. Semua terjadi begitu cepat ketika Wang Xian Wei dapat merasakan rasa sakit yang dialirkan dari manik mata Xiao You Ren. Napas laki-laki itu pun kian tersedat dan mengalami kesusahan seperti orang yang tengah tenggelam, sukses besar membangkitkan kekhawatiran di wajah Wang Xian Wei. Segera saja dia menempelkan bibirnya pada belah bibir Xiao You Ren, membuat kaki yang lebih muda seperti kehilangan tumpuan sehingga jatuh tersandar ke dinding. Melalui mulutnya, Wang Xian Wei menyalurkan udara sebanyak mungkin dan dilakukan berulang-ulang hingga pernapasan laki-laki itu mulai normal.

.

.

Dari jalanan di seberang Majestic Cafe, Wang Huanling memaku atensi pada pemandangan di balik kaca. Mata jernihnya mencari dua orang yang tak asing. Satu jam sudah berlalu sejak jam pertemuannya dengan Xiao You Ren, seharusnya laki-laki itu sedang duduk dan memiliki perbincangan hangat bersama Liu Xuan. Lalu diam-diam Wang Huanling akan mengambil potret mesra mereka dan mengunggahnya. Sayang sekali, matanya sudah mengitari isi ruangan itu dari tempatnya berada, namun penampakan dua sosok tersebut sama sekali tidak ada.

Merasa tidak akan mendapatkan apa pun dengan berdiam diri di tempat, Wang Huanling pun membawa langkahnya mendekati cafe dan menelisik dari dekat. Ujung alisnya menekuk dan wajah berubah jelek karena masih tidak menemukan pencariannya. Dia berbalik dan hendak pulang, melangkahkan kaki menuju area pejalan kaki. Ketika berada di parkiran depan netranya menangkap sebuah mobil yang familier. Mobil Xiao You Ren. Penemuan itu mengurungkan niatnya untuk pergi, dia kembali ke gedung kafe dan memasukinya.

Seorang pelayan kafe memperhatikan gerak-gerik Wang Huanling yang terlihat kebingungan dan tengah mencari seseorang. Pelayan itu mendekatinya dan melayangkan pertanyaan, "Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"

Senyuman kikuk tersungging di wajah Wang Huanling. Dia menjelaskan maksudnya dan membeberkan ciri-ciri seseorang yang dicari. "Apa anda mengetahuinya?"

Sang pelayan memikirkannya sejenak, bola mata hitamnya berputar ke atas. Setelah ingatannya menemukan sosok yang dicari, dia pun segera buka suara. "Saya rasa tadi dia berlari ke toilet," jelasnya. Menunjuk ke arah toilet pria.

Wang Huanling tampak cerah dan mengucapkan terima kasih sebelum pergi ke tempat yang ditunjuk si pelayan. Memasuki kamar mandi dan melirik pada bilik-bilik toilet yang tertutup hampir keseluruhan. Ketika dia nyaris berada di ujung toilet, kerutan di keningnya terbentuk karena pintu bilik terakhir tidak tertutup. Wang Huanling pun mendekat hendak masuk.

Namun, apa yang dilihatnya di dalam bilik itu sangat mengejutkan. Membuat detak jantungnya seperti tengah berlari maraton di dalam. Separuh wajah Xiao You Ren yang terlihat tampak sangat merah dan napasnya begitu sukar, separuh lainnya nyaris tertutupi tubuh seorang laki-laki. Wang Huanling tidak tahu siapa laki-laki yang menjadi rekan Xiao You Ren menukar saliva, karena posisi yang membelaki juga kepalanya menunduk. Namun, mengingat jika dia sudah merencanakan pertemuan bagi Liu Xuan dan Xiao You Ren malam ini, maka persepsinya jatuh pada Liu Xuan.

Dia mengeluarkan ponsel dari saku celana dan menekan ikon kamera, kemudian mengambil beberapa potret. Setelah selesai dengan tujuannya, dia berjalan pergi dengan cepat.