Menyesal. Mungkin itu kata yang sangat tepat untuk mendeskripsikan perasaan Xiao You Ren saat ini. Duduk di sebuah kursi dalam restoran bintang lima di kota lain, menemani CEO perusahaan tempatnya bekerja, Wang Xian Wei. Hari ini mereka menemui klien kelas atas yang memaksa Xiao You Ren untuk terlihat sempurna. Sedari awal dia merasa tegang, seperti begitu besar tekanan udara menghimpit paru-parunya. Jika saja dia tidak sembarangan menyetujui permintaan Johnny dua hari yang lalu, maka saat ini dia bisa duduk nyaman di kursi kerjanya.
Sudah cukup lama mereka menunggu, tapi klien itu tampaknya tidak datang tepat waktu. Xiao You Ren memperhatikan sekelilingnya dan mendapati jika pelayan restoran ini memakai pakaian yang nyaris sama dengannya, hanya berbeda di bagian dasi saja. Perasaan Xiao You Ren semakin tidak karuan, khawatir jika dia akan mempermalukan Wang Xian Wei dan perusahaan mereka. Tanpa sadar dia meremat kedua tangannya dengan kasar. Hal itu dapat terlihat oleh Wang Xian Wei yang duduk di sampingnya.
"Tidak perlu tegang," Wang Xian Wei sedikit berbisik padanya, seolah mengetahui kepanikan laki-laki itu. Dia sengaja memberikan rasa tenang pada Xiao You Ren. Laki-laki itu memberikan anggukan kepala sebagai jawaban.
Beberapa kali Wang Xian Wei melirik pada jam tangannya dan waktu sudah menunjukkan angka enam sore. Klien mereka terlambat satu jam dari perjanjian. Wang Xian Wei menghela napasnya kasar dan air mukanya seolah menggelap. Dia tidak suka menunggu, apalagi selama ini, tapi mengingat jika klien mereka kali ini cukup berpengaruh, maka dia hanya bisa menahan amarahnya.
Sepersekian menit kemudian, manik mata Wang Xian Wei mendapati sosok yang ditunggunya berjalan menuju ke meja mereka. Dia membawa dirinya untuk berdiri yang diikuti oleh Xiao You Ren. Mereka saling berjabat tangan dan menyapa satu sama lain sebelum duduk di kursi masing-masing.
"Tuan Wang, saya minta maaf atas keterlambatan saya." Laki-laki paruh baya itu, Wen Yang, mengatakannya dengan nada lirih. "Putra keduaku tiba-tiba kembali dari Kanada setelah menyelesaikan pendidikannya sebagai seorang dokter. Dia datang tanpa memberitahukannya pada orang tua ini."
"Tidak masalah, Tuan Wen. Namun sebaiknya Anda tidak mengikuti tindakan putra Anda dan membuat kami menunggu tanpa kepastian." Wang Xian Wei tersenyum impulsif. Bukannya tidak mentolerir hal-hal seperti ini, hanya saja dia merasa cukup kesal. Baginya waktu satu jam bisa menghasilkan uang yang cukup besar, bukan terbuang sia-sia hanya untuk menunggu.
Laki-laki paruh baya itu tersenyum tidak enak. Meskipun begitu tampak jelas jika dia tidak menyesal sama sekali. Hal itu semakin membuat Wang Xian Wei merasa kesal.
"Putra Anda pasti sangat hebat, Tuan Wen." Xiao You Ren mengikuti pembicaraan mereka dengan topik lain. Dapat dirasakan olehnya aura tegang yang dipancarkan oleh Wang Xian Wei, seperti siap menghancurkan apa saja. Dan Tuan Wen yang berlaku acuh tak acuh semakin memperparah kemarahan Wang Xian Wei. Xiao You Ren berusaha untuk tidak semakin memancing perseteruan batin antara mereka berdua.
"Tentu saja." Suasana hati laki-laki paruh baya itu menjadi berbunga-bunga. Pada akhirnya suasana menjadi cair dan mereka membicarakan banyak hal sembari menikmati hidangan yang telah disajikan di atas meja. Topik pembicaraan mereka bermula dari putra keluarga Wen, lalu mengalir hingga perbicangan mengenai kesepakatan kerja.
Tindakan Xiao You Ren itu berhasil membuat beberapa penilaian baru dalam benak Wang Xian Wei. Di balik penampilan Xiao You Ren yang seperti seorang pendiam itu, dia cukup pandai merangkai kata-kata. Dan Wang Xian Wei sadar jika laki-laki berkacamata itu seperti seekor bunglon. Bisa menyesuaikan diri dengan berbagai situasi di mana saja dia berada. Namun, entah Xiao You Ren yang tidak menyadari kemampuannya itu atau dia yang memang sengaja bersembunyi. Wang Xian Wei tidak benar-benar memahaminya.
Waktu berjalan cukup cepat. Jarum jam sudah bertengger manis di angka delapan. Pembicaraan mereka pun sudah kembali pada topik yang ringan. Xiao You Ren tiba-tiba saja merasa ingin buang air kecil, dia memohon izin untuk ke toilet dan meninggalkan dua laki-laki itu di sana. Dengan langkah cepat dia menuju ruangan itu sesuai petunjuk. Toilet di restoran tersebut bisa dibilang sepi, seturut dengan keberadaan pengunjung yang tidak banyak. Karena merupakan restoran kelas atas dengan kedatangan pengunjung yang dibatasi. Oleh sebab itu cukup sulit bagi golongan menengah bawah untuk memiliki kesempatan memasuki restoran.
Xiao You Ren merasa sangat terdesak oleh keinginan buang air kecil, sehingga dia memasuki toilet tanpa memerhatikan sekeliling. Tidak sengaja dia sedikit menyenggol bahu seseorang, karena begitu terburu-buru dia tidak sempat meminta maaf. Segera saja Xiao You Ren memasuki salah satu bilik toilet. Sedangkan laki-laki yang tadi disenggol olehnya merasakan kesal mencapai ubun-ubun. Dia tidak bisa mentolerir hal tersebut. Seseorang mengabaikannya sama dengan seseorang yang mencabik harga dirinya. Dengan tidak tahu malu dia menggedor pintu bilik yang ditempati oleh Xiao You Ren tadi.
"Bajingan, keluar kau!" teriakan itu cukup menggema di dalam ruangan yang sepi. Toilet itu juga kedap suara sehingga tidak ada kekhawatiran jika orang lain mendengarnya. Namun, itu merupakan masalah bagi Xiao You Ren. Dia akan menghadapi kemarahan seseorang tanpa bisa meminta tolong dengan leluasa.
Laki-laki itu terus menggedor pintu, membuat Xiao You Ren mulai merasa panik. Cepat-cepat dia menyelesaikan kegiatan mendesaknya tersebut, tapi tidak segera keluar. Masih ada harapannya jika laki-laki di luar sana akan jenuh dan memilih pergi. Namun, sayangnya hal itu tidak sejalan dengan realita. Laki-laki itu terus menggedor pintu, bahkan menumpah banyak makian yang ditujukan pada Xiao You Ren. Semakin memperparah perasaan gelisah yang dihadapi laki-laki berkacamata tersebut. Dia menekan tombol flush agar orang itu tahu jika dia melakukan hal yang wajar di dalam sana.
"Hei, jalang! Cepat keluar atau aku akan mendobrak pintu ini!"
Suara keras dengan kata-kata kasar itu membuat Xiao You Ren tidak berdaya, seketika saja keberaniannya pupus. Dia meringkuk di dalam bilik tersebut. Entah mengapa suara laki-laki itu terasa familier dengan pendengarannya, hal yang membuat Xiao You Ren semakin merasa tertekan oleh rasa takut.
Brak!
Seseorang orang di luar sana tampaknya benar-benar diliputi awan gelap, sampai-sampai kakinya menendang kuat pintu bilik toilet. Hal itu membuat Xiao You Ren terperanjat. Jantungnya kian berdetak dengan kecepatan tinggi. Seketika tulang kakinya terasa ngilu, menjalar hingga ke bagian tulang lainnya. Hal biasa yang terjadi ketika dia diserang panik dan rasa takut berlebihan, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Xiao You Ren hanya mampu menggigit bibir bawahnya dan mencengkeram erat pergelangan tangannya. Matanya sudah berkabut dan setitik air mulai mengalir dari ujung mata kanannya. Segera dia mengusapnya dengan kasar. Tangannya mulai merapikan pakaian dan menata rambut yang tidak berantakan tersebut.
Suhu badannya meninggi, dia mulai membayangkan yang tidak-tidak. Pandangan mata sayu dan terlihat mulai kehilangan akal sehat. Xiao You Ren tersenyum miris merasakan hal tersebut, betapa akrabnya dia dengan rasa sakit sampai-sampai tidak keberatan dengan hal itu. Bahkan jika ada yang menghancurkannya, dia tidak akan mempermasalahkan apa pun. Sudut matanya melirik pada kalamnya yang tampak bersemangat.
"Dasar bajingan mesum," lirihnya teramat pelan. Sekadar terdengar telinganya saja.
Brak!
Orang di luar sana tampaknya semakin kesal, buktinya dia mendobrak pintu bilik toilet Xiao You Ren. Meskipun pintu itu cukup kuat, tapi tetap saja pada akhirnya akan rusak jika terus-menerus didobrak atau ditendang.
"Cepat keluar bajingan!"
Suara lantang itu kian jelas menelusup masuk ke dalam indera pendengarannya. Mau tidak mau, Xiao You Ren memutar kenop pintu dengan gerakan pelan. Hal yang membuatnya takut bukanlah menghadapi orang yang berdiri di depan pintu bilik toiletnya, melainkan jika Wang Xian Wei meninggalkannya. Laki-laki itu menarik kerah kemeja Xiao You Ren dan menatap nyalang padanya. Senyuman miring terbaik di wajah yang tidak asing bagi Xiao You Ren.
"Bajingan, ternyata hanya seorang pelayan saja." Laki-laki itu, Liu Xuan, menampilkan wajah yang terlihat begitu angkuh.
Xiao You Ren tersenyum kecil, seolah cacian dan makian yang keluar dari mulut laki-laki itu adalah sesuatu yang dicarinya. Umpatan dan penghinaan mengalir dari belah bibir tebal Liu Xuan dengan ancaman dan nada kasar. "Kenapa kamu tidak mau minta maaf, huh?!" Cengkeraman di kerah baju Xiao You Ren semakin membuatnya tertekan, pasokan udara yang hilir mudik di hidungnya mulai berkurang. Tak lama laki-laki itu mendorong Xiao You Ren hingga terjorok kembali ke dalam bilik. Kacamata bulat yang dikenakan Xiao You Ren meloncat dari tempatnya untuk kemudian diremukkan oleh sepatu mengkilat milik Liu Xuan. Laki-laki itu menarik anak rambut bagian depan Xiao You Ren dan menatap lekat manik berkaca-kaca itu. "Kamu benar-benar tidak berubah sedikit pun, Xiao You Ren. Padahal sudah dua tahun sejak kelulusan universitas." Liu Xuan melayangkan pukulan dan tendangan di tubuh sekujur Xiao You Ren yang tidak memberikan perlawanan sama sekali.
Xiao You Ren tersenyum tipis, tubuhnya mulai menikmati perasaan sakit yang bertubi-tubi itu, hal biasa ketika dia dalam situasi seperti ini. Rambutnya sudah berantakan karena Liu Xuan sempat menjambaknya.
"Jalang tetaplah jalang, bukan?" Liu Xuan tersenyum miring ketika matanya menangkap sesuatu yang membesar di balik celana Xiao You Ren. "Dasar sampah!" Tubuh Xiao You Ren seketika melayang dalam waktu singkat. Liu Xuan mendudukkannya di closet duduk dan mencengkeram erat kalam Xiao You Ren. Membuat laki-laki yang lebih kecil itu sedikit mengeluarkan suaranya sekadar merasakan sakit dan geli.
Pikiran Xiao You Ren dipenuhi oleh hal-hal bodoh. Dia menyalahkan dirinya karena begitu aneh. Di dalam rasa sakit yang mendera tubuhnya, dia masih bisa merasakan birahi.
Bersambung ....