Chereads / The Cold Season / Chapter 17 - Soft Touch 2

Chapter 17 - Soft Touch 2

Keheningan meraja di dalam mobil hitam yang melaju memecah jalanan. Dua orang di dalamnya seakan bisu oleh kecanggungan yang dirasakan satu sama lain. Kendati demikian, pikiran mereka masih betah bertanya-tanya tentang banyak hal yang tidak bisa suarakan.

Jika Wang Xian Wei terlihat tenang dengan tatapan dilempar pada jalanan di depannya, maka Xiao You Ren sebaliknya. Dengan kepala menunduk dan mata menatap pada pahanya yang tertutup celana, terdapat keresahan besar dalam dadanya. Setiap pikiran negatif menyerang kepalanya bertubi-tubi. Beberapa hal yang terjadi padanya selama ini kembali mampir. Dia tidak bisa menyangkal ataupun melarikan diri seperti biasanya. Sungguh, Xiao You Ren menjadi sangat lemah. Yang bisa dilakukan hanya terisak kecil sambil sesekali memejamkan mata, menikmati setiap serangan kecemasan pada hatinya.

Laki-laki di sebelahnya tidak bisa untuk tidak melirik pada Xiao You Ren, ketika isak kecil menghinggapi pendengarnya. Kedua alis Wang Xian Wei bertaut dengan tatapan penuh tanya. Sebuah pertanyaan melintas dalam benaknya, tapi mulutnya kelu seperti dilem.

"Aku …" belah bibir Xiao You Ren terbuka dan berucap lirih. "Aku sangat menjijikkan, 'kan?"

Keduanya mata Wang Xian Wei membelalak terkejut. Dia tidak pernah memikirkan hal tersebut. Meskipun tidak bisa dipungkiri jika tindakannya tadi terlihat seperti seseorang yang merasa jijik.

"Sir, aku sangat menjijikkan, 'kan?" Tangan Xiao You Ren bergerak untuk mengusap matanya. Dia belum mengeluarkan semua pertanyaan di hatinya. "Karena itu Liam Ge pergi, dia pasti merasa jijik. Aku … aku mencintainya. Itu sebuah kesalahan." Seberapa pun tangannya bergerak untuk menghapus air matanya, namun tetap saja tidak bisa menghentikan kristal cair itu untuk terus mengalir. Bibirnya bahkan bergetar, menahan isakannya sendiri. Xiao You Ren mengangkat kepala dan menatap sendu para Wang Xian Wei yang fokus pada jalanan di depan. "Laki-laki tadi, Liu Xuan, dia bahkan mengataiku sampah."

Wang Xian Wei tidak bisa untuk tidak melirik ke sampingnya. Tatapan mata mereka beradu dalam waktu singkat. Sesingkat itu pula hati Wang Xian Wei dihinggapi rasa tidak tenang. Manik mata Xiao You Ren seolah kembali menenggelamkannya pada perasaan aneh. Rahangnya mengeras dengan sempurna. Tiba-tiba saja Wang Xian Wei menghentikan laju mobilnya dan memilih ke luar, membiarkan Xiao You Ren sendiri di dalam mobil.

Tak lama setelah kepergian Wang Xian Wei, Xiao You Ren menangis dengan keras. Menumpahkan segala macam perasaan menyesak di dadanya. Menumpah-ruahkan rasa sakitnya. Dia membutuhkan sesuatu yang lebih menyakitkan dari ini. Untung saja mobil itu berhenti di tempat yang cukup jauh dari keramaian, sehingga Xiao You Ren bebas untuk mengerang demi membuat suasana hatinya kembali normal. Cukup lama dia menangis, sampai hatinya merasa sedikit lega, raungannya kian memudar dan tersisa isak kecil.

Tak lama kemudian, Wang Xian Wei masuk dan memberikan sebotol air mineral. "Minumlah," katanya sesaat setelah dia duduk di tempatnya. Xiao You Ren yang ragu-ragu untuk mengambil, membuat Wang Xian Wei kesal bukan main. Dengan kasar dia meletakkan botol itu di sisi kursi Xiao You Ren. "Cepat, minum!" Wang Xian Wei mengatakannya dengan nada memerintah. Hal itu tidak bisa ditolak oleh pihak Xiao You Ren. Dengan tangan bergetar dia meraih botol air mineral tersebut. Perlahan menenggaknya hingga membuat perasaannya sedikit lebih tenang. Setelah itu, kedua tangannya bergerak untuk menghapus titik air di pelipis mata yang masih tersisa. Pandangannya menatap lurus ke depan, sementara mobil kembali melaju menjejaki jalanan.

Keramaian malam itu terasa hampa dan kosong seperti tidak ada satu objek pun yang melintas di mata Xiao You Ren. Pikiran laki-laki itu juga mengembara pada hal-hal yang tidak pernah benar-benar bisa dia lupakan, kendati telah banyak memakan waktu hidupnya. Entah sudah berapa tahun yang telah dilalui, namun semua kenangan buruk itu seakan betah berlama-lama di sekelilingnya. Xiao You Ren dibelenggu. Dia terikat oleh segala rasa sakit dalam dirinya. Segala ketidakpantasan yang mengungkung kebebasannya dalam pertemanan. Sekalipun dia bertemu dengan banyak orang dan menjalin relasi, tapi seolah ada benteng di antara mereka. Dialah satu-satunya yang membangun pembatas tersebut.

Keterdiaman itu menciptakan keheningan jangka panjang. Sudah beberapa puluh menit berlalu dan mereka masih betah dengan mulut mengatup rapat. Xiao You Ren bergeming tak ubahnya patung, masih dengan pandangan kosong pada hamparan jalan di depan mobil. Wang Xian Wei yang dalam keadaan kesal bercampur bingung. Kepalanya diisi berbagai kalimat yang ingin segera meluncur dari mulut. Sesekali netranya melirik ke arah Xiao You Ren melalui cermin.

Ketika mobil itu sudah memasuki area parkir hotel tempat mereka menginap. Dengan kasar Wang Xian Wei menghentikan laju mobil tersebut. Xiao You Ren terhenyak dan mendapati kembali pikirannya. Menatap sekeliling dan menyadari jika mereka sudah tiba di tempat tujuan. Dia hendak membuka pintu mobil tersebut dan keluar. Namun, sayangnya pintu itu dikunci oleh pemiliknya. Xiao You Ren melirik ke arah Wang Xian Wei dan mendapati laki-laki itu menatap datar padanya.

"S-Sir," panggil Xiao You Ren. Kepalanya kembali menunduk, tidak berani menatap pada mata laki-laki di sampingnya.

"Angkat kepalamu, Tuan Xiao You Ren!" Lagi-lagi Wang Xian Wei mengeluarkan kalimat dengan nada perintah yang kentara.

Ragu-ragu Xiao You Ren mengangkat kepalanya, meskipun pandangannya masih tertuju ke bawah. Aura Wang Xian Wei benar-benar tidak biasa baginya. Sampai-sampai pemikiran yang buruk, tentang Wang Xian Wei membencinya, kembali merayap di otak.

"You Ren, dengar!" Wang Xian Wei menyandarkan tubuhnya pada kursi dan melipat tangan di dada. "Kamu menjijikkan, kamu buruk dalam berbagai hal, tidak berguna, dan selalu menyusahkan orang lain." Bibir Wang Xian Wei kembali mengatup. Ekor matanya menemukan Xiao You Ren yang kembali dihinggapi hal-hal negatif. Gerakan-gerakan kecil dari laki-laki itu mengindikasikan bahwa dia merasa tidak nyaman dan gelisah, juga takut berlebihan. Wang Xian Wei tersenyum miring melihat gelagat tersebut. "Itu yang kamu pikirkan, bukan? Dan kamu ingin berubah, tapi itu terasa sulit." Kali ini Wang Xian Wei benar-benar menatap penuh pada Xiao You Ren, yang juga mengalihkan perhatian padanya.

Pandangan mata mereka bertemu dan saling mengunci satu sama lain.

"Jika kamu ingin berubah, satu-satunya hal yang harus kamu lakukan adalah menerimanya." Tatapan Wang Xian Wei semakin tajam dan seolah mengatakan jika dia tidak sedang memberi nasihat, melainkan sebuah perintah mutlak. "Terima saja jika kamu memang menjijikan, akui jika kamu takut. Dan berusahalah untuk membalikkan keadaan. Jadikan semua hal negatif itu sebagai perisai dan senjatamu."

Selesai dengan kalimat panjangnya, Wang Xian Wei membuka kunci pintu mobilnya dan bergerak lebih dulu untuk keluar. Dia memasuki gedung hotel, meninggalkan Xiao You Ren yang masih bergelut dengan pikirannya. Mengenai kata-kata Wang Xian Wei dan segala kebenarannya. Xiao You Ren merasa ingin menata hidupnya lagi dan melakukan sesuai perkataan laki-laki itu. Namun, dia tidak tahu cara memulainya. Xiao You Ren terlalu naif untuk hal-hal seperti itu.

Di dalam kamar hotelnya. Wang Xian Wei melemparkan jasnya ke atas sofa dan menarik sebuah bungkus rokok. Dia berjalan menuju balkon dan menikmati pemandangan malam yang gemerlap dalam kegelapan. Sebatang rokok menyala sudah terselip di antara belah bibirnya. Menghisap dan mengembuskan asap yang kemudian ditelan habis oleh udara dingin. Terbawa angin hanya untuk menyatu dengan alam.

Ingatannya kembali pada malam yang telah berlalu. Hari di mana sahabatnya, Zheng Liam, mengajak untuk menghabiskan waktu di salah satu bar. Malam itu Zheng Liam terlalu mabuk dan mencurahkan segala isi hatinya tanpa sadar. Dan satu kalimat panjang yang hingga saat ini begitu bersemangat menghantui pikiran Wang Xian Wei. Terus terngiang-ngiang dan enggan beranjak pergi.

.

"Xian Wei, You Ren sangat rapuh. Aku ingin memeluknya sangat erat dan menjeratnya dengan rantai agar dia tidak hancur, tapi aku takut akan meremukkannya dengan kelemahanku."