Saat pertama kali kita bertemu, entah kenapa kamulah yang mampu memikat hatiku.
Hingga pada akhirnya, akupun memutuskan untuk jatuh cinta terhadapmu.
Namun aku salah. Iya salah, karena memilih jatuh dalam mencintaimu.
Ternyata, aku bukanlah orang yang mampu mengisi hatimu. Berat rasanya ketika melihat seseorang yang di cintai mencintai orang lain. Tetapi pada saat itu aku tidak pernah lelah memperjuangkan cintaku, meskipun perjuangannya hanya sebatas menanti, karena aku tau kamu masih dimiliki.
Satu bulan terlewati. Perasaanku masih sama.
Dua bulan, masih sama.
Tiga bulan, juga sama.
Empat bulan, masih juga sama.
Lima bulan, sangat sama.
Enam bulan, begitu sama.
Tujuh bulan, sama.
Delapan bulan, sama.
Sembilan bulan, sama.
Setahun, masih juga sama.
Sampai kapan rasa kita akan menjadi sama?
Aku mencoba membuka hati lain untuk mengisi hatiku, namun nihil kamu tetap pemenangnya.
Hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk tetap menunggu, walau hasilnya tidak tentu.
Setelah lama aku menunggu, akhirnya mimpiku terwujud. Dia datang dengan membawa rasa padaku.
Sungguh aku bahagia sekali waktu itu.
Namun lambat laun, semuanya berakhir tanpa kenal perdebatan.
Sedih? Ya jelas.
Ketika harapanku mulai terjadi, dia mematahkannya hanya dengan sekali jadi.
ketika hari suram
kau hadir menyapa
mengalahkan sang surya
membuatku bahagia
namun, ketika datangnya bulan
kau menjelma menjadi bintang
selalu ada dikala malam
lalu meninggalkan luka yang mendalam
Setiap langkahku menjadi tidak berarti. Aku menginginkan dia dikehidupanku, namun kau datang hanya untuk memberi luka yang mungkin susah lupa.
Berjuta alasan untuku melupakanmu.
Tapi kamu?
kamu adalah satu-satunya yang tertulis.
Kenapaa ini terjadi?
Mungkin aku belum bisa menghilangkan rasa cinta ini
Dan pada akhirnya akulah yang selalu tersakiti
Selalu menanti tanpa ada sedikitpun rasa nya kembali.
Berfikir di kala pagi, siang, sore hingga malam
Padahal rasa dia sudah tak sama
Jauh dari lubuk hati menginginkan,
Dia akan kembali dengan hadirkan sejuta rasa.
Sehingga aku lupa betapa sakitnya hati
Yang mungkin karena ulahnya.
Tapi kenapa?
Yang telah menyakiti seakan akan menjadi obat penghilang rasa sakit?
Apakah aku sebodoh itu dalam mencintai?
Sehingga lupa bahwa takdir memang menyuruh berhenti.
Fikir ku bertanya tanya
Logika tak berdaya
Dan keheningan malam seakan mengerti
Ia hadir dengan membawa misteri
Disertai jatuhnya harapan dan air mata
Menusuk sukma
Merangkai ilusi
Membayangkan asumsi
Inginku menggapai awan
Berjalan diatas kerasnya petir
Menembus angan harapan
Sampai aku melihat, kamulah yang ada didepanku.
Menghapus rasa sakit
Lalu mencoba membuka lembaran baru,
Untuk kehidupan aku dan kamu.