Kantin menjadi hening. Tubuh mungil skyla sudah di bawa oleh salah satu pria yang sedari tadi menatap skyla dalam diam.
Mika menatap skyla yang pingsan dengan wajah pucat pasi. Percayalah! Dirinya saat ini sedang berusaha menutupi ketakutannya.
Dinda meninggalkan kantin menuju ruang kesehatan dengan sedikit berlari. Setelah sampai di ruang kesehatan ia langsung memasuki ruangan itu, lalu berdiri disamping brankar dimana skyla berbaring lemah disana dengan dokter yang memeriksanya.
"Bagaimana dengan temen saya dok?" Tanya dinda.
"Tidak ada yang serius! Temanmu hanya sedikit kelelahan!" Jawab dokter yang menjaga ruang kesehatan.
"Terimakasih dok!" Ucap dinda. Lalu menatap seseorang yang sudah membantu skyla.
"Adriano makasih!" Ucap dinda dengan tulus.
Adriano pria yang sudah membawa skyla ke ruangan kesehatan itu hanya diam, lalu menganggukkan kepalanya sebelum akhirnya beranjak pergi meninggalkan ruangan.
Tak lama setelah kepergian adriano, pintu kembali terbuka. Beberapa pria bertubuh besar berjalan kearah dinda. Dinda yang menatap pria bertubuh besar dengan pakaian serba hitam itu dengan bergetar ketakutan.
"Maaf nona Franklin! Tapi, kami harus membawa pulang nona muda" ucap salah satu pria bertubuh besar dengan kepala plontos.
Tubuh dinda menegang saat pria kepala plontos itu menyebutkan nama marganya. "Siapa kau?" Tanya dinda takut.
"Nona akan mengetahuinya suatu saat nanti! Maaf kami tidak bisa menjelaskan! Tapi, jangan beritahu yang lain jika nona muda di bawa oleh kami!"
Setelah mengucapkan itu para pria bertubuh besar keluar dari ruang kesehatan yang kosong sambil membawa skyla.
Dinda menatap kepergian mereka dengan tatapan bingung. Yang dipikirkannya saat ini, skyla diculik atau emang mereka bodyguard skyla? Siapa skyla sebenarnya? Taulah pusing.
"Siapakah skyla sebenarnya?" Monolog dinda dengan pelan lalu meninggalkan ruang kesehatan.
•••••
Alvin memasuki rumah dengan wajah datar dan dingin, tatapan matanya tajam. Rahangnya mengeras, kakinya berjalan menaiki tangga dengan cepat menuju kamar skyla.
Pintu terbuka buka alvin menatap kamar dengan wajah khawatir.
Kosong!
Kaki panjang alvin langsung memasuki kamar dan menutup pintu. Ia berjalan kearah dimana ruang rahasia berada. Memasuki kamar mandi lalu berbelok kearah kanan dimana walk in closed berada dan berjalan menuju pojok lemari.
Alvin membuka pintu lemari kayu. Lalu masuk kedalam yang kosong dan gelap. Menutup pintu kembali dan memencet tombol untuk memasukkan password. Lemari berputar 108° pintu kayu terbuka otomatis.
Alvin langsung melangkah keluar. Matanya menatap skyla yang sedang berada di depan komputer.
"Princess, are you okay?" Tanya alvin sambil berjalan menuju kearah skyla.
Skyla yang sedang fokus langsung mengalihkan pandangannya dari komputer menatap kearah alvin. Kemudian berdiri dari kursinya menyambut alvin yang berjalan kearahnya.
"I'm fine kak! Don't worry!" Ucap skyla ceria.
Alvin memeluk skyla, wajahnya ia sembunyikan di leher jenjang skyla. Menghirup wangi skyla membuat dirinya tenang dari segala kekhawatiran nya.
Skyla membalas pelukan alvin lalu mengelus punggung lebar milik alvin. Tak lama pelukan terlepas, skyla mencium pipi alvin.
"Bagaimana kakak tidak khawatir jika princess kakak ini di bully!" Ucap alvin dengan lembut.
"Yeah! Dan kakak memerintah para bodyguard untuk menjaga sky!" Kesal skyla.
"Baby! Kakak lakuin itu untuk menjaga kamu. Sekarang apa yang sedang kamu lakukan disini? Bukankah kamu harus istirahat princess?"
"Oke oke! Kakak kenapa cerewet banget sih!" Ketus skyla dengan wajah cemberut.
Cup!
"Dan itu untuk kamu juga!" Sahut alvin sambil mengecup pelipis skyla.
"Apa kakak kenal dengan keluarga Harder?" Tanya skyla tiba-tiba matanya menatap kertas putih yang berisi tinta hitam.
Kertas print hasil penyelidikan nya, yang baru saja skyla bobol datanya.
Alvin yang di tanya langsung menegang dengan wajah kaku, rahangnya mengeras dan kedua tangannya terkepal erat. Alvin mengadahkan kepalanya keatas sambil menutup matanya, nafasnya yang tak beraturan mulai ia atur dengan tarikkan nafas lalu menghembuskannya secara perlahan.
Skyla yang tidak mendapatkan jawaban, langsung mengalihkan pandangannya dari kertas menatap alvin dengan bingung.
'Apakah ia salah bertanya? Kenapa kakak alvin terlihat begitu marah? Apa iya kakak alvin marah? Padahalkan aku cuma tanya? Akh! Membingungkan!' Batin skyla.
Tangan skyla terulur menggenggam tangan alvin yang masih terkepal erat.
"Kakak!"
Panggilan lembut dengan usapan hangat, membuat alvin tersadar. Perlahan mata tajam itu mulai terbuka dan menatap kearah skyla dengan datar.
"Kenapa?" Skyla kembali bersuara saat alvin masih menatapnya dengan datar.
"Buat apa bertanya keluarga sialan itu sky?!"