Keimyung University beberapa bulan sebelumnya.
Sebuah ketukan terdengar dari luar ruang pimpinan, kemudian terdengar derik pintu yang terbuka. Seorang pria berwajah lebar dengan tinggi bak pemain basket berjalan ragu mendekati meja pimpinan, raut wajahnya bahkan menunjukkan kekhawatiran.
"Ada apa?" tanya pria dari balik meja yang tak mengangkat kepalanya karena terus menulis sesuatu pada lembar berkas di atas mejanya. Papan nama 'pimpinan Song Seung Hoon' berada di baris depan.
"Anak buah yang tersebar di beberapa sekolah Gwangju akan mulai menggunakan rencana selanjutnya, Ketua." Lee Kwang Soo –terlihat dari nametag di bajunya- yang menjabat sebagai sekretaris di Keimyung University ragu.
Pimpinan yang dipanggilnya Ketua menghentikan laju tangannya yang menulis namun tetap tak mengangkat kepalanya, "Katakan pada orang-orang itu untuk tetap mengawasi target dan berikan data pribadi hingga kondisi hubungan mereka dengan orang-orang di sekitarnya."
"Baik, Ketua." Sekretaris Lee membungkuk dan keluar dari ruangan.
Keimyung University selalu mengirim mata-mata yang tersebar di Seoul dan luar Seoul. Mereka bertugas mengamati sekolah-sekolah dimana Blade, Schwert dan Xifos menjadi fokus pengamatan mereka. Gwangju yang merupakan tempat asal Blade diawasi oleh tim Nuest, Daegu menjadi asal dari kelompok Schwert diawasi tim Venus dan Incheon yang menjadi tempat asal kelompok Xifos diamati oleh tim Astro.
Gerak-gerik ketiga kelompok ini sudah lama menjadi prioritas Keimyung University untuk diamati. Keimyung University telah memberikan peringatan untuk menghentikan segala aktifitas di bawah nama kelompok, karena itulah mereka terus diawasi. Jika ketiga kelompok itu tak menggubris peringatan yang diberikan, tim yang mengawasi mereka akan langsung bertindak.
"Kalian cari mati? Beraninya menghalangi jalan kami!" ujar pemimpin Blade yang sudah ditandai sebagai target nomor satu tim Nuest yang bertugas menangani mereka. Nuest sudah mengikuti mereka selama tiga bulan terakhir, mereka selalu menyaksikan bagaimana Blade berhasil melumpuhkan lawan yang ada di hadapannya.
"Sekretaris Lee, Blade kembali menggunakan kekerasan. Terhitung sudah lima kali sejak mereka menandatangani perjanjian dengan kepala sekolah bulan lalu." lapor salah satu anggota Nuest.
"Terus laporkan perkembangannya padaku." tutup sekretaris Lee.
Sekretaris Lee berhenti di depan pintu ruang pimpinan Keimyung, ia masuk setelah mengetuk beberapa kali dan segera berjalan mendekat ke meja kerja untuk melapor.
"Ketua, Blade—"
"Aku tahu." Potong pimpinan Keimyung.
"Kirimkan undangan ke sekolah mereka. Kirim bersama hasil investigasi kita selama ini agar kepala sekolah tak menutupi atau menyangkal perbuatan mereka. Jika mereka tetap acuh, kirimkan hal yang sama ke para orang tua." Lanjut pimpinan yang dijawab dengan anggukan.
Sekretaris Lee melakukan perintah pimpinan Song, ia datang sendiri ke sekolah dimana Blade bersekolah. Menemui kepala sekolah dan memberikan undangan bersama dokumen pendukung. Kepala sekolah yang terkejut melihat perwakilan Keimyung University datang menemuinya dan memberikan undangan hanya bisa terduduk lemas, tak bisa mengelak lagi. Kepala sekolah dari kelompok Schwert juga mengalami hal yang sama, tak bisa menyangkal atas bukti yang dibawa.
Sementara Xifos yang bersekolah di sekolah khusus anak pejabat pemerintahan membuat kepala sekolahnya lebih terkejut atas sikap mereka dibanding surat dan bukti yang diterima dari Keimyung University, sikap dan sifat kelompok Xifos benar-benar di luar dugaan sehingga kepala sekolah tak bisa menolak keinginan mereka untuk pergi ke Keimyung University. Sebelumnya Keimyung University sudah pernah memberikan undangan namun pihak sekolah menolak.
"Pimpinan…" sapa sekretaris Lee yang langsung masuk tanpa mengetuk pintu lagi.
"Sejak kapan sopan santunmu hilang, sekretaris Lee?" tegur pimpinan Song.
"Xifos… Mereka di sini." ucap sekretaris Lee.
"Persilakan mereka masuk." Jawab pimpinan Song.
Xifos. Kelompok dengan anggota Do Kyeom, Woo Zi, Jeong Han, Seung Kwan dan Joshua menjadi kelompok pertama yang datang memenuhi undangan Keimyung University. Keempatnya sudah berjejer bertemu mata dengan pimpinan Song.
"Duduklah." Ucap pimpinan Song. Ia memandang wajah dan penampilan kelompok Xifos, jadi mereka yang disebut-sebut bom waktu? batin pimpinan Song sambil berjalan menuju sofa untuk duduk bersama kelompok Xifos.
"Kalian mau minum apa? Teh—"
"Soda," Potong Joshua.
"Kami tidak suka minum teh." Lanjutnya dengan nada bicara datar.
"Begitu? Hmm… baiklah. Kau dengar kan, sekretaris Lee? Tambahkan satu untukku." Pimpinan Song tersenyum. Sekretaris Lee mengangguk lalu keluar dari ruangan.
Mereka benar-benar bom waktu, batin pimpinan Lee. Dalam ilmu psikiatrik, orang yang lebih memilih minum soda, artinya orang tersebut tidak mudah ditebak. Bila orang tersebut lebih memilih teh, artinya orang tersebut mampu menahan emosi baik dan buruk.
"Aku penasaran kenapa kalian ke sini? Kupikir sekolah tak akan mengirim kalian karena saat itu mereka menolaknya." Selidik pimpinan Song.
"Kami butuh undangan untuk masuk Keimyung University." Jawab Jeong Han.
"Tapi bukankah—"
"Sekolah menolaknya? Kami tahu itu, tapi anda sendiri merasakan sesuatu yang aneh pada diri kami kan?" potong Jeong Han.
"Apa maksud ucapanmu?" tanya pimpinan Song, ia sedikit mengerutkan keningnya seolah tak tahu arah pembicaraan mereka.
"Kami juga menyadari ada sesuatu yang tak biasa pada diri kami." Jawab Seung Kwan.
Seseorang yang menyadari bahwa jiwa psikopat sedang tumbuh dalam dirinya berada di tingkat yang rentan, jika salah kaprah maka jiwa psikopat itu akan tumbuh subur hingga orang itu benar-benar berubah menjadi seorang psikopat.
"Anda tentu sudah mendengar tentang aku yang mencampurkan sianida ke dalam orange juice mereka, bukan? Apakah seseorang yang normal akan memiliki pikiran seekstrim itu?" tanya Woo Zi kemudian.
"Kami juga tahu kalian memiliki agen yang bertugas untuk mengawasi dan mengikuti kami. Bahkan kami pernah beberapa kali berbincang dengan mereka. saat itulah mereka memberikan kami nasihat 'daripada kalian mengakhiri hidup karena kebingungan yang kalian hadapi, kami menyarankan untuk pergi ke Keimyung University dan menemui pimpinan Song. Menemuinya lebih baik daripada mati karena sianida'" tiru Do Kyeom.
"Apa kalian tahu sekolah seperti apa Keimyung ini?" tanya pimpinan Song.
"Apakah anda pikir kami tidak tahu apa-apa tentang Keimyung? Kami mempelajari Keimyung dan orang-orangnya termasuk bagaimana melarikan diri dari sini tanpa membuat kegaduhan." Jawab Do Kyeom.
Pimpinan Song tersenyum mendengar jawaban Do Kyeom, "tak heran anak buahku bilang jika mereka lebih merasa dimata-matai ketimbang memata-matai kalian."
"Baiklah, aku akan mengirimkan undangan lagi ke sekolah kalian. Aku senang kalian bergabung dengan sekolah ini secara sukarela." Pimpinan Song masih tersenyum. Ia menangkap sorot mata lain dari keempat anak itu, seolah mereka sedang meminta pertolongan padanya.
"Terimakasih, profesor Song." Ucap Woo Zi dengan nada penuh syukur yang tersamar.
"Ini adalah pertama kalinya kami bolos dari sekolah. Kami akan segera kembali ke sekolah karena jika orang tua kami tahu tentang ini, jangankan datang ke sini, kami mungkin tak bisa keluar dari kamar." Woo Zi mengucapkannya dengan wajah datar namun pimpinan Song bisa melihat bahwa ada kekhawatiran dari Woo Zi selaku anggota tertua dalam Xifos.
"Eh? Apa aku terlalu lama mengambil sodanya? Kenapa mereka cepat sekali perginya." Sekretaris Lee masuk ke dalam ruang pimpinan tepat di saat anggota Xifos hendak keluar dari ruang pimpinan Song.
"Antar kembali undangan mereka. Jika pihak sekolah masih menolaknya, aku yang akan datang menemuinya." Tutup pimpinan Song.
Keimyung University kembali geger karena suara bising yang berasal dari halaman depan Keimyung University. Sekretaris Lee segera berlari ke sumber suara, knalpot motor milik Blade tengah beradu dengan knalpot mobil milik grup Schwert, seperti tengah menunjukkan kekuatan kelompok masing-masing. sementara Xifos yang berdiri di pintu utama hanya menatap remeh pada kelompok Blade dan Schwert, "Kampungan."
Sekretaris Lee cukup kewalahan meminta kedua kelompok yang tengah beradu untuk berhenti, hingga sebuah suara yang lebih besar dan lantang menghentikan mereka.
"CUKUP!"
Blade dan Schwert langsung melepas tekanan gas yang mereka berikan, sekretaris Lee mematung dan melihat pemilik suara itu. Ia menghela panjang dengan tumbuh yang melemas karena kehabisan tenaga.
"Kenapa tidak muncul dari tadi." keluh sekretaris Lee.
"Panggil aku Hon Bin. Aku kepala keamanan di Keimyung University. Kalian semua berbaris sekarang juga." Perintah Hon Bin. Meski enggan, ketiga kelompok itu menuruti perintah Hon Bin. Mereka berbaris berdasarkan kelompoknya.
"Pimpinan… hosh… hosh… Mereka ada di sini." Sekretaris Lee masuk ruang pimpinan dengan napas tersengal.
"Aku sedang melihat mereka." ucap pimpinan Song.
"Mereka benar-benar… Aku tidak yakin mereka akan berubah. Haruskan kita menghubungi guru Hwang, Won bersaudara dan Malik?" tanya Sekretaris Lee ragu sambil ikut mengintip pemandangan yang ada di bawah.
"Tidak perlu. Kau hanya perlu menghubungi Fire." Jawab pimpinan Song.
"Fi—re?" ulang sekretaris Lee, "Fire bukan pengajar tetap kita, bahkan mereka sedang Nerada di puncak karirnya. Apa mereka akan melakukannya jika kita menghubunginya?" sambung sekretaris Lee.
"Mereka akan datang jika aku yang memanggilnya." Ucap pimpinan Song yang kembali melihat ke bawah.
"Tidak ada kendaraan selama kalian berada di Keimyung University. Ponsel, paspor, kartu identitas, dompet, headset, tinggalkan semua di sini. Koper kalian juga, kami akan melakukan penyaringan. Kalian tidak bisa membawa barang-barang terlarang ke sini." jelas Hon Bin.
"Ponsel? Kenapa? Bagaimana jika kami ingin menghubungi keluarga kami?" Jeong Han angkat bicara.
"Akan ada ponsel khusus yang hanya boleh digunakan selama kalian berada di Keimyung University." Jawab Hon Bin tegas.
Selagi mereka mengumpulkan ponsel, Min Gyu terlihat cemas dengan bolak-balik memutar ponselnya. Saat S.Coups akan mengambil ponsel Min Gyu, pemuda itu tampak ragu menyerahkannya, "Kau kenapa, Min Gyu-ya?"
"Apa mereka akan memeriksa ponsel kita, Hyung?" tanpa Min Gyu ragu.
"Kenapa memangnya?" tanya S.Coups balik.
"Aku menyimpan foto dan beberapa video Miyabi." Jawab Min Gyu.
S.Coups memukul kepala Min Gyu secara reflek, "Bodoh. Kenapa tidak kau hapus dulu hah?" S.Coups tetap mengambil ponsel itu sambil menahan tawa.
"Lalu, kenapa dengan dompet?" tanya Hoshi.
"Kalian tidak memerlukannya. Uang sekolah, tempat tinggal, makan, minum, semua menjadi tanggungan pemerintah dan sekolah ini. Uang saku? Kalian harus mendapatkannya sendiri." jawab Hon Bin yang memberi petunjuk pada penjaga keamanan lainnya untuk mengambil barang-barang milik ketiga kelompok itu.
"Ikuti aku." Ucap Hon Bin selanjutnya.
Ketiga kelompok itu berjalan masuk ke Keimyung University mengikuti Hon Bin. Dino merasa terusik dengan jawaban Hon Bin, ia menghentikan langkahnya.
"Tunggu. Apa maksudmu dengan mendapatkannya sendiri?" tanya Dino.
Hon Bin tak menghentikan langkahnya pun tak membalikkan tubuhnya, "Kau tahu jawabannya, anak muda."
"Maksudmu dengan bekerja paruh-waktu seperti yang biasa dilakukan siswa biasa? Kau gila? Kami ini butuh lebih banyak waktu untuk belajar." Jeong Han menyambar.
Hon Bin tertawa mendengar pembelaan Jeong Han, "Kalian yakin dengan jawaban kalian?"
Hon Bin menghentikan langkahnya, ia berbalik dan menatap satu persatu wajah remaja-remaja itu, "Yang satu lebih sering menghabiskan waktunya di jalanan, yang satu menghamburkan uang untuk barang-barang yang tak penting, dan yang satunya memang menghabiskan waktu untuk belajar tapi belajar sesuatu yang bisa membunuh. Apa kalian yakin kalian adalah pelajar yang butuh waktu untuk belajar?"
Ucapan Hon Bin menyudutkan ketiga kelompok itu, mereka sampai mengalihkan pandangan agar tak bertemu mata dengan Hon Bin, "Sekarang saat kalian memasuki dunia baru dimana kalian tidak diperbolehkan menggunakan uang yang diberikan orang tua dan harus bekerja, kalian protes menggunakan predikat kalian sebagai pelajar seolah kalian baru menyadari pentingnya belajar. Bo-doh."
"Sekarang pilihan ada di tanganmu. Menjadi pewaris keluarga yang tidak bisa melanjutkan pendidikan di mana pun atau patuh mengikuti aturan Keimyung University." Tutup Hon Bin lalu melanjutkan langkahnya kembali.
Sementara Hon Bin tersenyum puas karena berhasil membungkam mulut besar pemuda-pemuda itu, ketiga kelompok itu saling melirik berbagi pikiran dari sorot mata mereka. Mereka telah salah menilai Keimyung University bahkan kepala keamanannya.
"Sudah sampai. Ini asrama kalian. Kalian akan tidur bersama kelompok asal kalian selama guru pendamping dan yang bertanggung jawab mendidik kalian belum ada, tapi jika guru itu tiba, hak pembagian kamar akan penuh diberikan padanya." jelas Hon Bin sambil menyuruh ketiga kelompok yang nyalinya sudah tak sebesar di awal tadi masuk.
"Alarm telah diatur berbunyi setiap jam enam pagi agar kalian bisa berolahraga, setelah itu sarapan, mandi dan memulai pelajaran. Jam dua siang, kalian akan mulai bekerja paruh-waktu dan tidur jam delapan malam. Akan ada petugas yang melakukan pemeriksaan terakhir. Siklus ini berulang di keesokan harinya, terus menerus." Lanjut Hon Bin menjelaskan sistem kehidupan pelajar di Keimyung University.
"Haaa… selamat datang kebosanan." Keluh Won Woo.
"Masuk dan beristirahatlah. Jika kalian mau, kalian bisa saling berkenalan. Singkirkan pikiran ingin berkeliaran di sini. Jika tak ada izin, akan ada petugas yang siap menangkapi anak-anak seperti kalian." Tutup Hon Bin.
* * *
Tok tok tok.
Sekretaris Lee mengetuk pintu ruangan pimpinan, pagi itu wajahnya terlihat antusias sekali. Sekretaris Lee masuk setelah pimpinan Song memberinya izin.
"Pimpinan, Fire ada di sini." ucapnya dengan menggebu, bersamaan dengan masuknya enam orang dengan setelan jas.
"Orenmanidda, pimpinan Song." Sapa orang yang berdiri di tengah barisan dengan senyum tipis.
Bersambung ....