Chapter 5 - BAB 4

Keimyung University adalah sebuah sekolah kepribadian yang bangun oleh Kementerian Pendidikan. Sekolah ini dikhususkan untuk laki-laki karena tingkat kenakalan remaja laki-laki dalam rentang usia 15-18 tahun adalah yang tertinggi, terutama di tahun lima tahun terakhir.

Tahun 2016 adalah tahun puncak tingkat kejahatan seksual yang dialami perempuan, dengan pelaku rata-rata adalah remaja sekolah menengah atas. Meski Kementerian Pendidikan telah bekerjasama dengan Kementerian Teknologi untuk menutup beberapa situs dewasa dan ilegal tapi tidak ada jaminan para oknum remaja laki-laki berhenti melakukan kejahatan sekual.

Para orang tua saat itu tak bisa tenang ketika berada dalam situasi dimana ada remaja laki-laki yang berkeliaran berkelompok, meski belum tentu mereka adalah anak-anak yang nakal. Para orang tua yang memiliki anak laki-laki menjadi dua kali lebih waspada dalam pengawasan apabila anaknya kedapatan berkelompok, karena korbannya bukan hanya wanita dewasa atau remaja seumuran tapi yang terparah adalah korban masih dalam rentang usia balita.

Pelaku kejahatan seksual yang rata-rata adalah remaja seolah melupakan bahwa mereka lahir dari rahim seorang wanita. Bagaimana bisa mereka melecehkan wanita, padahal yang melahirkan mereka adalah wanita?

Song Seungwon tergerak untuk memperbaiki moral para remaja laki-laki itu. Ia merumuskan  hal-hal yang dibutuhkan untuk menyadarkan mereka tentang kewajiban yang harus mereka penuhi bukan hanya sebagai siswa tapi juga sebagai manusia untuk mendapatkan hak yang sesuai. Song Seungwon ingin menegaskan bahwa orang tua juga berperan dalam penyimpangan moral yang terjadi pada anak-anaknya. Dalam ketidakpedulian orang tua pada kondisi fisik dan mental anak-anaknya inilah yang menjadi salah satu sebab rasa kemanusiaan mereka terkikis.

Jika orang tua memberikan perhatian pada anak-anaknya, bukan hanya Ibu tapi juga Ayah memberi perhatian kepada anak-anaknya dan tidak menyerahkan semua yang berhubungan dengan anak kepada salah satu pihak saja, maka kemungkinan anak-anak tersebut terjerumus dalam lembah hitam akan semakin kecil. Meskipun anak-anak yang berada pada rentang usia remaja cenderung menolak atau mengabaikan perhatian kecil dari kedua orang tuanya, namun percaya atau tidak orang tua mereka menjadi benteng pertahanan pertama ketika mereka hendak melakukan kesalahan.

Hal inilah yang dipercaya oleh Song Seungwon hingga ia berani menyuarakan ide tentang sekolah kepribadian khusus di depan Presiden. Awalnya ide Song Seungwon hanya menjadi bahan tertawaan, bagaimana tidak? Sekolah kepribadian khusus? Apa yang akan diajarkan? Table Manner? Balet?

Tak menyerah meski menjadi bahan tertawaan, Song Seungwon menghabiskan hartanya untuk mendirikan sekolah yang ia rancang itu dengan murid generasi pertamanya adalah remaja dari Jeju yang tergabung dalam kelompok bernama Lucifer.

Song Seungwon membuktikan teorinya melalui Lucifer. Dalam kurun waktu kurang dari empat tahun, Lucifer mendapatkan julukan sebagai Shinee karena kelima anggota kelompok itu lulus ujian menjadi diplomat di usia muda dan setelah beberapa tahun, pemerintah mempercayai mereka sebagai Duta Besar mewakili Korea Selatan di lima negara berbeda. Choi Minho menjadi Duta Besar di Rusia, Kim Jonghyun ditunjuk menjadi Duta Besar di Jerman, Duta Besar Korea Selatan untuk Australia dipercayakan kepada Key, lalu Taemin menjadi Duta Besar di USA dan terakhir Onew menjadi Duta Besar di Singapura.

Setelah membuktikan kemampuannya dalam mendidik Lucifer menjadi Shinee, Pemerintah Korea Selatan  menggelontorkan dana besar-besaran untuk mendukung program Song Seungwon dan mengganti nama Keimyung yang awalnya Institut Keimyung menjadi Keimyung University yang akan berada langsung di bawah Kementerian Pendidikan.

Konon sebelum pemerintah Korea Selatan mengakui Keimyung, beberapa negara mengajukan diri untuk menjadi sponsor utama dengan syarat mereka diperbolehkan mengirim remaja dari negara mereka untuk bersekolah di Keimyung. Namun Song Seungwon mendirikan Keimyung bukan untuk menyelamatkan penerus bangsa lain, meski terseok Song Seungwon menolak negara-negara itu.

Lulusan Keimyung University menjadi lulusan terbaik dan sukses di hampir semua bidang di berbagai negara yang dituju. Meski begitu, ketika sekolah membutuhkan bantuan mereka, tidak ada pikir dua kali bagi mereka untuk kembali ke Keimyung University dan membantu almamaternya.

Dibalik itu semua, Keimyung University telah menjadi momok yang mengkhawatirkan bagi orang tua. Sejak dini, orang tua telah mengatur jalan hidup anaknya. Mereka mengarahkan sang anak untuk menjadi seseorang yang diinginkan orang tuanya, meski sang anak memiliki cita-cita sendiri namun kadang mereka harus mengubur cita-citanya untuk mewujudkan mimpi orang tua. Keimyung tidak akan pernah melakukan itu pada anak didiknya. Mereka membebaskan anak didiknya untuk memilih mimpi dan cita-citanya sendiri, lalu mendukung dengan penuh sampai mimipinya terwujud. Itu adalah harga yang dibayar Keimyung University jika anak didiknya mau bekerja sama. Itu juga yang menjadi kekhawatiran para orang tua yang anaknya mendapatkan undangan dari Keimyung University.

"Aku akan melindungi mereka bersama mimpi yang mereka punya, Ayah. Aku akan melanjutkan perjuanganmu yang sedikit tertunda ini, jadi beristirahatlah dengan tenang." Ucap pimpinan Song di depan foto besar sang Ayah, Song Seungwon, pendiri Keimyung University.

"PIMPINAN!!" teriak seseorang yang langsung masuk ke ruangan pimpinan Song tanpa permisi.

"Daepyonim…" ulangnya dengan napas tersengal.

"Atur dulu napasmu… Ada apa, Sektretaris Lee?"

"Kapten Jeon dan anggota Blade akan adu fisik." Jawab Sekretaris Lee dengan wajah paniknya.

Tak mendengar sampai selesai, pimpinan Song langsung bergegas mencari keberadaan Jung Kook dengan murid-muridnya. Mengikuti suara riuh, pimpinan Song dan sekretaris Lee tiba di lapangan rumput belakang gedung utama dimana kerumunan murid-murid mengelilingi Jung Kook dan anggota Blade yang berada di tengahnya.

Pimpinan Song langsung menerobos ke tengah kerumunan, "Ada apa ini? Kenapa kalian semua berkumpul di sini? Kembali ke kelas masing-masing sekarang!" perintah pimpinan Song yang tanpa perlawanan membuat kerumunan murid-murid itu hilang seketika.

"Jeon Jung Kook, apa yang kau lakukan? Keimyung University tidak pernah menggunakan kekerasan." Tegur pimpinan Song dengan memegang pundak Jung Kook.

Jung Kook menatap ketiga muridnya dengan tersenyum, "Mereka yang menginginkannya, aku hanya meladenin saja. Benar, kan?"

"Benar." Singkat Won Woo dengan tatapan tajam.

"Lalu, siapa yang akan maju lebih dulu? Sejak pindah unit, aku belum latihan fisik lagi." goda Jung Kook sembari melepas jaket bomber yang dipakainya dan menggerakkan engsel bahunya untuk pemanasan.

Won Woo melirik Vernon untuk maju lebih dulu. Vernon maju tanpa ragu menunggu Jung Kook menyerang. Jung Kook tahu bahwa Vernon terbiasa membaca pergerakan lawan yang lebih dulu menyerang, ia melayangkan pukulan pertama dan Vernon berhasil menghindari. Saat Vernon menghindar, tangan kiri Jung Kook mendarat di pangkal paha Vernon dan mengcengkeram otot syaraf hingga menyebabkan Vernon terjatuh karena kaki kirinya tak mampu menahan berat tubuhnya.

Won Woo dan Min Gyu yang melihat Vernon jatuh sempat menggerakkan tubuhnya namun keduanya kembali memasang kuda-kuda.

"Apa kau baik-baik saja, Vernon-ah?" tanya Min Gyu.

"Dia baik-baik saja, aku tidak mungkin mencederainya serius." Jung Kook menjawab pertanyaan Min Gyu.

"Siapa berikutnya?" tantang Jung Kook.

Won Woo hendak maju namun Min Gyu segera menghalanginya, "Aku saja, Hyung. Aku lebih rela mati lebih dulu daripada harus hidup tanpamu. Kau tahu aku sangat bergantung padamu, kan?"

Jung Kook terkikik mendengar ucapan Min Gyu yang terdengar tulus tapi juga menggelikan. Min Gyu langsung menyerang Jung Kook. Ia melayangkan pukulan ke wajah dan Jung Kook berhasil menghindar, sekali lagi Min Gyu mencoba mengarahkan pukulannya ke Jung Kook namun Jung Kook masih bisa menghindarinya. Mengambil ancang-ancang kembali, Min Gyu mengarahkannya kembali ke wajah karena tahu Jung Kook akan membuat posisi bertahan, lalu dengan tangan lainnya yang bebas, sebuah pukulan mendarat di perut Jung Kook. Pria itu terbatuk beberapa kali dan mengambil langkah mundur.

Jung Kook tersenyum, "Lumayan."

Jung Kook memprovokasi Min Gyu lagi. Sementara di sisi lain lapangan rumput itu, sekretaris Lee terlihat lebih cemas dengan pemandangan yang ada di depannya. Berulang kali tangannya menarik lengan jas pimpinan Song untuk memintanya bertindak.

"Kau tahukan Jung Kook seperti apa. Berhentilah khawatir, sekretaris Lee." Celetuk RapMonster yang muncul tiba-tiba.

"Oh? Dimana muridmu? Bagaimana mereka?" sekretaris Lee melihat RapMonster dan lupa kecemasannya tadi.

"Mereka seperti kami dulu." Jawabnya singkat.

Min Gyu kembali menyerang, ia menggunakan serangan kaki tapi Jung Kook lebih cepat. Ia menyerang leher Min Gyu hingga anak muda itu terjatuh sambil memegang lehernya. Min Gyu meringis kesakitan.

Melihat Vernon dan Min Gyu roboh karena serangan Jung Kook, Won Woo langsung menyerang Jung Kook tanpa henti. Meski sedikit kewalahan, Jung Kook tetap bisa mengelak dari serangan Won Woo.

"Kau cukup cepat. Mungkin karena usiamu masih muda." Jung Kook mengambil langkah mundur.

Won Woo menatap tajam ke arah Jung Kook, setelah serangannya yang bertubi, Won Woo cukup yakin Jung Kook kelelahan. Tatapan Won Woo yang tak berhenti membuat Jung Kook fokus hingga Won Woo tiba-tiba melayangkan kepalan tangan kanannya ke dada kiri Jung Kook.

Belum sampai pukulan itu mendarat di dada Jung Kook, kepalannya sudah lebih dulu dihadang oleh tangan Jung Kook. Bukan hanya Won Woo yang terkejut, orang-orang yang berdiri memperhatikan mereka juga terkejut.

"Bagaimana bisa?" lirih Won Woo.

"Kau pikir aku tidak tahu, kau sengaja menatap untuk mengalihkan perhatianku. Sayangnya gerakan kaki kananmu terlalu berisik untukku, Jung Won Woo. Aku hampir pingsan karena tinjumu jika tak menyadari gerakan kecil dari kakimu." Jawab Jung Kook sambil menghempaskan tangan Won Woo.

"Hari ini cukup. Bawalah teman-temanmu istirahat. Sekretaris Lee, tolong bantu Won Woo, oke?"

Jung Kook menghampiri kedua muridnya yang tak bergerak dari tempatnya, memukul tempat ia melumpuhkan syaraf . Setelah kembali normal, Jung Kook menyusul teman-temannya yang lebih dulu berjalan kembali masuk ke gedung.

Jeon Jung Kook seringkali diremehkan karena tampilannya tidak sesuai umurnya, tapi ia membuktikan kemampuannya hingga julukan 'The Wolf King' tersandang di namanya. Tak heran Jung Kook bisa berpangkat Kapten tanpa membutuhkan waktu yang lama.

"Aku akan pergi ke Cina."

RapMonster berbalik dan melihat Jin datang bergabung dengan Jun yang mengekorinya sambil menunduk.

"Kenapa tiba-tiba?" tanya RapMonster bingung.

"Sepertinya aku salah mengenai masalah Ming Hao." Jawab Jin.

"Pergilah, perbaiki kesalahanmu dan cepat kembali." ujar RapMonster singkat.

"Aku mengerti. Thanks." Jin berjalan mendahului tapi ia berbalik dan menatap Jun, "Oh, aku titip dia."

Sekretaris Lee muncul kembali dengan wajah panik.

"Ada apa lagi…" lirih pimpinan Song.

"Pimpinan… gawat!"

"J-Hope bilang dia akan membebaskan Hoshi dan membatalkan kontrak antara Keimyung dan orang tuanya." Jelas sekretaris Lee.

Pimpinan Song menghela panjang mendengar ucapan sekretaris Lee, ia mulai terlihat stress dengan langkah-langkah yang diambil Fire dalam menghadapi murid-muridnya.

"Anda yang bilang, anak-anak baru itu memiliki kemiripan dengan kami. Jadi, percayalah, yang kami lakukan sudah kami pertimbangkan matang-matang." RapMonster menenangkan pimpinan Song yang terlihat stress karena mereka dan murid-muridnya.

Di tempat lain, Suga dan kedua muridnya, Joshua dan Seung Kwan hanya bertukar pandang. Mereka melakukannya sudah lebih dari tiga puluh menit.

"Ada yang ingin kalian tanyakan padaku? Tanyakan apa saja, aku cukup terbuka." Suga melipat tangannya di dada dan menyandarkan tubuhnya pada pinggir meja.

Seung Kwan dan Joshua bertukar pandang, "Kenapa kau memilih kami?" tanya Seung Kwan kemudian.

Suga tersenyum mendengar pertanyaan Seung Kwan, seperti telah menebak pertanyaan pertama dari muridnya itu. Ia mengambil napas, "Kenapa? Tidak satupun dari kalian yang ingin menjadi pilot, lalu kenapa aku memilih kalian?"

Mendengar ketepatan Suga menjabarkan pertanyaan Seung Kwan, keduanya mengangguk. Suga menyunggingkan senyumnya, "Kita memiliki cerita yang mirip."

Suga berjalan menghampiri meja murid-muridnya, ia mencondongkan kepalanya ke dekat telinga Joshua dan Seung Kwan, "Kalian ingin menjadi seorang penyanyi, kan?"

Tebakan Suga membuat Joshua dan Seung Kwan terkejut. Melihat reaksi yang diberikan, Suga yakin tebakannya benar. Ia melemparkan senyum pada murid-muridnya, "Jadi, mau kubantu mewujudkan mimpi kalian?"

"Jangan memberi harapan palsu pada kami. Kami saja tidak bisa, apalagi anda." Jawab Joshua dingin.

"Kenyataannya, keluarga kami membuat jalan buntu untuk mimpi kami hingga pada akhirnya kami membuang mimpi itu. Anda mau membantu kami? Jangan bercanda." sambung Seung Kwan.

"Aku sudah bilang kita memiliki cerita yang mirip, kan? Artinya, kalian dan aku lahir dalam keluarga yang tak memberikan dukungan dan mengarahkan mimpi mereka agar menjadi mimpi kiita." Balas Suga.

"Ayahku seorang tentara dan ingin aku mengikuti jejaknya. Ia ingin aku menjadi tentara Angkatan Udara Korea Selatan, menerbangkan pesawat sukhoi dan pesawat tempur lainnya, sedangkan aku ingin menerbangkan pesawat biasa. Bukannya mendukung, Ayahku lebih sering mengejek dan memaksaku membuang mimpi. Baginya menerbangkan pesawat tempur jauh lebih membanggakan daripada pesawat komersil." Suga menceritakan kisahnya pada Joshua dan Seung Kwan yang mulai menyimak.

"Apa yang aku lakukan selanjutnya? Right! Melarikan diri, hingga akhirnya aku berada di Keimyung dan mempelajari banyak hal dari guru-guruku. Mimpi yang kubuang, mulai kuambil lagi dan kutata kembali. Kemudian, beginilah aku sekarang." Tutup Suga.

"Apa kalian mengerti korelasi ceritaku dan mimpi kalian?" tanya Suga.

Seung Kwan dan Joshua mulai mengerti karena mereka mengangguk hampir bersamaan. Suga tersenyum, "Kalian tahu tidak, kenapa orang tua kalian menolak mengirimkan kalian pada kami?"

"Karena begitu kalian berada di sini, sebuah kontrak antara sekolah ini dan orang tua kalian akan berlaku. Kalian dibebaskan untuk memilih dan mewujudkan mimpi kalian selama kami mendidik kalian menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Menyelesaikan pendidikan di sini, lalu keluar menjadi apapun yang diinginkan. Apakah orang tua yang sudah merancang masa depan kalian, setuju? Pastinya harus ada yang dikorbankan jika menginginkan kebaikan untuk kalian." Jelas Suga.

"Jadi, kami bisa menjadi penyanyi?" Seung Kwan dan Joshua jauh terlihat lebih bersemangat dari sebelumnya.

"Tentu saja." jawab Suga singkat.

Secara alami, kedua muridnya mulai terbuka tentang dirinya kepada Suga. Anak-anak tetaplah anak-anak, mereka butuh perhatian, uluran tangan, dorongan dan pengertian dari orang dewasa. Jika saja, ia dulu melarikan diri maka anak-anak di hadapannya tidak akan pernah tahu bahwa memperjuangkan mimpi bukan sebuah kesalahan.

-BUM!!!-

Suara ledakan berasal dari laboratorium. Semua yang berdiri di lorong langsung berhenti, tak terkecuali Suga dan kedua muridnya.

"Tae Hyung…" lirih pimpinan Song. Sementara Suga tersenyum.

Semuanya menghambur menuju sumber suara ledakan, yang bisa dipastikan berasal dari laboratorium dimana Taehyun dan Dino berada.

Bersambung .....