"Orenmanidda, pimpinan Song." Sapa orang yang berdiri di tengah barisan dengan senyum tipis.
Pimpinan Song tersenyum dan segera menjabat tangan tamu yang sangat ditunggu itu satu persatu, "Silakan duduk. Bagaimana kabar kalian? Apa semua berjalan dengan baik?"
"Semua berjalan dengan baik sampai anda memanggil kami ke sini." jawab pria yang duduk di ujung kanan dari sisi pimpinan Song.
"Jadi benar, ideku memanggil kalian sama dengan menghambat karir kalian." Sesal pimpinan Song.
"Mau bagaimana lagi. Bila anda sampai memanggil kami, artinya ada anak-anak yang kehidupannya sangat meresahkan." Jawab yang lainnya.
"Hahaha… Benar, ada anak-anak baru yang hidupnya meresahkanku. Ah, J-Hope, bagaimana karir F-1-mu, kudengar kau akan bergabung musim ini?" tanya pimpinan Song kepada pria yang duduk di sisi kirinya.
"Tidak di musim ini. Aku akan bergabung musim depan, karena sekolah ini selalu jadi prioritas pertama setelah lulus." J-Hope menjawab sembari menyunggingkan senyum bangganya.
"Lalu, maknae anhi maksudku Jung Kook, apa dia tidak datang?"
"Aku rasa dia baru saja tiba." Jawab pria yang memancarkan aura leader.
Sisi lain gedung Keimyung University. Kelompok Blade, Schwert dan Xifos tengah dalam perjalanan ke ruang kelas saat mereka menemukan seseorang berjalan sendirian di depan. Min Gyu tersenyum dan langsung menghampirinya. Tak segan Min Gyu langsung merangkul akrab orang tersebut.
"Kau pasti siswa baru juga. Kau berbuat apa di daerahmu? Apa kau ikut balapan liar? Berkelahi? Merampok? Aku sering berkelahi dan balapan liar di Gwangju, karena itulah aku di sini. Kau dari mana?"
"Oh… Annyeonghaseyo." Sapa orang yang dirangkul Min Gyu tanpa menjawab lebih dulu. Langkah mereka berhenti. Orang tersebut membungkuk kecil pada semua kelompok.
"Namamu siapa?" tanya S.Coups.
"Jung Kook. Jeon Jung Kook," jawab Jung Kook singkat.
Min Gyu baru akan membuka mulutnya saat Woo Zi mulai bicara, "Sekolah pemerintah apanya, ini sudah tengah hari tapi tak satupun guru terlihat. Cih."
"Ya, Kapten Jeon. Apa yang kau lakukan di sana?"
Sekretaris Lee berjalan di lorong dan langsung menghampiri kerumunan. Ketiga kelompok itu saling memandang seolah tengah salah mendengar. 'Kapten' kata sekretaris Lee.
"Oh sekretaris Lee, hehe. Aku sedang menyapa murid-muridku." Jawab Jung Kook sambil menyengir.
"Murid katanya."
Dari belakang sekretaris Lee, muncul satu persatu tamu kehormatan pimpinan Song. Jung Kook bergabung dengan mereka. Ketujuh orang itu berdiri berjajar bak pasukan Avengers dengan aura yang kuat. Sekretaris Lee memberi tanda pada ke tiga belas pemuda untuk mengisi kursi mereka, tanpa perlawanan para pemuda itu mengisi kursi siswa satu persatu.
"Yang berdiri di hadapan kalian adalah Fire, pengajar pilihan yang akan mendidik kalian selama di Keimyung University. Pria yang bersama kalian tadi adalah Kapten Jeon Jung Kook, detektif sukses di kepolisian Seoul. Kalian pikir dia seumuran? No no." jelas sekretaris Lee sambil menggerakkan telunjuknya ke kiri dan kanan, membuat kelompok Blade terutama Min Gyu menyembunyikan wajahnya.
Sekretaris Lee memulai kembali perkenalan antara guru dan murid itu. Ia memperkenalkan RapMonster yang merupakan leader dari Fire, ia menjadi kepala tim strategi pada pemerintahan presiden saat ini. Suga Ssaem, seorang pilot dari maskapai ternama di Korea. J-Hope Ssaem mengejar karirnya sebagai pembalap Formula-1, lalu Ji Min Ssaem adalah pengusaha muda yang sukses dan berhasil masuk majalah Forbess sebagai satu dari seratus pengusaha muda dunia yang berpengaruh. Tae Hyung Ssaem menjadi ilmuwan di usia muda dan memiliki lima hak paten di bidang kesehatan, dan terakhir Jin Ssaem, satu-satunya anggota Fire yang berprofesi ganda, sebagai seorang dokter bedah syaraf sekaligus Psikiater.
Fire adalah kelompok alumni Keimyung University sepuluh tahun silam. Sebelum berdiri sebagai tenaga pengajar untuk Keimyung University dan profesional di dunia kerja, mereka juga berasal dari lingkungan yang tak jauh berbeda dari Blade, Schwert dan Xifos.
"Kami baru memiliki gejala psikopat tapi kalian langsung mendatangkan seorang psikiater. Tidakkah kalian agak keterlaluan?" celetuk Hoshi yang membuat semua anggota Xifos menatapnya.
Para pengajar Fire hanya tersenyum, sedikit banyak mereka seperti nostalgia. Tae Hyung, sang ilmuwan maju selangkah masih dengan senyumannya, "Jangan terlalu serius. Ini aku bawa hadiah perkenalan."
Tae Hyung mengeluarkan beberapa bungkus permen karet dan mulai membagikannya satu persatu, "Ini adalah salah satu penemuan yang paling kubanggakan."
Semua yang menerima sebungkus permen karet membolak-balikkan bungkus permen itu, beberapa ada yang menatap aneh, ada pula yang melihat Tae Hyung remeh. Bagaimana mereka tak merasa aneh, yang mereka terima hanya sebungkus permen karet. Itu bukan penemuan yang bisa dibanggakan karena permen karet telah ada sejak mereka masih kecil.
"Permen karet ini bisa ditelan. Sangat aman. Aku jamin. Aku akan memeriksa mulut kalian untuk memastikan kalian menelan permen karet itu." ucap Tae Hyung masih dengan senyumannya.
Saat memeriksa satu persatu, Jeong Han menatap Suga dengan tatapan meremehkan, "Sungguh sulit kupercaya, kami akan diajar oleh seorang pilot. Aku rasa tidak ada satupun dari kami yang bercita-cita menjadi pilot. Cih."
"Kau merendahkan profesiku, anak muda!" Suga menggeram dengan menekankan kata anak muda sambil menatap Jeong Han tajam.
"Tenanglah Suga-ya, kau jauh lebih menyebalkan darinya dulu." Kata Jin yang mengambil langkah maju untuk mendapatkan perhatian anak-anak itu.
"Dengar! Meski kami baru lulus selama sepuluh tahun tapi percayalah. Kami memiliki lebih banyak pengalaman saat seusia kalian." Jin jauh lebih tenang saat berbicara dengan anak-anak karena profesinya sebagai psikiater membuat dirinya jauh lebih mudah menguasai situasi.
"Keadaanku dulu, jauh lebih kacau dari kalian tapi karena memasuki Keimyung University sama artinya dengan menyerahkan proses takdir maka inilah Jin yang kalian lihat sekarang. Tidak bisa kupastikan masa depanku jika aku menolak masuk ke sini." Lanjutnya dengan nada bicara yang meyakinkan.
"Kalian pasti pernah mendengar pepatah 'buah jatuh tak akan jauh dari pohonnya', pepatah itu bukan sekedar ucapan fyi. Guruku, Ha Si Won yang dikenal sebagai Won bersaudara karena menjadi pengajar bersama adiknya Ha Ji Won memberi pepatah itu padaku. Sekarang, aku memberi pepatah itu kepada kalian karena semua berawal dari sana." Jin masih melanjutkan ucapannya.
"Seorang sahabatku yang berprofesi sebagai peneliti pernah membeberkan fakta unik, bahwa masa depan calon keturunan manusia bisa dilihat dari kelakuan sang Ayah."
"Kami masih muda, kenapa anda menceritakan ini pada kami?" potong Dino. Ia tak habis pikir kenapa Jin Ssaem menceritakan hal itu pada siswa yang belum cukup umur. Dirinya bahkan belum pernah membayangkan apa yang terjadi besok.
"Karena masa-masa sekarang menentukan masa depan keturunan kalian. Jika kalian menjadi 'sampah' di masa sekarang, tidak menutup kemungkinan keturunan kalian menjadi 'sampah' di umur yang sama dengan kalian." Jawab Jin lugas.
Kelugasan Jin membuat RapMonster Ssaem dan yang lainnya tersenyum tipis, sementara anak-anak yang berdiri di hadapan mereka terlihat menunjukkan reaksi yang diharapkan. Kecemasan dan kegoyahan.
"Aku takkan menyebutkan perbuatan kalian satu persatu, tapi kembali pada yang kukatakan sebelumnya. Masa depan keturunan kalian ditentukan oleh jalan yang kalian pilih saat ini, karena buah jatuh tak jauh dari pohonnya." Tekan Jin.
Hening selama beberapa detik bukan tanpa sebab, Jin sengaja memberi waktu agar semua ucapannya dicerna oleh ketiga kelompok itu. Setelah melihat wajah-wajah yang mulai menerima ucapannya, Jin mulai bertepuk sekali.
"Baiklah, kita sudahi perkenalan ini. Hari ini tidak ada pelajaran, kami akan memberikan kalian pekerjaan paruh-waktu."
Anak-anak itu mulai bertukar pandang. Sejak tahu mereka akan memulai semuanya dari nol dan untuk mendapatkan uang diharuskan bekerja paruh waktu, mereka memiliki kecemasan yang berbeda tentang itu.
Jeon maju lebih dulu, dia melihat ke kelompok Blade, "Kecuali S.Coups, anggota Blade ikut aku."
"Kau yakin bisa menangani mereka?" tanya RapMonster.
"Mereka hanya bandit-bandit kecil, Hyung." jawab Jung Kook santai.
"Kau, Hoshi, ikut aku." J-Hope memilih siswanya.
Tae Hyung menatap Dino, "Dino milikku," sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Kau dan kau, ikut aku." Ji Min menunjuk Jeong Han dan Woo Zi yang bersebelahan.
"Ming Hao atau The8, kau bersamaku." Jin tersenyum lembut.
"Sorry, RapMonster, dua anak itu akan bersamaku." Suga tersenyum pada RapMonster sambil mengarahkan dua jemarinya ke arah Seung Kwan dan Joshua.
"Baiklah. Do Kyeom, S.Coups dan Jun… Wah, aku mendapatkan semua ketua dari tiga kelompok ini." ucap RapMonster yang dibalas dengan cekikikan dari keenam temannya, tak terkecuali sekretaris Lee.
"Itu lebih cocok untukmu." Celetuk Tae Hyung.
"Karena sudah dibagi, kalian silakan ikut gu—"
"Tunggu dulu. Aku tidak terima dengan pembagian ini. Tidak, selama penanggung jawabku ilmuwan." Dino menyela ucapan RapMonster.
"Aku juga. Aku meragukan kalian." Timpal Hoshi.
Tae Hyung dan yang lain tersenyum seperti sudah memperkirakan keadaan, "Lalu apa mau kalian?" Tanya Suga kemudian.
"Bertaruh." Usul Won Woo.
"Oh, suaramu lumayan juga Won Woo-ssi." ledek Jung Kook yang dibalas dengan tatapan tajam dari Won Woo.
"Bertaruh? Boleh juga. Sudah lama tidak melakukan hal seperti ini." ucap Tae Hyung yang jiwa kompetitifnya kembali muncul.
"Bertaruh? Apa yang kalian pertaruhkan? Sepertinya kalian tidak memiliki apapun kecuali tubuh kalian." RapMonster
mengucapkannya dengan nada meremehkan, seperti ia tengah melempar umpan pada anak-anak itu.
Mereka terpancing, "Harga diri. Kami mempertaruhkan harga diri kami. Jika kami kalah, kami akan melakukan semua yang kalian perintahkan. Semua, tapi jika kami menang, kami bisa keluar dari Keimyung tanpa kerugian. Tetap bisa memilih sekolah tanpa ditolak." Tawar Vernon yang daritadi hanya memperhatikan.
"Woah, menarik. Bagaimana jika balapan mobil?" tanya J-Hope bersemangat.
"Tapi, apa tawaran kalian tidak terlalu besar?" tanya Ji Min.
"Jika taruhannya kecil, kalian akan meremehkan kami." Jawab Vernon.
"Hahaha… untung aku sudah menanamkan nano GPS dalam tubuh kalian." Celetuk Tae Hyung.
"Nano GPS?" ulang semuanya.
"Sudah kukatakan, permen karet itu salah satu penemuan terbaikku. Bukan karena permen karet itu bisa ditelan tapi karena nano GPS di dalamnya. Saat usus mulai mencerna permen karet itu, nano GPS akan menempel pada dinding usus dan tentu saja aman. Nano GPS akan terhubung dengan master ponsel yang akan menunjukkan posisi kalian, seperti ini." Tae Hyung menunjukkan sebuah ponsel dimana 13 titik biru berada dalam satu ruangan.
Ketigabelas siswa itu terpukau terutama Dino yang membelalakkan matanya setelah sebelumnya meremehkan kemampuan Tae Hyung.
"Selagi kalian menyiapkan semua, aku akan membawa The8 ke ruang pimpinan." Jin menunjuk The8 untuk mengikutinya.
Tak ada pembicaraan selama perjalanan menuju ruang pimpinan. Meski Jin sudah berusaha membuka obrolan, The8 hanya menanggapinya sesekali dan singkat. Tiba di depan ruang pimpinan, Jin memberi isyarat pada The8 untuk membuka pintu dan masuk lebih dulu darinya.
Saat The8 membuka pintu, ia menemukan dua sosok orang yang dikenalnya.
"Papa? Mama?" bisiknya terkejut.
Bersambung .....