Chereads / Aku Susah Memilih / Chapter 4 - Tidak ada pilihan lain

Chapter 4 - Tidak ada pilihan lain

Biyah tak mengerti apa yang terjadi padanya. Ia berpikir bahwa ia sedang melakukan hal yang bodoh. Menangis tanpa alasan.

Satu yang pasti, alasan untuk ia mengeluarkan air mata ialah sesak di dadanya dan pikiran yang buta akan pilihan yang ia hadapi.

Biyah bisa dengan mudah berucap bahwa ia tidak peduli tentang siapa pun yang ada di hidupnya. Tetapi hatinya tidak berkata begitu. Biyah lebih memilih untuk berpura-pura tidak peduli, karna ia tak bisa mengungkapkannya.

***

Biyah terdiam menatap wajahnya di cermin. Apa yang membuat Faiz menyukai dirinya? Ia memandang seluruh tubuhnya. Ia berpikir bahwa ia tak lebih cantik dari Indri. Namun mengapa Faiz memilih dia?

Semakin ia membandingkan dirinya dengan Indri, dadanya semakin sesak, serasa ingin menangis.

Biyah kembali mengingat saat Faiz menyatakan cintanya di dalam bus. Perlahan air matanya menetes kembali.

Mengapa ia di berikan pilihan yang sangat menyakitkan?

Perasaan yang membuat semuanya terasa tidak adil, hingga kepala Biyah menjadi sakit saat memikirkannya.

Air mata Biyah terus mengalir hingga membasahi dagunya. Ia tak menghapus air matanya, ia terus memandangi bayangan dirinya di cermin.

Lihat! Betapa jeleknya! Betapa menjijikannya!

Batin Biyah meneriaki bayangannya dalam tangisan yang tak bersuara itu.

Biyah tau, bahwa sejak pertama kali ia kenal Indri. Indri memang sudah menyukai Faiz. Ia bersahabat dengan Indri juga karna Indri ingin dekat dengan Faiz. Namun sekarang, mereka akan bertengkar juga karna lelaki yang seumuran dengannya itu.

"Bi" Panggil Faiz di depan pintu kamarnya yang tertutup.

Biyah segera menghapus air matanya. Ia tidak ingin terlihat memiliki sebuah masalah di hadapan Faiz.

"Nih!" Faiz memberikan selembar tisu untuk menghapus air matanya. Biyah mengambilnya dan mengelap seluruh wajahnya dengan kasar.

"Ngapain lu kesini?!" Bentak Biyah dengan suara parau.

"Ibu yang nyuruh"

Huftt

Biyah hanya menghela nafasnya dan merebahkan diri di kasurnya dan menarik selimut hingga menutupi tubuhnya.

"Ibu nyuruh lu ngapain?" Tanya Biyah dari balik selimut. Dadanya mulai terasa sesak kembali, ia menutupi tubuhnya agar Faiz tak melihat ia sedang menangis.

"Jagain elu, katanya mau pergi" Faiz ikut merebahkan diri di sebelah kaki Biyah yang tertutup selimut.

Sssrrreeegggg!

Tubuh Biyah bagai di sengat aliran listrik saat tubuh Faiz mengenai kakinya.

Ia kembali mengingat saat ia menggangu Faiz jam 4 pagi di rumahnya untuk mengajaknya ke rumah Naomi, teman sekelas mereka, untuk menyelesaikan tugas sekolah.

Saat itu Biyah memeluk kaki Faiz dari balik selimut nyaman miliknya dan Faiz berteriak karena Biyah menggangu tidurnya.

Tak ada rasa suka maupun segan terhadap mereka berdua saat itu. Mereka masih biasa saja, menjalani semuanya tanpa perasaan.

"Gua tau lu ga mau tunangan"

"Gua mau kok!" Ucap Biyah sambil terisak.

"Lu masih kepikiran sama Indri kan?"

"Ga!"

"Gua ga suka sama Indri Bi!" Tegas Faiz.

"Tapi Indri suka sama lu" Biyah terus terisak tangisannya.

"Gua sukanya sama lu!"

"Kenapa lu baru bilang sekarang?!" Tangisan Biyah semakin menjadi di balik selimutnya. Faiz hanya terdiam mendengarnya.

"Kenapa pas gua dah lama kenal Indri?!"

"Kenapa butuh waktu selama ini, lu baru bilang?!"

Biyah menangis benar-benar menangis sedih dan bingung. Perasaannya bercampur aduk, ia tak sanggup menahan sesak di dadanya.

Faiz mengubah posisinya menjadi duduk. Namun Biyah masih terus menangis.

"Coba lu bayangin, lu tunangan sama cewe yang di sukain sahabat lu! Jahat banget!" Ucap Biyah sambil terus menangis.

Faiz mengerti perasaannya. Biyah berada di posisi yang sulit saat ini.

Faiz berpindah ke sebelah Biyah dan menepuk pundaknya.

"Bertahun-tahun gua bantuin dia buat deketin elu! Tapi kenapa elu malah sama gua?!" Biyah terus bergumam dalam tangisannya.

"Bi! Gua yang jahat! Bikin lu di posisi kayak gini" Faiz memberanikan diri untuk memeluk Biyah dari balik selimutnya.

Namun Biyah hanya terus menangis hingga tubuhnya bergetar.

"Bi! Udah!" Faiz mencoba untuk menenangkan Biyah.

"SEMUANYA JAHAT!" Teriak Biyah membuat Faiz mempererat pelukannya.

"AYAH SAMA IBU JUGA JAHAT!"

"GA NGERTI POSISI GUA!"

Biyah terus menangis di balik selimutnya.

***

Indri sedang mengemasi barang-barangnya. Ia benar-benar akan menikmati harinya di Singapore bersama Faiz. Walau di balik kata partner kerja, tetapi ia cukup senang dengan hal itu. Ia belum mengetahui soal pertunangan Biyah dan Faiz yang akan di adakan dalam waktu dekat ini.

Akan sangat menyakitkan untuk Indri jika mengetahui hal itu, terlebih lagi jika dia mengetahuinya dari kicauan burung liar. Pastinya akan di tambahkan bumbu-bumbu penyedap agar beritanya menjadi hangat dan enak.

***

Ibu Biyah membuka kamar Biyah, membawa makanan untuknya karna ia tak keluar kamarnya sejak 2 hari yang lalu.

Astaga!

Ia terkejut melihat Faiz yang tertidur sambil memeluk Biyah dari balik selimut.

"Astaga! Belum tunangan loh!" Teriaknya dan membangunkan mereka. Biyah masih terdiam dan memejamkan matanya.

"Sshhhuutttt!" Faiz mengisyaratkan agar Ibu Biyah tidak berisik dan membangunkan Biyah. Ia berpikir bahwa Biyah masih tertidur.

"Tante, soal pertunangan sama Biyah. Kayaknya saya ga bisa.."

Biyah segera bangun dari tidurnya dan mengubah posisinya menjadi duduk.

"Ga bisa lama-lama Bu!" Gumam Biyah lalu merebahkan tubuhnya lagi.

Faiz menatap Biyah yang berbaring sambil memerhatikan dia dan Ibunya. Ia mengedipkan matanya ke Faiz.

"Ini serius?!"

"Iya!" Jawab Biyah pasti.

"Besok lusa, tunangan ya!" Teriak Ibu Biyah sambil tersenyum bahagia berjalan keluar kamar Biyah.

"Akhirnya dapet calon mantu! Harus kasih tau Ayah ini!"

Faiz memutar pandangannya ke arah Biyah. Namun Biyah memejamkan matanya dan berpura-pura tidur.

***

Faiz dan Biyah bersiap untuk hari pertunangan mereka. Berita pertunangan itu pun terdengar hingga ke telinga Indri. Indri tidak marah mendengar hal itu, wajar saja mereka bertunangan. Orang tua Biyah mengenal Faiz sudah lebih dari orang tua aslinya.

Namun hal ini membuat Indri membenci seorang Biyah. Biyah bisa saja menolak pertunangan itu demi menjaga perasaannya. Tetapi, ia malah lebih memilih untuk memiliki Faiz, cinta pertama bagi seorang Indri.

Biyah selalu mengatakan bahwa ia membenci Faiz, dan hal itu membuat Indri yakin bahwa mungkin saja ia bisa mendekati Faiz. Namun, ternyata semuanya tidak sesuai dengan apa yang Biyah ucapkan.

Bagaimana bisa Biyah yang bodoh, melakukan hal selicik itu.

Indri tak menyangka, persahabatannya yang sudah terjalin bertahun-tahun harus berakhir seperti ini.

Ia merasa di khianati oleh seorang Biyah. Mengapa Biyah tak mengatakan semuanya kepada dia. Mungkin Indri akan mengerti posisi Biyah yang sebenarnya jika dia mengatakannya.

"Licik lu Bi!" Ucap Indri yang menangis melihat foto dirinya bersama Biyah saat masih SMK.

Ia tak habis pikir, baru saja ia bahagia karna akan berdua bersama Faiz di Singapore. Namun Biyah mengubah ceritanya menjadi 'Berdua Bersama Tunangan Orang'

Sungguh menyiksa hati. Kisah cintanya yang bertepuk sebelah tangan selama bertahun-tahun ternyata berakhir untuk sahabatnya sendiri.

"Gua sakit Bi!" Indri terisak tangisannya sambil memeluk foto yang ia pegang.