Chereads / Aku Susah Memilih / Chapter 5 - Harusnya Aku

Chapter 5 - Harusnya Aku

Indri tersadar dari tidurnya. Ia menangis sepanjang hari sambil memeluk fotonya bersama Biyah. Ia menyimpan foto itu kembali ke tempatnya.

Indri mengerti bahwa semua ini mungkin saja terjadi. Biyah mengenal Faiz jauh sebelum ia mengenalnya. Walau Biyah selalu mengatakan ia membenci Faiz, tetapi Faiz selalu memerhatikan Biyah dan ia menyadari semua itu.

***

Hiks hiks hiks!

Indri terisak tangisannya sembari menelpon Ardi, temannya semasa SMK.

"Udahlah Dri, kalo mereka mau tunangan. Lu mau gimana? Udah takdirnya" Ardi mencoba untuk menenangkan Indri. Namun Indri tak siap menerima kenyataan ini terlalu cepat.

"Cuma tunangan kan? Selama janur kuning belum melengkung. Faiz masih bisa di milikin siapa aja"

"Jadi iri gua sama Faiz, sumpah!" Ucap Ardi.

Indri tak bisa menahan tangisannya, ia memutuskan telponnya begitu saja.

***

Jauh di seberang sana. Ardi tengah menunggu Rendi, kembarannya. Untuk menjemputnya pulang, karna ia baru saja menyelesaikan shift kerjanya. Bekerja sebagai barista di sebuah resto, membuat Ardi tidak di berikan fasilitas apapun oleh orang tuanya. Ia diharuskan berjuang sendirian, lain halnya dengan Rendi.

DDRRRREETTT!

Hp Ardi bergetar, ia segera menjawab telpon itu.

"Ar! Lu balik sendiri aja! Gua masih ada meeting!" Teriak Rendi dari dalam hp itu dan langsung mematikannya.

Ardi termenung menatap hpnya.

"GA ADA AKHLAK LO ANJING!" Teriak Ardi ke hpnya. Dengan perasaan kesal Ardi berjalan menuju halte bus.

Ia termenung di bangku bus, mengingat kejadian yang di alami Indri.

Memang dulu Ardi pernah menyukai sosok Indri. Namun semuanya telah berubah semenjak Indri memilih untuk bekerja dan menjadi Sekretaris Faiz. Hal itu membuat Ardi mengerti bahwa Indri benar-benar mencintai Faiz tanpa pernah perduli dengan perasaannya.

Seorang yang pernah ada di hatinya, secara tiba-tiba datang kepadanya dan menangis karna hatinya terluka saat berjalan sendirian mengejar cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Ardi berpikir betapa adilnya tuhan dan alam semesta. Indri membuatnya terpuruk dan berhasil membuat seorang laki-laki itu menangis dalam hening tanpa suara.

Sekarang, Indri berada di posisinya saat beberapa tahun yang lalu. Ia mengerti, betapa menyakitkannya itu. Terlebih lagi kasus yang ia alami adalah cinta bertepuk sebelah tangan yang berjodoh dengan sahabatnya sendiri.

Jangankan wanita, seorang lelaki pun akan menangis saat berada di posisi seperti itu.

Sekuat apapun perasaan seseorang, tetapi mata tidak bisa berbohong. Ia akan mengeluarkan tangisan saat ada anggota tubuhnya yang terasa sakit.

Setegar apapun karakter seseorang, tetapi hati tidak akan berbohong saat ia merasa sesak di dadanya.

Ardi ingin melupakan Indri dan memulai cinta yang baru. Tetapi mengapa takdir seakan membuat ia terus menerus menikmati penyiksaan terhadap hati dan perasaannya.

Ia bersedia untuk mengusap air mata Indri yang keluar karna Faiz dan Biyah. Tanpa ia sadari, air matanya pun ikut keluar dan tak ada yang mengusapnya. Ia rela menjadi tiang untuk Indri bersandar, namun ia lupa bahwa ia bisa saja patah saat bebannya terlalu berat.

Ingin membenci seorang Indri, namun hatinya selalu saja berkata 'aku mencintainya'

Ia selalu berusaha menjauhi Indri demi menyelamatkan perasaannya. Namun takdir selalu bersikap egois dan terus menerus ingin mengiris dan mencabik bagian tubuhnya yang tak berwujud itu.

***

Siang itu, rumah Biyah di penuhi oleh banyak kerabat Ibu dan Ayahnya serta rekan bisnis dan teman kantor Faiz. Mereka tengah menghadiri acara pertunangan Putri dari Mahendra Wijaya pemilik pabrik dan kebun sawit di Sumatera.

Biyah menatap wajahnya di cermin saat ia sedang di dandani oleh seorang wanita yang lebih tua darinya.

"Ini make-upnya waterproof, kalo nangis ga bakal luntur" ucap ibu itu seraya memoles wajah Biyah.

Biyah seakan kehilangan akal dan pikirannya. Raganya duduk disini, namun jiwanya seperti mengelingi dunia masa lalu. Ia terus membayangkan upaya-upaya yang telah ia lakukan untuk menyatukan Faiz dan Indri.

Ia masih terus memikirkan betapa jahatnya dia yang menjadi tunangan kekasih yang di cintai sahabatnya itu.

Biyah termenung menatap riasan wajah dan tubuhnya yang membuat wajahnya menjadi berbeda.

Biyah adalah wanita yang baik dan setia kawan. Ia selalu mengangap dirinya seperti itu.

Namun, Biyah yang berada di dalam cermin itu, bukanlah dia. Biyah tidak secantik itu, jahat, dan tidak setia kawan.

Biyah terus saja menyalahkan dirinya sendiri.

***

Faiz memandang kotak cincin yang ia pegang. Tidak seharusnya ia melakukan ini. Ia tau bahwa Biyah tidak mencintainya. Semua ini hanya impian dari orang tuanya saja, tidak benar-benar karna pilihan hati seorang Biyah. Ia yakin bahwa Biyah melakukan hal ini hanya karna ia tak ingin melukai hati orang tuanya.

Terkadang Faiz berpikir untuk tidak melakukan pertunangan ini. Namun itu pun akan ikut melukai hati orang tua Biyah.

Jika ia teruskan, maka ia merasa ikut memaksa Biyah menjadi orang jahat dalam cerita persahabatannya.

***

Indri menghadiri pertunangan mereka, namun ia tak ingin mendekat. Ia takut melukai hatinya sendiri.

Indri menahan tangisnya saat melihat Biyah dan Faiz bertukar cincin. Ia mencoba untuk profesional, kehadirannya disini ialah sebagai tamu. Bukan sebagai orang ketiga di antara dua insan yang berjodoh di hadapannya.

***

Ardi pun ikut serta menghadiri acara tersebut. Ia memerhatikan Indri dari kejauhan. Ia juga menahan sakit hatinya saat menatap wajah sendu Indri. Terlebih lagi, Indri masih bisa berbincang dan tersenyum kepada sesama rekan kerjanya.

Jika Ardi menangis karna Indri lebih memilih setia menunggu Faiz. Bearti Indri adalah wanita yang lebih kuat dari pada Ardi. Ia bahkan bisa tegar menghadiri acara pertunangan lelaki yang ia tunggu selama bertahun-tahun. Bukan malah meninggalkan dan mencoba melupakannya seperti apa yang Ardi lakukan.

Ardi mencoba menelpon Indri.

"Halo"

"Halo Ar, kenapa?"

"Lu dimana?"

"Lagi ada acara sama temen-temen"

"Rumah Biyah?"

Indri tersentak mendengar Ardi yang mengetahui ia berada disana. Ardi mendekat ke arah Indri.

"Lu tau dari mana?"

Hlupp!

Ardi memegang tangan Indri dan mengajaknya untuk meninggalkan tempat itu. Indri hanya bisa menuruti Ardi dengan pasrah.

"Ngapain sih lu?!" Tanya Ardi.

Huftt

Indri menghela nafasnya.

***

Ardi membawanya ke tempat kerja. Tiba-tiba, seseorang memanggil Indri dari arah tempat live music pengiring resto itu dan memintanya untuk bernyanyi.

"Nyayi aja gapapa! Suara lu bagus!" Ucap Ardi di hadapannya

Indri berjalan lesu ke tempat live music itu. Saat intro lagu yang akan di nyanyikan Indri mulai di mainkan. Seketika, Ardi terkejut dan menatap Indri dari kejauhan.

Ku tak bahagia, melihat kau bahagia dengannya

Aku terluka, tak bisa dapatkan kau sepenuhnya

Aku terluka, melihat kau bermesraan dengannya

Ku tak bahagia, melihat kau bahagia

Semua pengunjung fokus akan nyanyian Indri.

Harusnya aku yang disana dampingimu dan bukan dia

Harusnya aku yang kau cinta dan bukan dia

Harusnya kau tau bahwa cintaku lebih darinya

Harusnya yang kau pilih bukan dia

Lagu Armada - Harusnya aku, seakan mewakili perasaannya dan juga perasaan Ardi.

Tentang ketidakrelaan akan melepas seseorang yang dicintai.

Benar-benar membuat Ardi tersentak dan ingin menangis mendengar setiap lirik dari lagu itu. Di tambah lagi suara Indri yang indah dan terdengar sangat menjiwai.

Harusnya aku yang disana dampingimu dan bukan dia

Harusnya aku yang kau cinta dan bukan dia

Harusnya kau tau bahwa cintaku lebih darinya

Harusnya yang kau pilih bukan dia

Indri mulai menitikan airmatanya, ia berhenti bernyanyi dan meninggalkan tempat itu. Semua orang menatap heran ke arah Indri.

"Dri! Lu mau kemana?!" Teriak Ardi.

Indri tak menjawabnya dan berlalu begitu saja sambil terus mengusap matanya yang berair.