Chereads / Aku Susah Memilih / Chapter 7 - Berubah

Chapter 7 - Berubah

Hari itu Biyah menghadiri sebuah seminar tentang Author Komik. Ia bertemu dengan seorang laki-laki bernama Reza, Reza adalah seorang senior bagi Biyah. Karna Reza sudah lebih lama mendalami tentang cara pembuatan komik.

"Namibiyah?" Tanya Reza yang duduk di sebelah Biyah.

"Iya kak"

"Besok mau ikutan ga? Anak-anak komunitas ada yang mau ke club, buat referensi bikin komik" ajaknya. Namun Biyah menolaknya, karna ia merasa tidak membutuhkan referensi itu.

"Ga ngapa-ngapain kok, cuma dateng aja trus liat-liat. Yahh buat referensi doang" paksanya. Akhirnya Biyah pun menuruti permintaannya. Ia berpikir walau pun ia tak membutuhkan referensi disana, setidaknya ia bisa menambah teman dengan sesama illustrator.

"Besok jam berapa?"

"Gua boleh minta nomer lu? Biar gua jemput aja" ucapnya. Biyah yang terlalu polos pun dengan mudahnya memberikan semua yang Reza minta.

***

Indri mengantarkan berkas penting kepada Faiz. Faiz masih terlihat sangat muak dengannya. Mereka berbicara seadanya dan seperlunya saja.

Hingga akhirnya Indri mulai menanam benih kebencian kepada Biyah. Ia mulai merasa Biyah membuat ia sangat jauh dari Faiz.

Indri mengirimkan pesan kepada Biyah yang bertuliskan;

INDRI

Bi, gua buntu sekarang!

Gua ga punya temen disini

Lu tau gua suka sama Faiz dari dulu

Walau pun gua bareng Faiz disini

Gua tetep berasa sendirian Bi!

Kadang gua mikir, gua mau berhenti suka sama dia

Tapi setiap gua mikir kek gitu, gua mau nangis

Gua ga mau keliatan alay pake kata-kata kek gini

Tapi otak gua sumpek ga bisa luapin kemana-mana

Notif-notif itu pun tersampaikan ke hp Biyah. Namun Biyah hanya membacanya saja. Ia rasa, ia sudah tidak akan menggangu mereka lagi.

Semenjak hari itu, Indri terus mengirimi Biyah pesan-pesan yang mengisyaratkan bahwa hatinya kacau karna hubungannya dengan Faiz tidak baik-baik saja. Tentu semuanya karna status Faiz dan Biyah yang menjadi tunangan.

***

Biyah dan Reza sampai di club. Seperti yang di katakan Reza, mereka berkumpul bersama dalam sebuah komunitas.

Sebagian dari mereka ada yang melihat-lihat tempat DJ (Disc Jockey) dan keadaan sekitar mereka. Biyah terpisah dari anak-anak lainnya. Ia hanya duduk di kursi yang di sediakan disana. Beberapa orang memerhatikannya. Namun Biyah hanya melamun memikirkan apa yang telah terjadi kepadanya. Rasa bersalah itu seakan telah memakan sebagain suasana hati Biyah untuk beberapa hari ini.

"Minum?" Tanya seorang wanita dengan pakaian mini dan lumayan seksi di samping Biyah.

"Ga kak" jawab Biyah sopan.

"Truss mau ngapain ke sini kalo ga minum?"

"Referensi aja buat bikin komik" jawab Biyah dengan polosnya. Wanita itu pun tertawa mendengarnya.

"Lu coba dikit, dikit aja!" Pinta wanita itu menuangkan seperempat minuman yang Biyah tak mengerti jenisnya apa.

"Ga kak makasih! Ga bisa mabok!" Jawab Biyah dengan tegas.

"Minum dikit ga bikin mabok kok, biar lu tau aja rasanya kayak apa" ucap wanita itu menyodorkan minuman ke Biyah. Biyah pun menurut saja setelah mendengar minuman itu tidak membuat mabuk.

Biyah meminum minuman yang tak ia kenali itu, ia hanya merasa pahit yang memenuhi tenggorokannya.

"Rasanya gimana?" Tanya wanita itu.

"Ga enak!" Teriak Biyah.

"Ntar juga kebiasa kalo sering-sering" ucap wanita itu dan pergi.

Kejadian itu adalah awal untuk seorang Biyah mengenal dunia hitam yang tak pernah terpikirkan olehnya.

***

Setiap hari Biyah mendapat sms-sms tidak berguna dari seorang Indri. Semua keluh kesah Indri bersama Faiz hanya menambah bebannya saja. Hingga lambat laun membuat Biyah menumpuk bebannya sendirian. Ia tak mungkin menceritakan tentang Indri lagi ke pada siapa pun, termasuk Nurul. Nurul pastinya akan mendukungnya untuk menyakiti Indri. Namun bukan itu yang Biyah inginkan.

Hanya satu yang ada di kepala Biyah untuk melampiaskan bebannya, dengan pergi ke club dan meminum minuman yang pernah ia cicipi.

Biyah pernah mengalami hal yang sangat membuat keluarganya terkejut. Kala itu ia minum sangat banyak hingga membuatnya mabuk, dan ia meminta Nurul untuk mengantarnya pulang.

Sejak saat itu, Biyah yang polos dan absurd telah berubah sejauh dari kutub utara ke kutub selatan. Ia menjadi kasar, dan sering marah-marah. Efek minuman keras yang sering ia konsumsi sangat berpengaruh pada dirinya sendiri.

***

Biyah pulang dengan keadaan mabuk, dan ia langsung memasuki kamarnya.

"Bi! Ada telpon dari Faiz!" Teriak Ibunya.

"NGANTUK!" Teriak Biyah melebihi Ibunya.

Biyah memandangi foto Faiz yang terpajang di mejanya. Namun pandangannya tidak stabil, terkadang sangat buram dan terkadang sangat jelas. Kepalanya terasa pusing.

Biyah menegakkan tubuhnya dan mengambil foto itu.

Ia terus memandangi wajah Faiz yang tersenyum di balik frame foto.

Tanpa sadar, ia tertidur.

***

Sudah berbulan-bulan Faiz kehilangan komunikasinya bersama Biyah. Ia pun bertanya kepada Indri. Indri pun menjawab dengan hal yang sama.

Faiz tak pernah berpikir bahwa Biyah akan berselingkuh atau semacamnya. Ia mencoba mengerti keadaan Biyah. Ia berpikir bahwa Biyah tengah sibuk dengan deadline komiknya.

"Iz, udah ada kabar dari Biyah?" Tanya Indri. Namun Faiz hanya menggeleng.

Faiz memandang foto wisudanya. Ia berharap suatu saat foto itu menjadi foto pernikahannya bersama Biyah.

***

Biyah tak beranjak dari tempat tidurnya, ia merasa seluruh tubuhnya lemas dan sakit. Perutnya yang kosong membuatnya mual berkali-kali.

Wajah pucat Biyah membuat Ibunya khawatir. Ibu Biyah menelpon Dokter untuk datang ke rumahnya dan memeriksa Biyah.

"Biyah sakit apa Dok?" Ibu Biyah membawakan segelas air minum untuk dokter tersebut.

"Ga usah khawatir Bu! Menjelang kehamilan ke- 5 minggu memang sering meriang dan mual" Jelas dokter itu.

Seketika tangan Ibu Biyah bergetar dan kakinya terasa lemah. Ia segera menaruh minuman itu di atas meja dan duduk di hadapan dokter.

"Dokter ga salah? Coba periksa lagi dok!" Ia tak percaya dengan penjelasan Dokter itu. Bagaimana bisa putrinya hamil? Tunangannya berada jauh darinya, siapa yang menghamilinya?

"Hasilnya sudah jelas Bu, saya masih ada pasien lain. Saya pamit dulu Bu!" Ucap Dokter itu membawa tasnya dan berlalu.

"Iya, terimakasih dok" Ibu Biyah masih tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Berita yang sangat menggelegar di telinganya. Dadanya mulai terasa sesak, dan ia pun menangis. Ia segera menelpon Suaminya dan memintanya pulang.

Apa yang salah dari dirinya sebagai seorang Ibu?

Ia bahkan membesarkan putrinya dengan penuh kasih sayang.

Mengapa begitu tega putrinya melakukan hal seperti itu.

Sangat memalukan!

***

"BIYAH!!" Teriak ayahnya di depan kamar.

Biyah segera bangun dengan menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Ia berjalan dengan tergopoh-gopoh dan menahan rasa pusing di kepalanya.

Saat ia membuka pintu kamarnya.

PPPLLAAAKKK!

Biyah terjatuh dan tersandar di ujung pintu. Ibunya segera melindunginya sambil menangis.

"SUDAH!!" Teriak ibunya sambil terisak.

Tamparan dari ayahnya itu terasa amat kuat.

"ANAK KURANG AJAR KAMU!!" Ayahnya sangat marah.

"SUDAH!!" Ibu Biyah terus melindungi putrinya itu.

"KAMU LIAT MUKA SAYA! LIAT!!" Teriak Ayahnya sambil menjambak rambut putrinya yang panjang itu.

"MAU DI TARUH DI MANA MUKA SAYA?!!"

"PUNYA ANAK KAYAK KAMU!!"

"SALAH APA SAYA SAMA KAMU?!" Teriak ayahnya. Kata-kata itu terasa amat kasar. Bahasa yang biasanya di gunakan dengan sebutan 'Ayah' kini berubah menjadi 'Saya'. Seakan sudah tidak ada ikatan apa-apa.

***

Malam itu, Faiz mendapat telpon dari Ibu Biyah dengan isakan tangis di sepanjang obrolannya. Faiz terdiam, ia tak tau apa yang harus ia lakukan. Ia tak mengerti, mengapa Biyah bisa melakukan semua ini. Seakan Biyah tak menghargai pertunangannya bersama Faiz.

Faiz mematikan lampu kamarnya, dan ia menangis di dalam gelap. Ia menahan suaranya agar tak terdengar hingga ke kamar Indri.

Dadanya seakan sesak dan penuh beban. Ia tak mengerti mengapa hubungannya serumit ini.