Chereads / Your TWIN Sister / Chapter 3 - Dexa

Chapter 3 - Dexa

Mendengar hal itu, Aku langsung berusaha memalingkan wajah agar tak dilihat olehnya. dengan usahaku Pria itu mendekatiku dan duduk di samping sisiku yang kosong lainya.

"Dexa, Bagaimana bisa kau mengejutkanku seperti ini." Ucap Pria itu senang. Tubuh ku seketika di raihnya dalam peluknya.

Sekali lagi aku merasa terkejuta dengan perilaku yang kudapatkan dari mereka. ' Kenapa Dexa berteman dengan orang seperti ini.' batinku.

Aku yang di dekap hangat oleh Pria in, tak bisa bereaksi apapun. tubuhku seakan menerima perilakuan seperti ini karna mereka tampan mungkin. Tapi bukankah ini termasuk jenis pelecehan bagi wanita, mereka mencium dan memeluk dengan seenaknya.

Sekali lagi aku berharap Tita muncul dan membantuku, tetapi dia bahkan tak terlihat batang hidungnya. aku merasa ingin menangis saat merasa situasinya akan semakin parah jika aku tak menjelaskan pada mereka bahwa aku bukan Dexa yang mereka kenal.

Kuputuskan untuk menghubungi Tita, dari pada menunggunya muncul. Tapi tiba-tiba, Ponselku di tarik oleh Pria yang memelukku tadi. karna terkejut, aku menatap jemariku yang kosong dan menatapnya kesal.

"Malam ini Ponselmu akan ku sita. Nanti setelah Party selesai akan ku kembalikan lagi Babe." Dan setelah mengucapkan hal itu, dia mengecup bibirku dengan lembut.

Dengan kesalah pahaman seperti ini, kekacauan sebesar ini semakin tak bisa ku selesaikan nantinya. Aku merasa bingung harus berbuat apa. tapi, ketika pandanganku menatapnya hatiku tiba-tiba berdebar tanpa ku sadari.

Karna Pria tamban yang satunya mulai memanggil teman-temanya yang lain. maka Semakin banyak yang datang berkumpul di Meja ini, Aku secara otomatis terkepung dalam perkumpulan pria-pria ini.

Party yang mulai meriah, membuat minuman keras mulai berdatangan di atas meja. Aku bisa melihat beberapa botol Wisky dan Koktail mahal terletak disana, seketika rahangku turun karna melihat betapa mahalnya yang mereka minum.

walaupun aku bukan anak pecandu Club malam, tapi hampir setiap minuman mahal pasti tahu. karna Tita akan selalu mentraktirku minum.

Segelas minuman mulai disodorkan padaku, dan suara sorakan mereka membuatku tak nyaman. bagaimana bisa aku berada situasi seperti drama yang kutontong kemaring. ditengah-tengah pria tampan, mereka menyodorkanku gelas.

Pria itu terus menyodorkan gelasnya, sampai menunggu aku menerimanya. Dengan terpaksa, aku mengambilnya. dan benar saja, riuh suara teriakan mereka membuat telingaku sakit.

" Ayo, minumlah. itu kesukaanmu kan."

Mau tak mau aku langsung menenggak isi gelas itu agar kosong. Dan suara riuh mereka terdengar lagi.

Melihat reaksi mereka terhadapku, Aku sadar bahwa Hidup Dexa sangat bebas diluar sana. Dan dia pasti sudah terbiasa hidup seperti ini.

Setelah menenggak gelas kesekian, tubuhku mulai terasa pusing dan gerah. Karna minuman yang mereka sodorkan kepadaku berkadar tinggi aku sudah menebak efeknya pasti akan muncul dengan cepat.

merasa gerah, aku mencoba mencari sesuatu untuk bisa mengikat rambut tergeraiku. Dengan mengambil salah satu serbet yang tergeletak diatas meja, aku mencoba meraihnya dan mulai mengikat ramput panjangku agar bisa kuikat.

Dengan sekali ikat, aku berhasil membuat leherku terekspos dan terkena dinginya udara AC di ruangan ini.

Rasa dingin yang mengitari leherku, membuat kegerahanku mulai hilang sedikit.

Sampai akhirnya, ada yang menyodorkanku gelas minuman lagi. Aku yang berusaha menolak, dengan menggeleng pun tak berhasil. Pria itu masih kekeh menyuruhku meminum gelasnya.

Dengan terpaksa ku ambil gelas itu, dan ku minum dengan cepat. setelahnya aku merasa semakin pusing. karna tak kuat, pada akhirnya aku menjatuhkan kepalaku pada seseorang yang berada di sampingku tanpa tahu siapa dia.

Aromah maskulin tubuhnya yang menggelitik hidungku, seakan menjadi obat untuk menenangkanku. Suhu tubuh Pria ini juga membuatku nyaman untuk berada dalam dekapannya.

Betapa nyamanya aku, dalam dekapnya. Berulang kali aku bisa merasakan bahwa pucuk kepalaku dia cium dengan lembut.

Seakan seperti barter diantara kita, dia membiarkanku bersandar di dadanya. dan dia mencium pucuk kepalaku berulang kali.

Merasa efek pusing dari minuman semakin parah, kedua mataku terasa amat sulit untuk terbuka. karna hal itu aku mulai merasa sesak dan tak nyaman. Aku pun memilih bersandar pada punggung sofa yang kududuki untuk bisa bernafas.

Aku benar-benar ingin pergi dari sini, tapi keadaanku semakin tidak memungkinkan. aku membiarkan denyutan kepalaku menghantam diriku agar cepat menghilang.

Tapi entah mengapa perasaanku saja atau karna efek mabuk, aku merasa tubuhku seketika di tarik dan di bopong berdiri.

" Kamu mau kemana Nik?" teriak salah satu dari mereka.

" Jo kau ambil alih partynya. Aku mau balik dulu, Lihat Dexa sudah tak nyaman." mendengar hal itu, aku hanya merasa bersyukur bahwa Pria ini masih baik mau membantuku keluar dari tempat ini.

" Ok Bro tenang saja."

Setiap langkah, aku bisa merasakan bahwa dia berusaha membopong tubuhku. karna masih merasa mabuk, aku masih tak bisa membuka mata hanya pasrah dan mengikuti langkahnya.

sampai akhirnya, aku merasa tubuhku mulai di gendongnya dengan alah bridal style, dan seketika aku merasa bisa melemaskan tubuhku.

Tanpa penolakan, Aku hanya pasrah padanya. Tapi entah mengapa aku bisa merasakan keterkejutanya saat menggendongku. Mungkin karna diriku yang lebih berat dari pada Dexa yang sangat ramping. Seharusnya membuat dia sadar bahwa aku bukan Dexa.

Dalam gendongnya aku sempat merasa nyaman dan tenang. padahal dia hanya pria asing yang tak kuketahui.

Setelah membawaku keluar, rasa pusingku mulai sedikit menghilang. dan aku bisa mengintip samar-samar apa yang berada di depanku.

Dalam gendongnya, aku merasakan dia mencoba untuk membuka Pintu mobilnya. setelah berhasil, dia mendudukanku dengan berhati-hati di samping kemudi. tak lupa memasang sabuk pengaman juga dia membuatku aman.

Mendengar pintu kemudi ditutup, aku berfikir pasti aku akan di bawah pergi olehnya

Dengan mengingat keinginanku One night dengan siapapun malam ini, aku Tak peduli akan dibawah kemana olehnya. karna aku berharap malam ini aku bisa meraskaan pengalaman One Night di hidupku.

Mobil ini seketika berhenti ditempat yang tak ku ketahui. aku yang merasa efek mabukku tak separah tadi berusaha membuka mata dan memijat kepalaku.

" Kita sudah sampai Dex, apa kau bisa jalan?"

Mendengar hal itu aku hanya menggeleng.

setelah mendengar suara pintu di tutup, aku merasakan bahwa pintu disampingku terbuka dan benar saja, dia sekali lagi menggendongku untuk keluar dari mobil.

Aku mendengar Pria itu bercerita, bahwa dia sempat kesal dengan Dexa yang egois. dan hal itu membuatku berusaha untuk mengatakan aku bukanlah Dexa.

"Tapi, aku bukan Dexa. dia masih di Jakarta." ucapku kesal. " Aku Dekaaa." teriakku dengan memijat kepalaku yang masih pusing.

mendengar ucapanku, pria itu nampak tak peduli akan apa yang dia dengar, karna baginya ucapanku terdengar melantur karna efek mabuk.

Suara dentingan pintu yang kudengar, membuatku menyipitkan mata untuk melihat dimana diriku berada. Dan benar saja, aku hanya bisa melihat dekorasi megah yang kufikir pasti ini hotel.

Tanpa memesan kamar, langkahnya langsung masuk kedalam Lift dan menekan tombol.

Aku yang merasa mulai bisa membuka mata memukul dadanya untuk mengintruksi bahwa aku mau turun.

Dan ternyata itu berhasil, Pria itu menurunkanku dan membiarkanku berdiri dalam dekapanya.

Aku yang mulai bisa mengamati sekitar, melihat desain Lift yang kita naiki sangat elegan membutku berasumsi bahwa ini bukan Hotel biasa.

suara dentingan dan pintu terbuka, membuatnya melangkah keluar dengan membopongku.

Aku yang melihat beberapa pintu kamar yang ku lewati nampak mewah, merasa tak percaya.

Pria itu pun mencoba mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya. dan seketika menempelkan kartu itu pada gagang pintu.

Suara pintu yang terbuka, membuatku membuka mata mengantisipasi. Aroma ruangan yang cukup wangi dapat kucium. Dan aku tersadar bahwa ruangan ini berbau bungan mawar kesukaan Dexa.

Pria itu segera mengarahkanku ke sofa besar yang ada disana dan membaringkan tubuhku. Setelah pusingku mulai hilang, aku menyandarkan punggungku di sofa, dan aku bisa melihat siluitnya mejauh.