Tita terlihat asyik memilih beberapa lipstick, sedangkan aku memutuskan menunggu diluar outlet dengan melipat kedua tangan karna malas. pada akhirnya, Tita selalu membuatku menjadi patung di depan toko karna harus menunggu dia berbelanja.
melihat Tita masih sibuk mengoles segala warna di tanganya, aku hanya menatapnya dari jauh dengan malas. sampai suara berat Om Tita mulai mengajaku bicara.
" Bukankah kamu juga seharusnya ikut memilih seperti Tita?" mendengar pertanyaanya aku hanya tersenyum dan menggeleng pelan.
" Tidak perlu Om, aku dan Tita memang memiliki kesukaan yang berbeda. dia akan kalap kalau sudah masuk toko accesoris seperti itu. dan aku hanya menjadi tim menunggu diluar." jawabku jujur.
" Kenapa?" dengan dahi berkerut.
melihat reaksinya aku hanya tersenyum. " Karna aku tidak terlalu suka hanting make up atau barang-barang lucu seperti Tita, kalau perlu baru beli."
mendengar jawabanku, wajah Om Tita nampak tak bingung. " Mana mungkin ada cewek yang tidak suka masuk toko seimut itu." tunjuknya.
sekali lagi, Deka nampak tersenyum." Yah memang seperti itu yang terjadi." jawabku tanpa ingin menjelaskan lebih panjang lagi. karna bagiku, bagaimana pun memang kebiasanku tampak aneh bagi orang awam.
Setelah menunggu hampir 20 menit, Tita keluar membawa 2 paper bag kecil dan menyodorka salah satunya padaku.
"Dek, kubelikan warna baru."
tanpa sungkan, aku menerimanya. " Terima kasih." dan dia menarik lengan kiriku untuk berjalan ketempat lain. dan Om Tita masih setia mengikuti langkah kita berdua tanpa berkata apapun.
(1 jam yang lalu)
"Apa kalian mau pergi keluar?" mendengar hal itu, langkah kami terhenti. merasa kesal, Tita nampk berbalik dan melihat Omnya dengan malas.
" Memangnya kenapa sih Om, keluar atau tidak itu urusan kita." mendengar ucapan Tita, Omnya mulai melangkah mendekat.
"kalau begitu, kuantar saja bagaimana? tiba-tiba aku kangen suasana Surabaya."
mendengar penjelasanya, Tita nampat tak percaya dan tertawa meledek. " Om sudah lah, jangan bikin gara-gara. aku lagi malas berdebat." tolaknya.
penolakan Tita membuat Omnya tiba-tiba meraih seauatu dari balik jasnya. aku dan Tita nampak memperhatikan apa yang sedang dia ambil. sampai sebuah Card hitam dia tunjukan pada wajah Tita.
" Kau bisa menggunakan ini jika aku kau ajak."
melihat kesempatan emas, iris mata Tita nampak berbinar. dia seketika meraihnya dan berbalik tanpa berbicara apapun lagi. aku yang masih mengikuti langkah Tita hanya diam tak mau ikut campur.
Tanpa perdebatan pula, Tita mulai berjalan kearah mobil putih yang terpakir di garasi dan menunggu pintu itu dibuka secara otomatis. dan sampai akhinya kita berada dalam situasi seperti saat ini.
~Your Twin Sister~
"Dek, kurasa aku ingin ke H&M sebentar deh."
mendengar penuturan Tita aku hanya menganguk mengerti tanpa menolak. kali ini, Tita menariku tanpa membiarkanku menunggu diluar. Sedangkah Omnya masih mengikuti langkah kita tanpa mengatakan apapun. dia hanya mengikuti dengan diam.
" Kita habiskan uangnya hari ini Dek." Bisiknya lirih di telingaku.
"Apa kau gila, jangan bertindak keterlaluan Tit." balasku berbisik.
" Salah sendiri, siapa yang suruh dia ikut sangat menggangu sekali." jawaban Tita hanya membuatku menggeleng tak habis fikir. sikapnya masih kekanak-kanakan.
memilih dan mencoba beberapa baju, memakan waktu hampir 1 jam di toko. aku yang bisa melihat wajah lelah Omnya Tita merasa kasian.
" Tit, biarkan aku menunggumu diluar yah." ajuhku.
"Tapi kamu belum memilih baju sama sekali?"
kugelengkan kepalaku menolak. " Aku hanya butuh tempat duduk." pintaku memohon.
Tita nampak mengerti maksudku, segera mengangguk mengerti. " Ok, carilah tempat duduk sana. aku masih mau mencoba koleksi mereka."
karna mengerti, aku hanya segera berbalik dan meraih tangan kiri Om Tita untuk membawanya keluar dari toko.
melihat tindakanku, aku bisa merasakan keterkejutanya.
" Kenapa kita keluar?" bingungnya.
" Om, kita lebih baik mencari tempat duduk dari pada berdiri membuat kaki pegal."
dan setelah itu dia hanya mengikuti langkahku tanpa ingin mengucapkan apapun.
Setelah keluar dari toko, aku mulai mencari tempat kosong untuk bisa kita duduki.
" Kita duduk disini saja Om, tidak terlalu jauh juga dari toko."
dan tanpa berkomentar, dia hanya menurutiku dan mendudukan dirinya disampingku.
mendengar ponselku berbunyi, kuraih benda persegi itu dan ku terima panggilan yang masuk. " Halo Yos " angkatku, dan setelah itu aku hanya fokus berbicara di ponsel tanpa meyadari sekitar.
melihat Tita mulai terlihat, aku segera mematikan panggilan itu dan mencoba menghindari kecurigaanya.
dengan 5 paper bag, dia berjalan mendekat dengan senang.
" Sudah selesai?" tanyaku memastikan.
" aku ingin ke Dior sebentar." Tita pun menyodorkan 2 paper bag yang dia bawah kepadaku. " Ini punyamu."
merasa kali ini berlebihan, kutolak pemberian Tita dengan tegas. " Tit, aku kan enggak memilih apapun. bagaimana bisa belanjaan ini untukku."
"Karna Aku juga memilih pakaian untukmu."
merasa sudah keterlaluan, aku menggeleng menolak. sampai suara Omnya membuatku menengok dan menatap iris matanya bingung.
" Sudalah Deka, kamu terima saja. anggap hadia perkenalan dariku." ucapnya. " Tapi,"
" Sudah tidak ada tapi, terima saja seperti yang tadi." mendengar penuturanya, aku merasakan ketulusannya.
tanpa ingin menolak kebaikan Omnya, kuterima paper bag itu tanpa penolakan. ' Bagaimana bisa dia memberikanku semua ini dengan percuma.' batinku.
setelah memasuki toko terakhir, Tita sekali lagi menggesek kartu itu tanpa berdosa. dan memberiku satu paper bag lagi yang tak kuketahui isinya apa. dan saat kumenolak sekali lagi, Omnya nampak berwajah tak suka akan sikapku. karna hal itu, aku pun dengan terpaksa menerima tanpa berdebat lagi.
sampai suara laki-laki menghentikan langkahku dan Tita.
" Tita." panggilnya, kulihat dia berlari mendekat dan berdiri didepan Tita dengan nafas sesak. " Kita harus meluruskan kesalah pahaman ini honey." ucapnya denga nafas tersengal-sengal.
melihat keberadaan Yossa tiba-tiba muncul, wajah Tita nampak bingung dan kesal sektika. bagaiman bisa kekasihnya muncul dengan ajaibnya, sampai akhinya Tita mulai menatapku tajam untuk menuduh, dan tentu saja ku tolak tuduhan itu seakan aku tak salah.
"Honey, kita harus berbicara empat mata dan meluruskanya." kulihat Tita nampak ragu. " Sudahlah ikut saja Tit, kan lebih bagus jika masalah kalian cepat selesai." peduliku.
" Lalu kamu nanti pulangnya gimana dek?" fikirnya.
mendengar kepedulian Tita aku hanya tersenyum dan menggeleng. " Aku bisa pulang naik Grab Tita, tidak susah kok."
"Tapi aku kan sud " seketika suara berat Om Tita mengakhiri perdebatan kita. " Aku yang akan mengantarnya pulang Tit, kamu pergi saja bersama pacarmu. selesaikan masalahmu, jangan sampai membuat orang rumah kesusahan karna badmoodmu nanti."
mendengar hal itu Tita nampak menatap Omnya dengan curiga. " Yakin, Om mau mengantar Deka?" ajuhnya.
" Yakin lah, iya kan Deka."
aku yang bingung hanya diam tanpa menyelah, melihat situasi menjadi seperti ini aku hanya tersenyum menyetujui.
~Your Twin Sister~
setelah kepergian Tita dan Yossa, aku hanya mengikutil langkah Omnya Tita tanpa berbicara. sampai fokusku tertuju pada salah satu toko sepatu yang cukup bermerek. merasakan langkahku berhenti, Omnya Tita nampak berbalik dan melihatku terdiam tiba-tiba.
" Ada apa Deka?" dia mendekatiku dengan khawatir.
aku pun menunjuk toko itu begitu saja." Bisakah aku masuk sebentar kesana?"
setelah mengikuti tunjukan arahku, senyumnya seketika mengembang. " Kamu ingin melihat Promo mereka?" dan aku hanya mengangguk setuju.
aku yang masih membawa paper bag pemberian Tita nampak terkejut, saat paper belanjaan itu diambil alih Omnya Tita begitu saja. " Ok, ayo kita masuk." setujunya.
aku yang merasa terkejut, berusaha meraih tas belanja itu dari genggaman Omnya Tita. " Om biar aku saja yang bawah."
" Deka, bisakah kau tidak memanggiku Om. karna aku bukan pamanmu." jelasnya dengan tenang.
"Hah." terkejutku atas ucapnya.
" Panggil kak saja, lebih enak. "
aku yang masih terdiam hanya mendengarkan ucapannya tanpa bisa menjawab karna kufikir permintanya sangat aneh.
Dia mulai meninggalkanku, dan memasuki toko itu tanpa menungguku. ' Mengapa dia bersikap aneh. Tita tolong aku.' batinku.