"Hooaahhmmmm~"
Mihai meregangkan otot-ototnya yang kaku sambil menguap lebar. Ia baru saja terbangun dan belum bisa menghilangkan rasa kantuknya.
Setelah menggosok-gosok matanya agar dapat terbuka lebar, ia melirik sekelilingnya dengan malas.
Tempat itu terbuat dari kayu-kayu sederhana yang walaupun berdiri kokoh tapi tidak mampu menghalangi angin dingin untuk masuk ke dalam. Ruangan itu tidak memiliki cahaya lampu dan melalui jendela dan sela-sela potongan dinding kayu yang tidak rata, garis-garis cahaya matahari pagi memancar ke dalam. Di samping kanannya, terdapat tiga bilik yang ditutupi dengan pintu rendah. Di dalam setiap bilik, terdapat seekor kuda yang sesekali mendengus keras dan menghentakkan satu kaki belakangnya.
Melihat tempat ini membuat suasana hati Mihai memburuk.
'Pada akhirnya, aku harus tidur di kandang kuda!'
Ya! Mihai tidak berhasil menghancurkan penghalang sialan itu walaupun sudah menonjok-nonjoknya hingga jam tiga subuh!
Alhasil, ketika Mihai membawa Liviu yang juga masih mengantuk keluar dari kandang kuda, matahari sudah bersinar tinggi di langit, yang artinya ... hari sudah siang! Perutnya sudah berbunyi seperti parade festival.
Namun, di saat kekesalan dan amarahnya bekerja, otak Mihai akan tiba-tiba menjadi otak anak kecil yang hanya bisa memikirkan satu hal dan langsung melaksanakan pikirannya itu tanpa mempertimbangkan hal lain lagi.
Oleh sebab itu, walaupun para pelayan yang dilewati Mihai semuanya akan menoleh ketika mendengar parade festival di perut Mihai, pemilik parade itu sendiri tidak menyadarinya sama sekali dan terus berlari hingga mencapai jendela ruang kerja suaminya.
'Aku benar-benar akan menonjoknya 4000 kali!' Saking kesalnya, ia bahkan tanpa sadar menambah seribu pukulan lagi.
Bagaimana ia tidak kesal?
Ia terus memohon-mohon – koreksi: mengutuk – kepada Luca untuk menghilangkan penghalang itu dan pria yang seharusnya – ya seharusnya! Karena Mihai mulai mencurigai kenyataan ini – adalah suaminya ini malah tega membiarkannya berada di luar, diterpa angin dingin malam musim dingin yang menggigil ini hingga subuh dan akhirnya memaksanya tidur di kandang kuda yang sama dinginnya! Di mana hati nuraninya?!
'Pa—padahal dia menci ... ci....' wajah Mihai memerah mengingat ciuman kemarin malam.
Ia tidak pernah mengharapkan suatu perubahan manis setelah ciuman itu tapi setidaknya, berikan dirinya tempat yang hangat untuk tidur!
Kenyataannya, ia malah langsung dibuang keluar! Walaupun ciuman itu hanya kecelakaan tapi masa pria itu tidak merasakan gejolak-gejolak aneh yang bisa membuat pria itu sedikit melembut kepadanya?! Apakah itu hanya dirinya saja?! 'Apa aku terlalu tidak menarik hingga pria itu bisa sedatar itu?!'
"NYAAA! Tidak akan aku maafkan!" Memikirkan semua ini membuatnya semakin kesal hingga taring dan cakarnya muncul. Pupilnya melancip dan menajam hingga siapapun yang melihatnya akan merinding ketakutan.
Dengan gesit, Mihai menaiki batang pohon yang berada di hadapan jendela ruang kerja Luca dan tanpa basa basi meloncat menuju jendela itu.
Akibat terlalu banyak menabrak penghalang tak kasat mata, Mihai refleks menutup matanya, menyiapkan dirinya ketika menabrak penghalang itu.
Namun, sepertinya ia salah perhitungan.
Bukannya menabrak penghalang, ia malah menabrak kaca jendela dengan sangat kuat hingga engselnya patah. Dalam sekejap, kedua daun jendela jatuh ke arah dalam bersama dengan Mihai di atasnya
PRAK! CRACK!
Kaca jendela itu pecah berkeping-keping dan bingkai kayunya patah di beberapa tempat.
"Aduh...," keluh Mihai yang merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya.
"Da! Da!" di atas punggungnya, Liviu yang berpegangan kuat terus berseru dengan cemas. Ia sampai merayap di sekujur tubuh papanya untuk memastikan tidak ada luka dan langsung memucat ketika melihat siku Mihai yang berdarah.
"Daa...." Air mata sudah akan mengalir jika Mihai tidak buru-buru menenangkannya.
"Aku tidak apa-apa, tidak apa-apa. Ini luka kecil! Sebentar saja juga sudah akan sembuh kok!" Mihai langsung menggendong Liviu sambil berdiri dan membersihkan tubuhnya dari beling-beling kaca. Untungnya, selain sikunya itu, tidak ada lagi yang berdarah. Hanya saja, beberapa bagian tubuhnya seperti di pinggang akan sedikit memar..
"Da?" Liviu menatap Mihai dengan seksama, takut papanya itu berpura-pura kuat.
Mihai tersenyum lebar sambil mengacungkan jempolnya. "Tidak apa-apa!"
Senyum cerah langsung kembali menghiasi wajah putranya membuat Mihai menghela napas lega.
Setelah cukup lega, rasa aneh dan curiga mulai menyelinap ke dalam hatinya.
'Mengapa sepi sekali?'
Menyebarkan pandangannya ke dalam ruangan, ia tidak menemukan Luca maupun Vasile di sana padahal kemarin, kedua orang itu berada di dalam ruangan ini seharian.
'Hm? Apa dia belum bangun?'
Mihai segera meloncat keluar dari ruangan melalui kusen yang daun jendelanya sudah R.I.P dan mulai berlari menuju beranda kamar Luca.
'Hm? Apa? Kau tanya mengapa aku tidak mencari dari dalam rumah saja?'
Tentu saja karena mihai mulai meragukan kemampuan spasialnya sejak di dalam kapal! Ia takut tersesat di dalam rumah dan membuang terlalu banyak waktu sehingga akhirnya ia memutuskan untuk mencari dari luar saja karena ia sudah sangat hafal area di luar rumah itu.
'Egh! Menyedihkan!' Memikirkan ini membuat ia semakin kesal. Lantaran, statusnya seharusnya adalah istri dari pemilik kediaman ini. Namun, ia malah takut tersesat di kediaman yang seharusnya sudah menjadi rumahnya!
Entah mengapa, Mihai sangat sensitif hari ini. Jika dirinya yang biasa akan cuek bebek, hari ini ia benar-benar hampir berlaku seperti wanita-wanita manusia di dalam drama-drama di televisi yang menangis meraung-raung dan menampar pacarnya ribuan kali – ok baiklah, sepuluh kali. Jika ribuan kali, pria itu akan kehilangan nyawanya.
Mengetahui betapa melankolisnya dirinya hari ini membuatnya merinding. Namun, ia sangat terdorong untuk benar-benar mempraktekkannya.
'Apa ini? Apa ini seperti periode menstruasi yang ada pada manusia? Apa aku perlu membeli pembalut seperti yang dilakukan manusia-manusia itu?'
Bodohnya Mihai yang sudah mulai percaya bahwa ia sedang dalam masa menstruasi yang tentunya hanya terjadi pada manusia dan itu pun hanya pada wanita! Sejak kapan di sekolahnya terdapat pelajaran mengenai mestruasi?! Karena half-beast memang tidak memiliki masa itu!
Oh baiklah! Sejak kapan Mihai pernah mendengarkan pelajarannya? Ia hanya pernah tahu bahwa saat menstruasi, seseorang akan memiliki emosi dan mood yang bergejolak. Tentunya sumber itu berasal dari drama-drama televisi favoritnya
Jadi, sekarang Mihai sudah mulai menghitung sisa uangnya dan membandingkannya dengan harga pembalut yang ia ingat akibat bekerja di mini market setahun yang lalu. Ia bahkan tidak menyadari bahwa ia tidak memahami untuk apa pembalut itu! Di dalam dramanya, tidak pernah ada scene yang menjelaskan dengan jelas mengenai kegunaan pembalut.
Memikirkan drama, Mihai baru teringat bahwa ia belum menonton episode terbaru dari drama TV kesukaannya padahal sedang tegang-tegangnya karena pacar pemeran utamanya terbohongi oleh musuh pemeran utamanya hingga hubungan mereka sedang diambang putus! Mihai menjadi sangat penasaran.
Ok ... pikiran Mihai sudah melantur ke mana-mana hingga bukannya berhenti di beranda kamar Luca, ia malah mengitari kediaman Luca hingga dua kali dan sekarang, ia akan masuk ke putaran ketiga jika kedua kembar jahil yang dari tadi menonton – dari seru hingga bosan – memanggilnya.
"Woi! Mihai!"
"Asaka Mihai!"
"Hah? Ada apa?"
Daniel dan Daniela, yang sedang duduk-duduk di sebuah kusen jendela lebar, tertawa-tawa kecil.
"Ada apa?" tanya Mihai lagi yang mulai tidak sabar. Ia kembali teringat tujuan aslinya mengelilingi halaman rumah ini.
Namun, kedua kembar itu tetap tertawa-tawa padahal Mihai tidak menemukan ada yang lucu. 'Ada apa dengan otak mereka? Apa mereka gila?'
Memutuskan untuk mengabaikan kedua anak kecil itu, Mihai kembali melangkah tapi kedua kembar itu secara kompak berseru, "Stop!"
Refleks Mihai berhenti. Ia langsung memasang ekspresi yang sangat-sangat kesal ketika menatap kedua anak itu. "Ada apa??! Cepat katakan! Aku harus ke tempat si muka suram menyebalkan dan brengsek yang ingin kupukul 4000 kali itu sekarang juga!" kesalnya dalam satu kali hembusan napas.
"Woohhh!!! Luar biasa!" Bukannya menjawab, Daniela dan Daniel hanya menepuk-nepuk tangan mereka dengan sangat kagum.
"El, apa kau bisa melakukannya juga?"
Daniel menggeleng. "Bagaimana dengan Ela?"
Daniela juga menggeleng. Keduanya lalu kembali tertawa meninggalkan Mihai dengan bibir yang sudah tertekuk ke bawah dengan sudut 180 derajat. Ia bersumpah tidak akan berhenti lagi apa pun yang terjadi dan hendak melangkah ketika sebuah suara tawa yang lebih keras dan lebih dalam terdengar dari bagian dalam jendela.
Albert muncul dari balik jendela itu. "Selamat pagi, Mihai!" serunya dengan senyum yang mengalahkan silaunya matahari.
Akhirnya, Mihai kembali mengurungkan niatnya untuk berjalan pergi. "Selamat pagi," balasnya dengan lesu.
Albert kembali tertawa keras tanpa alasan membuat Mihai semakin kesal.
"Apa aku sudah boleh pergi?" tanyanya akhirnya ketika Albert sudah berhenti tetawa.
"Oh! Tunggu sebentar! Aku mendengar kau ingin mencari Tuan Luca?"
Mihai mengangguk, semakin kesal hanya dengan mendengar namanya saja.
"Tuan Luca sedang pergi bersama Vasile, Ecatarina, dan Victor untuk menghadiri hari terakhir festival makanan musim dingin yang diadakan Keluarga Stoica."
"Eh? Dia tidak ada di rumah?"
Albert dan kedua kembar mengangguk.
"Sialan! Kalau begitu, bagaimana aku melampiaskan kekesalanku ini?!" Mihai berlutut lesu di atas tanah dengan kepala tertunduk dalam. Helaan napas lelah refleks meluncur keluar dari dalam mulutnya.
Namun, ia tidak bersedih terlalu lama. Tiba-tiba, ia berdiri dengan wajah yang sudah dipenuhi senyum ceria. "Aku tahu!" serunya dan mulai berlari pergi.
Liviu yang melihat ini pun ikut bingung. "Da?" gumamnya dengan kepala yang sedikit miring sambil mengeratkan genggaman pada punggung papanya.
---
Autho ingin berkomentar:
Author: tamparan sepuluh kali dengan kekuatanmu juga seharusnya cukup mematikan. *mengelap keringat dengan sapu tangan*
Mihai: berisik! *tatapan membunuh* Aku tidak akan terima kalau kurang dari sepuluh kali!
Luca: ... *Refleks nutup pipi dengan kedua tangan*
Para pelayan: Tuan ... kau pantas mendapat ini. Kami akan menyiapkan kompresan untukmu nanti tapi sekarang, kami akan mendukung Nyonya baru kita! *suara hati*