"Bibi, ini berapa?"
Asaka Viorel berhenti di depan stan cake yang setiap potongannya didekorasi dengan sangat cantik. Dengan binaran tersembunyi di matanya, Viorel segera menanyakan salah satu chocolate cake yang terpampang di display kaca stan itu.
Wanita paruh baya yang sedang membungkus cake pelanggan lain segera memberitahukan harganya yang cukup mahal untuk sepotong cake. Namun, dilihat dari dekorasi dan teksturnya saja sudah cukup memperlihatkan bahwa kualitas cake di stan ini tidaklah sama dengan stan-stan murah yang berada di bagian depan area festival.
Jika ini Viorel yang biasa, ia tidak akan membelinya, bukan karena ia membenci kue-kue manis, tapi karena ia pelit!
Bagaimana tidak pelit? Ia sudah hidup miskin sejak kecil hingga sekarang. Walaupun ia bekerja sebagai seorang novelis cerita romansa, ia belum cukup terkenal untuk mendapatkan profit yang besar dari hasil tulisannya.
Namun, untuk mengembangkan kemampuannya dalam menulis dan menaikkan namanya, ia harus melakukan riset dan dalam proses itu, tidak sedikit yang memerlukan uang seperti sekarang ini. Ia sedang menulis mengenai cerita romansa yang ada hubungannya dengan pembuat makanan-makanan manis. Jadi, pada akhirnya – dengan berat hati tapi sambil mempertimbangkan keuntungan yang akan ia dapatkan setelah pengorbanan ini – ia akan mengeluarkan tabungannya untuk hari ini!
Ya hari festival makanan ini! Hari di mana seluruh pedagang makanan di Kota Rumbell berkumpul dan menjual makanan dengan menu spesial dan potongan harga yang luar biasa!
'Kue ini, bahkan sudah diskon saja masih segini harganya!' Viorel sudah hampir menggerutu di depan wajah wanita paruh baya itu tapi untung saja ia masih bisa menahan diri.
'Tidak apa-apa Vio, tidak apa-apa. Ingat! Ketika kau membeli ini hari ini, kau mendapatkan potongan 60 persen! Dan jika ceritamu kali ini bisa sukses, kau bisa menutupi uang yang sudah kau keluarkan dan bahkan menambahnya!' pikirnya optimis.
Mengangguk dengan penuh semangat, akhirnya Viorel meletakkan beberapa lembar uang untuk mendapatkan sepotong chocolate cake itu.
Kue itu dipotong membentuk segitiga sama kaki yang dilumuri coklat cair di bagian atasnya. Beberapa potong wafel tertancap pada krim vanila yang menempel di atas lumuran coklat itu dan beberapa potongan buah mengelilinginya. Pada bagian potongannya, terlihat sekali betapa tebalnya dan padatnya kue itu dari lapisan yang begitu banyak dan krim coklat asli yang juga sangat padat di sela-sela lapisan itu. Kue itu diletakkan di atas piring bulat kecil yang dihiasi beberapa buah segar yang dipotong kecil-kecil dan membentuk tulisan 'selamat makan!' dan bentuk love di bawahnya.
"Hmm ... menarik." Viorel memfoto potongan kue itu dari berbagai arah sambil mempelajari isinya.
Selesai mengabadikan semuanya untuk bahan ceritanya nanti, sekarang waktunya mencicipinya! Rasanya sayang untuk dimakan ketika melihat dekorasi yang begitu indah itu akan hancur. Namun, tidak dimakan juga lebih rugi lagi. Lagipula, ia selalu menahan diri untuk tidak makan kue manis seperti ini dan bahkan memberikan ide cerita yang ada sangkut pautnya mengenai kue manis untuk mendapatkan sedikit ongkos dari perusahaannya yang tentunya tidak ada.
'Tch! Dasar perusahaan pelit!'
Namun, walaupun niat tersembunyinya tidak terkabulkan, sebagai seorang yang profesional, semua ide yang sudah diterima akan ia kerjakan dengan penuh tanggung jawab. Jadi di sinilah dia, bersiap memakan cake kesukaannya!
Viorel memotong kue itu dan hendak memasukkannya ke dalam mulut.
"Kyaaa!! Pencuri!"
Di saat yang sama, teriakan histeris seorang perempuan menggema diikuti dengan suara hentakan langkah kaki yang ribut karena saling kejar-kejaran.
"Berhenti!"
Kondisi menjadi begitu kacau tapi Viorel tidak peduli. Ia ingin menikmati kebahagiaannya berdua dengan cake ini dan tetap akan memasukkan potongan kue ke dalam mulutnya.
"Awas!"
Sudah terlambat....
Peringatan itu muncul terlalu lambat....
Tersisa 0,005 cm garpu berisi potongan kue itu mencapai mulut Viorel ... ia sudah hampir merasakan manis krim dan pahitnya coklat di dalam kue itu yang sudah ia tunggu-tunggu!
Tapi....
PRANG!
"Kyaaaa!!"
Semuanya terlihat seperti slow motion....
Sesuatu yang berat menimpa punggung Viorel. Tidak bisa menahan berat yang tiba-tiba itu, garpu tergelincir keluar dari tangan Viorel dan jatuh ke tanah bersama potongannya. Lebih buruk lagi, tubuh Viorel yang tertekan akhirnya jatuh ke arah meja stan dan pada akhirnya.
BRAK! BRUK! PRANG!
Display di stan itu roboh dan Viorel beserta wanita paruh baya yang menjaga stan itu jatuh mencium tanah.
"Cepat tangkap orang itu!" Suara tegas seorang pria langsung memerintah dan langkah kaki yang tegas dan banyak itu bergerak mendekati kekacauan sesuai dengan perintah.
"Aduh...."
Punggung dan wajah Viorel serasa remuk karena dihantam dari dua arah. Untung saja ia sempat melindungi wajahnya dengan kedua tangan sehingga tidak ada luka.
Namun....
"..."
Viorel melihat benda yang mengotori pakaiannya sekarang dengan suram.
'Kue mahalku!!!' Tangisnya tanpa air mata.
Ia bahkan belum merasakan kelezatan kue ini dan bukan hanya kuenya, stannya bahkan rusak! Semua kue di display jatuh ke tanah dan sisa sedikit yang masih dalam keadaan utuh dan aman!
"Anda baik-baik saja?"
"BAGAIMANA BISA BAIK-BAIK SAJA?! KAU TAHU APA YANG TELAH KAU LAKUKAN KEPADA KUE DAN DUITKU, HAH?!!!!"
"Hii!" Petugas polisi muda yang menanyakan keadaan Viorel itu langsung meloncat mundur beberapa langkah karena takut kepada pelototan Viorel dan ganasnya half-beast itu hingga gigi taring dan cakarnya muncul semua.
Viorel terus menggeram pada petugas polisi muda itu.
Petugas polisi muda yang baru bekerja di hari pertamanya itu langsung trauma. Ia adalah incubus dari keluarga terkemuka sehingga ia jarang berinteraksi dengan half-beast. Ia tidak tahu bahwa kaum itu bisa menjadi sangat menyeramkan.
Ketika melihat Viorel berdiri dengan cakar mengarah padanya, petugas itu langsung kehilangan tenaga di kakinya dan jatuh terduduk di lantai. "Ja—jangan mendekat!!"
"Kami mohon maaf atas kerusakan yang terjadi. Mohon tenanglah." Sesosok berkaki jenjang bersepatu pantofel hitam mengkilat berjalan di depan petugas muda itu, menutupinya seluruhnya dari jangkauan penglihatan Viorel.
"Sialan! Siapa yang bisa tenang?!"
'Uangku terbuang sia-sia tahu!!'
Viorel mengangkat wajahnya untuk mengintimidasi pemilik sepatu itu. Namun, bukannya bertemu dengan sepasang mata, ia malah bertemu pandang dengan dada bidang yang dibalut oleh seragam biru tua berlist abu-abu yang merupakan seragam khusus polisi di Rumbell.
"Tolong tenanglah. Kami akan membantu memperbaiki stan dengan secepat kilat." Suara tegas sosok jangkung itu terdengar dari atas kepala Viorel.
Akhirnya, Viorel harus mendongak untuk menemukan wajah bergaris tegas dan kaku yang juga menunduk ke bawah, melihat lurus tanpa ekspresi kepada Viorel.
Wajah datar yang seperti menatap rendah itu membuat Viorel semakin kesal hingga urat di kepalanya sedikit muncul.
"Masa bodoh dengan stan itu!"
"Hah?! Apa maksudmu?!" Kali ini, wanita paruh baya itu yang marah.
Viorel tidak peduli dan tetap fokus pada pria jangkung. "Aku belum makan kueku dan kau sudah menghancurkannya! Kau tahu betapa mahalnya itu?! Hah?! Kau mau bagaimana ganti ruginya, hah?!"
Sifat yankee Viorel saat masa sekolah kembali muncul tanpa ia sadari.
Beberapa petugas yang lebih senior benar-benar tidak bisa menerima cara bicara Viorel yang seperti membuat segala kekacauan ini adalah salah pria jangkung itu.
"Beraninya kau bilang begitu! Ke—"
Salah satu dari mereka sudah membuka suara tapi pria jangkung itu menaikkan satu tangannya untuk menghentikan.
"Aku akan bertanggung jawab," balasnya tanpa mengalihkan pandangannya dari Viorel dan tetap dengan suara tegasnya.
Viorel mengangkat alisnya sedikit heran dan curiga. Sedikit was-was tapi tidak menghilangkan wajah premannya, ia bertanya lagi, "Bagaimana kau mau tanggung jawabnya?"
"Terserah kau."
'Orang ini....' Viorel tidak bisa tidak curiga. Matanya menyelidiki wajah pria jangkung seperti tiang listrik itu dengan seksama. Namun, tidak ada yang bisa didapatkan dari wajah datarnya.
Dilemma menghampirinya. Jika ia menerimanya, ada kemungkinan ia dijebak. Akan tetapi, jika ia tidak menerimanya dan pria tiang listrik ini benar-benar murni ingin bertanggung jawab dengan apa pun, bukankah ia yang rugi?
Kata rugi tidak akan pernah ia terima berada di dalam pengalaman hidupnya. Lagi pula, jika pria ini benar-benar ingin memberikan apa pun yang ia minta untuk tanggung jawab....
"Hihi...." Viorel tersenyum tampak gigi yang secerah matahari pagi sambil masih menatap pria tiang listrik yang tidak mengubah ekspresinya sama sekali.
'Aku punya ide bagus!'
_____
Viorel ingin mengatakan sesuatu:
Author: ...karena ia pelit!
Viorel: eitss!!
Author: ?
Viorel: *mengintimidasi dengan tatapan mata* Bukan pelit tapi rajin menabung!
Author: *keringat dingin* I—iya deh ... iya ... rajin menabung.... (─.─||)